Amartha: Peluang Fintech P2P Lending untuk Pendanaan Mikro Masih Terbuka Lebar
By Team Amartha Blog - 25 Feb 2019 - 3 min membaca
Saat ini terdapat lebih dari 50 juta pengusaha mikro di Indonesia, dan sebagian besar masih belum terjangkau oleh layanan keuangan formal
JAKARTA, 22 Februari 2019- Amartha melihat peluang pendanaan kepada pengusaha mikro di Indonesia masih terbuka lebar. Karena itu, perlu adanya peran Pemerintah serta masyarakat terutama lembaga keuangan untuk menjembatani pendanaan tersebut.
“Sebagian besar bisnis yang ada di Indonesia ada di segmen mikro dan masih membutuhkan akses ke layanan keuangan untuk mendukung kelangsungan dan pertumbuhannya. Saat ini terdapat lebih dari 50 juta pengusaha mikro di Indonesia, dan sebagian besar masih belum terjangkau oleh layanan keuangan formal,” kata Vice President Amartha, Aria Widyanto di sela-sela acara MoneyLive: Indonesia 2019, Hotel JW Marriot, Kuningan, Jakarta, Kamis (21/2).
Aria menjadi pembicara di acara “The Future of Microfinance”. Dalam acara itu, dia menjelaskan tentang peluang pendanaan mikro di Indonesia serta peran Amartha mewujudkan inklusi keuangan, “Segmen mikro memiliki karakteristik yang tangguh dan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Sayangnya, masyarakat masih merasa segmen ini berisiko tinggi, salah satunya karena tidak adanya credit history. Padahal dengan teknologi dan inovasi, masalah seperti hal tersebut bisa kita minimalisir” ujar Aria.
Aria menambahkan, Amartha melakukan terobosan dengan mengembangkan teknologi Credit Scoring bagi segmen mikro. Inovasi keuangan menjadi salah satu “senjata” untuk memberikan akses layanan keuangan yang mumpuni. Seperti diketahui, perusahaan yang berdiri sejak 2010 ini mengawali langkahnya sebagai microfinance. Baru pada 2016, perusahaan yang didirikan Andi Taufan Garuda Putra ini bertransformasi menjadi fintech peer to peer (P2P) lending.
Awalnya, Taufan melihat pengusaha mikro di pedesaan sulit untuk mendapatkan pendanaan dari bank atau lembaga keuangan formal lainnya. Pasalnya, mereka tidak mempunyai sejarah kredit serta lokasi yang sulit dijangkau. Pada 2010, desa di Ciseeng, Bogor menjadi awal percobaan kepada sekitar 200 pengusaha mikro perempuan.
Alhasil, Aria mengatakan, peralihan ini memberikan dampak positif bagi perkembangan Amartha. Pada 2017, pendanaan mencapai Rp 200 miliar. Pada 2018, pendanaan mencapai Rp 700 miliar. Bahkan, pada 2018, lebih dari 167.000 perempuan pelaku usaha mikro di pelosok Indonesia telah menjadi mitra usaha Amartha, meningkat 117% dari tahun 2017 sebanyak 70.000 mitra.
Saat ini, sekitar 69,69 persen mitra usaha Amartha berasal dari sektor perdagangan, peternakan 4,79 persen, pertanian 7,65 persen, jasa 3,31 persen, dan di bidang non-produktif sebesar 5,01 persen.Dengan teknologi yang dimiliki Amartha, Aria menerangkan, perusahaan yang telah menjangkau seluruh pulau Jawa ini diharapkan mampu untuk memodernisasi segmen mikro yang saat ini masih “offline”. Karena itu, fitur-fitur teknologi baru diharapkan bisa hadir di desa-desa, agar sistem pembayaran dan transaksi bisa lebih cepat, murah dan efisien. Dengan demikian, lanjutnya, layanan keuangan digital bisa dinikmati bersama-sama oleh masyarakat di seluruh pelosok Indonesia. “Amartha selalu berusaha untuk memberikan pelayanan pembiayaan secara lebih terbuka dan demokratis,” ujar Aria. Meski begitu, Aria mengaku masih banyak tantangan yang dihadapi oleh lembaga keuangan mikro. Apalagi, secara geografis, pengusaha mikro berlokasi di daerah yang belum terjangkau infrastruktur fisik maupun teknologi. Namun, tantangan itu terus dihadapi Amartha dengan terus memberikan inovasi baru. [caption id="attachment_3303" align="aligncenter" width="4160"] Vice President Amartha, Aria Widyanto di Money Live: Indonesia 2019, Jakarta, baru-baru ini.[/caption] Melalui P2P lending, Aria menambahkan, Amartha mempertemukan pendana dan pengusaha mikro yang memerlukan dana untuk memulai atau mengembangkan usaha mereka di desa. Fokus Amartha juga untuk mendampingi dan mengedukasi para pengusaha mikro perempuan di desa serta menjembatani mereka dengan dunia teknologi keuangan digital. Amartha juga mempunyai program sosial seperti pelayanan kesehatan dan pemberian kacamata gratis. Selama tahun 2018, Amartha telah menyalurkan 7.090 kacamata gratis serta memberikan layanan cek kesehatan gratis di pulau Jawa. “Amartha mempunyai misi dalam membantu pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) oleh PBB di Indonesia, khususnya pada goals No Poverty, Gender Equality, dan Reduced Inequality,” ucap Aria. (Hans Arthur)
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG