Amartha bersama OJK Peduli Pasca Gempa Tsunami di Sulawesi Tengah
By Team Amartha Blog - 24 Jan 2019 - 3 min membaca
PALU, 23 JANUARI 2019- Amartha bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan kunjungan ke Sulawesi Tengah sebagai bentuk kepedulian terhadap korban bencana alam Palu, Sigi dan Donggala yang terjadi pada 2018 lalu.
Dalam kesempatan itu, Founder dan CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra dan Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK, Hendrikus Passagi mengunjungi masyarakat petani di Sindue Tobata, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Kunjungan ini merupakan awal pertemuan dengan komunitas petani yang diinisiasi untuk membuka wawasan terkait potensi pertanian di Sulawesi Tengah.
Basaruddin, salah satu penggagas acara yang juga menggeluti sektor tani di Palu, mengatakan, daerah Sindue merupakan daerah yang terkena dampak parah. Dalam rangka pemulihan pasca gempa, OJK dan para perusahaan fintech peer to peer (p2p) lending lainnya turut berpartisipasi. Bahkan, salah satu perusahaan fintech lending telah memberikan pendanaan kepada petani yang dilakukan pada 19 Januari 2019 di Palu. “Iya, karena disana (Sindue) pusatnya gempa, makanya banyak rumah petani yang runtuh. Bentuk kepeduliannya memberikan pendanaan bagi mereka untuk bertani. Kami ingin mengajak perusahaan fintech lainnya untuk ikut terlibat” kata Bassarudin, yang juga Direktur Operasional PT Karya Bangun Informasi di Palu, baru-baru ini.
Menurut Basaruddin, pendanaan dari fintech ini akan disalurkan melalui PT Karya Bangun Informasi. Perusahaan asal Sulawesi Selatan ini akan memberikan pendampingan kepada petani berupa pembiayaan dan sarana pupuk untuk menggarap lahan dan pemeliharaan. “Jadi dana yang disalurkan itu 50:50, 50 untuk modal dan 50 untuk pupuk dan teknologi. Sementara itu, kami juga punya pupuk. Kami sudah buktikan bahwa pupuk ini bisa menghasilkan jauh lebih besar dari hasil pertanian selama ini,” ujar Bassarudin.
Selama berkunjung di daerah itu, Andi bertemu dan berdiskusi dengan masyarakat petani. Dia menyambut baik peran OJK dan perusahaan fintech lainnya dalam membantu masyarakat petani yang terkena dampak bencana tersebut. “Kedatangan ini untuk memenuhi undangan OJK yakni kunjungan sosial pasca gempa tsunami di Palu, Sigi dan Donggala. Selain itu, Amartha juga bertemu dengan 200 petani di Donggala,” kata Andi.
Andi mengatakan, kedatangannya juga bertemu dan berdiskusi dengan komunitas petani di daerah tersebut yang ingin mengetahui lebih dalam tentang fintech lending. Keberadaan Amartha sebagai fintech lending terpercaya dan aman mendukung perluasan fintech lending di Sulawesi Tengah. “Amartha mendukung Pemerintah dalam mewujudkan inklusi keuangan. Pada 2017, lima dari 10 mitra Amartha terbebas dari kemiskinan dalam dua tahun, didalamnya termasuk sektor pertanian. Pada awal 2019, kami telah menyalurkan pembiayaan kepada lebih dari 183.000 mitra usaha Amartha, naik sekitar 118 persen dibandingkan tahun 2017 sebanyak 70.000 mitra,” tutur Andi.
[caption id="" align="aligncenter" width="600"] Mitra Amartha. Dok : Istimewa[/caption]Andi menjelaskan, Amartha telah memiliki tim lapangan untuk mendampingi dan mengedukasi para mitra usaha di desa serta menjembatani mereka dengan dunia teknologi keuangan digital. Dengan semangat meningkatkan kesejahteraan, Amartha mendukung pembiayaan bagi pengusaha mikro untuk sektor produktif, seperti perdagangan, pertanian dan peternakan serta industri rumah tangga.
“Kami telah menjangkau 3.500 desa. Saat ini,ada sekitar 69,69% berasal dari perdagangan, peternakan 4,79%, pertanian 7,65%, jasa 3,31%, dan di bidang non-produktif sebesar 5,01%,” ungkap pendiri Amartha ini.
Dengan tantangan geografis serta ketersediaan infrastruktur yang terbatas, Andi menjelaskan, penduduk di pedesaan belum dapat menikmati layanan keuangan perbankan konvensional secara optimal. Padahal, sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terutama di pedesaan terbukti berperan besar bagi perekonomian Indonesia. Pada 2016, menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), kontribusi sektor UMKM meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen.
“Kondisi tersebut menjadi peluang bagi Amartha sebagai perusahaan fintech untuk dapat berkontribusi dalam meningkatkan akses pembiayaan sektor UMKM sehingga dapat menciptakan perekonomian yang lebih inklusif di Indonesia,” ujar Andi.
Dengan platform p2p lending, Andi menambahkan, para pendana dapat mulai mendanai melalui amartha.com. Para pendana yang telah terdaftar dapat memilih para pengusaha mikro yang telah melalui proses pemilihan dan pendampingan dari Amartha. Selain itu, Amartha dapat meningkatkan efisiensi operasional sehingga dapat menjangkau desa-desa terpencil dan memproses pengajuan pinjaman dengan lebih cepat. “Amartha mempertemukan pemberi dana dari kota dan pengusaha mikro yang memerlukan modal untuk memulai atau mengembangkan usaha mereka di desa,” ucapnya.
Kesulitan mendapatkan pembiayaan modal dari bank maupun lembaga keuangan lainnya membuat sebagian petani di Palu sulit untuk berkembang. Gerakan yang diinisiasi oleh Basaruddin ini diharapkan mampu membuka jalan untuk lembaga keuangan lain dalam penguatan sektor tani di Sulawesi Tengah. Setelah kemunculan fintech lending di Indonesia, petani Palu mulai mendapatkan angin segar bagi kelangsungan usaha mereka. Pasalnya, kehadiran fintech lending mempermudah mereka mendapatkan pendanaan. "Sangat repot bagi petani untuk mengurus pinjaman. Karena petani ini tidak jelas (tidak mempunyai sejarah kredit). Sangat sulit," kata Basaruddin.
Bassarudin menjelaskan, para petani sangat sulit menghasilkan panen yang maksimal. Ini karena, mereka tidak punya modal untuk menggarap lahan, pemeliharaan serta biaya pembelian persediaan sarana produksi (saprodi).
[caption id="" align="aligncenter" width="626"] Harapan Petani untuk Mengembangkan Usaha Taninya. Dok : Istimewa[/caption]"Ada bantuan Pemerintah berupa benih dan pupuk tetapi sebagian para petani tidak menggunakannya dikarenakan tidak ada biaya untuk menggarap lahan dan pemeliharaan. Sebagian petani yang menggunakan bantuan tersebut, hasilnya pun tidak maksimal, hanya bisa memperoleh hasil antar 3 sampai 4 ton per hektar,” ungkap mantan aktivis petani ini.
Dengan kehadiran fintech lending, tambah Basaruddin, akan mempermudah para petani mendapatkan pendanaan. Ini akan menjadi terobosan baru bagi para petani. "Nantinya, dengan fintech ini diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas para petani," tutupnya.
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG