Amartha: Efisiensi, Keamanan dan Transparansi
By Team Amartha Blog - 14 May 2018 - 3 min membaca
Efisiensi, keamanan dan transparansi menjadi hal yang penting dalam membangun Amartha. Berawal dari sebuah koperasi, perusahaan yang berdiri pada 2010 ini menjelma menjadi perusahaan financial technology (fintech) pada 2016. Perusahaan ini semakin berkembang dengan semakin bertambahnya pendana dan penerima pinjaman.
Kini, Amartha berhasil menyalurkan Rp 373 milyar kepada lebih dari 100.000 pengusaha mikro perempuan. Penggunaan teknologi itu ternyata membawa dampak besar bagi kemajuan perusahaan yang didirikan Andi Taufan Garuda Putra. Sebelum beralih menggunakan platform peer-to-peer (P2P) lending, mereka masih mengerjakan segala hal dengan manual.
"Dulu (komunikasi) menggunakan telpon ke pendana untuk memilih borrowers (penerima pinjaman). Sekarang,pendana dapat lansung memilih borrowers di amartha.com. Lebih efisien, aman, dan transparan," kata Vice President of Growth, Ika Zain saat menjadi pembicara di Social Innovation Accelaration Program (SIAP), Impact Hub Jakarta di Kemang, Jakarta, akhir April lalu.
Sejak menggunakan teknologi keuangan tersebut, Amartha juga menggunakan media sosial untuk memasarkan produk-produknya kepada masyarakat. Ika mengakui peran media sosial sangat penting dalam membangun kepercayaan kepada masyarakat. "Sebagai perusahaan startup harus mengunakan berbagai cara untuk memasarkan produknya. Tak terkecuali dengan penggunaan sosmed. Apalagi, bagi perusahaan yang baru merintis dan belum mempunyai dana yang besar," jelas Ika.
Selain itu, lanjut Ika, perusahaan juga harus mempunyai target dalam berbisnis. Dia pun mencontohkan dengan menghitung berat badan. Untuk mencapai target menurunkan berat badan, alat timbangan menjadi hal yang penting dalam mengukur. "Kalau hanya lihat di cermin saja bisa saru. Lebih baik ada pengukurannya. Lebih baik lagi menggunakan timbangan yang dapat mengukur massa otot juga. Jadi tiap bulan kita tahu perkembangannya. Sudah turun berat badan atau belum. Jadi, kita tahu perkembangannya setelah olahraga dan makanan yang dianjurkan oleh coach. Di Amartha tiap hari ini kita sudah berapa milyar, sudah mendanai berapa ibu dan sebagainya," tuturnya.
[caption id="attachment_2140" align="aligncenter" width="803"] Vice President of Growth Amartha, Fadilla Tourizqua Zain[/caption]
Mendanai Ibu-Ibu di Desa
Sejak awal berdiri, Amartha mempunyai komitmen untuk mengentaskan kemiskinan di Tanah Air. Salah satunya dengan membangun ekonomi di pedesaan. Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di pedesaan, telah terbukti berperan besar bagi perekonomian Indonesia. Menurut data penelitian Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) dan Bank Indonesia, UMKM mempunyai tingkat penyerapan tenaga kerja sekitar 97 persen dari seluruh tenaga kerja nasional dan mempunyai kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sekitar 57 persen. "Kita kasih pinjam ke perempuan karena yang paling paham bayar tepat waktu itu cewek daripada cowok. Kami juga turut membantu mencapai sustainable development goals (dari Perserikatan Bangsa-Bangsa) melalui pilar pengentasan kemiskinan, partisipasi perempuan dalam pembangunan dan pengurangan ketimpangan pendapatan di pedesaan," jelasnya. Para mitra usaha yang menerima pendanaan dan pelatihan literasi keuangan dari Amartha adalah ibu-ibu berusia antara 21-60 tahun berasal dari kelas sosial ekonomi paling bawah (bottom of the pyramid) yang tinggal di desa dan memiliki kebutuhan akan pendanaan untuk memulai atau mengembangkan usaha rumahan mereka. "Beberapa pencapaian Amartha pada 2017 adalah rata-rata penghasilan mitra naik dari Rp 2,5 juta di tahun 2016 menjadi Rp 3,5 juta di tahun 2017, sekarang lima dari 10 mitra berada diatas garis kemiskinan, dan lebih dari 15.000 mitra mewujudkan mimpi mereka untuk memulai usaha secara mandiri," tutup Ika.Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG