Amartha memiliki impian agar Indonesia bebas dari kemiskinan. Ini juga merupakan impian dan harapan masyarakat agar Indonesia bisa maju secara ekonomi dan terbebas dari kemiskinan.
Salah satu cara agar Indonesia bisa bebas dari kemiskinan yakni dimulai dari desa. Salah satu bapak pendiri Indonesia, Mohammad Hatta alias Bung Hatta pernah mengatakan bahwa Indonesia tidak akan maju kalau desa-desanya tidak diberdayakan.
“Indonesia tidak akan bercahaya karena obor besar di Jakarta. Tetapi Indonesia baru akan bercahaya karena lilin-lilin di desa," kata Bung Hatta.
Sejak 2010, Amartha memang fokus dalam memberikan pelayanan teknologi keuangan kepada masyarakat di pedesaan. Perusahaan fintech peer to peer lending ini memberikan akses layanan keuangan seluas-luasnya kepada pelaku usaha mikro di pedesaan. Mereka adalah pelaku usaha mikro yang sulit mendapatkan pendanaan dari lembaga keuangan karena lokasi yang jauh dari jangkauan perbankan maupun tak mempunyai sejarah kredit yang mumpuni. Alhasil, usaha mereka sulit berkembang karena keterbatasan tersebut.
Padahal, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), terutama di pedesaan, telah terbukti berperan besar bagi perekonomian Indonesia. Menurut data penelitian Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) dan Bank Indonesia, UMKM mempunyai tingkat penyerapan tenaga kerja sekitar 97% dari seluruh tenaga kerja nasional dan mempunyai kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sekitar 57%.
“Indonesia tidak akan bercahaya karena obor besar di Jakarta. Tetapi Indonesia baru akan bercahaya karena lilin-lilin di desa," kata Bung Hatta.Pada 2014, dari 56,4 juta UMKM yang ada di seluruh Indonesia, baru 30% yang mampu mengakses pendanaan. Dari persentase tersebut, sebanyak 76,1% mendapatkan kredit dari bank dan 23,9% mengakses dari non-bank termasuk usaha simpan pinjam seperti koperasi. Dengan kata lain, sekitar 60%-70% dari seluruh sektor UMKM belum mempunyai akses pendanaan melalui perbankan. Sebagai platform peer-to-peer, Amartha memungkinkan sumber pendanaan yang lebih terbuka dan demokratis, sehingga menciptakan kesempatan yang lebih besar bagi mitra usaha di desa untuk mendapatkan pendanaan yang terjangkau. Amartha menghubungkan pendana dari perkotaan dengan peminjam dari pedesaan. Amartha menyebut peminjam sebagai mitra usaha. Ini karena, para mitra usaha yang menerima pendanaan juga mendapatkan pelatihan literasi keuangan dari Amartha. Mitra usaha Amartha merupakan ibu-ibu berusia antara 21-60 tahun berasal dari kelas sosial ekonomi paling bawah (bottom of the pyramid) yang tinggal di desa dan memiliki kebutuhan akan pendanaan untuk memulai atau mengembangkan usaha rumahan mereka. Nah, Amartha berperan aktif dalam membantu pencapaian target Sustainable Development Goals (SDG's) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang telah ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan bumi. Apa saja SDG's yang didukung oleh Amartha? Berikut visi dan misi Amartha yang sesuai dengan SDG's: Goal #1. No poverty / Tanpa Kemiskinan Penelitian di tahun 2017 menunjukan peningkatan pesat, 47 persen telah memiliki pendapatan lebih dari Rp 3 juta. Dengan kata lain, 9 dari 10 mitra Amartha masih hidup di bawah garis kemiskinan di tahun 2015, akan tetapi di 2017, 5 dari 10 mitra Amartha telah berhasil untuk naik untuk hidup di atas garis kemiskinan. Maka, jumlah mitra yang keluar dari garis batas kemiskinan adalah sebanyak 41% dalam waktu dua tahun dibandingkan dengan sebelum bermitra dengan Amartha. [caption id="attachment_1895" align="aligncenter" width="1312"] Keset dari bahan baku kain sisa konveksi merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh beberapa mitra Amartha.[/caption] Goal #5. Gender equality / Kesetaraan Gender 100% mitra Amartha adalah perempuan karena Amartha memahami bahwa pembangunan yang berkesinambungan harus memperhatikan kesetaraan gender. Hal penting yang dilakukan oleh Amartha adalah melakukan pelatihan literasi keuangan dan memberdayakan mereka secara ekonomi untuk mempersiapkan keluarga yang lebih sejahtera. Selama tahun 2017, sebanyak 70.977 perempuan telah dilatih dan didampingi untuk menjadi pengusaha mikro yang tangguh dan setara. Pada 2019, Amartha berhasil memberdayakan lebih dari 200.000 perempuan untuk menjadi pengusaha mikro yang tangguh secara ekonomi. [caption id="attachment_1903" align="aligncenter" width="2000"] Salah satu petugas dari tim lapangan Amartha bersama para pengusaha mikro perempuan di desa.[/caption] Goal #10. Reduced inequality / Berkurangnya kesenjangan Dengan tingkat inklusi keuangan yang masih rendah di Indonesia, Amartha fokus pada pelayanan di pelosok desa yang tidak terjangkau oleh layanan keuangan formal, dengan tujuan mengurangi kesenjangan ekonomi di daerah dan di segmen termiskin (bottom of the pyramid). Pada 2017, Amartha menjangkau 532 desa dengan pendanaan sebesar Rp 225 miliar di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur Rp 225 miliar dana untuk peningkatan ekonomi desa. Pada 2018, Amartha berhasil menjangkau 3500 desa dengan pendanaan sebesar Rp 700 miliar. [caption id="attachment_1894" align="aligncenter" width="1314"] Mitra Amartha, Ibu Apsiah dari desa Ciseeng, Bogor sedang meninjau ratusan ikan hasil ternakannya.[/caption]
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG