icon-langID
logo-amartha
Home / Blog / Pendana / Keuangan / Gaya Hidup Cashless ala Millenial
icon-lang
icon-lang

Gaya Hidup Cashless ala Millenial

By Team Amartha Blog - 21 Jan 2020 - 3 min membaca

Gaya hidup cashless semakin marak sejak diperkenalkannya Uang Digital (E-Money) oleh industry perbankan di Indonesia sekitar tahun 2012 yang lalu. Tapi perkembangan penggunaannya belum signifikan. Pengalaman pribadiku menggunakan E-Money dirasa lebih repot ketika harus top-up karena hanya bisa top-up di atm, gerai mini-mart atau handphone jenis tertentu. Selain itu, penggunaanya juga masih terbatas tergantung kerjasama provider dengan merchant. Misalnya, di sebuah mall hanya menerima E-Money yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri dan Bank BCA, sementara saya punya E-Money yang dikeluarkan oleh Bank BNI. Bisa dibayangkan betapa repotnya kalau kita harus mengkoleksi banyak kartu?  Di tahun 2015, PT Aplikasi Karya Anak Bangsa hadir dengan produk aplikasi dompet digital (E-Wallet) yang bernama Go-Pay. Produk ini bekerja sama dengan aplikasi mobile perbankan, sehingga pengguna bisa langsung top-up menggunakan handphone. Produk ini diikuti beberapa kompetitor lain seperti OVO, Dana dan Link Aja. Bahkan, hal ini diikuti pula oleh pemain E-Commerce besar seperti Tokopedia dan Shopee yang semakin memudahkan customernya dalam melakukan transaksi perbelanjaan.  Oleh karena perangkat utama yang digunakan adalah handphone, tentunya produk-produk ini sangat akrab dengan generasi millennial yang sangat tech-savy dan tidak pernah lepas dari handphone. Belum lagi dengan tawaran-tawaran promo yang sangat menarik hasil kerjasama provider produk dompet digital dengan merchant-merchant yang ada.  Cashless jadi boros?  Kemudahan bertransaksi dengan cashless ini tentunya menggerakkan ekonomi suatu negara. Tapi, sadar nggak sih kalo kita juga jadi lebih sering belanja? Apalagi dengan segala bentuk promo dan periode-periode diskon E-Commerce di tanggal-tanggal cantik. Nah, bagaimana kita mengakali agar kita tidak terlalu asyik berbelanja atau jajan?  Supaya tetap termonitor dan terjaga, kita juga tetap bisa membuat pencatatan sendiri ataupun menggunakan aplikasi-aplikasi keuangan yang bisa membagi penggunaan dana kita. Misalnya di awal bulan setelah gajian atau dapat uang jajan dari ortu, kita bisa mulai membagi minimal dengan pos-pos seperti ini: 
  1. Pos menabung dan investasi
  2. Pos operasional sehari-hari
  3. Pos belanja
Diluar aplikasi dompet digital, industry perbankan juga sudah menanggapi kebutuhan kemudahan bertransaksi untuk menabung dan berinvestasi semudah menggunakan handphone. Lagi-lagi, yang diincar adalah generasi millennial yang serba suka kepraktisan. Beberapa produk yang bisa kita lirik seperti Jenius, Mandiri Mobile Banking, Mobile BCA dan beberapa aplikasi mobile banking lain yang sudah menyediakan fitur-fitur pengaturan portfolio keuangan seperti bisa membuat deposito, rekening dan membeli produk investasi yang tinggal ‘klik’. Ditambah lagi dengan adanya perusahaan fintek-fintek pembiayaan yang sudah terpercaya dan sangat mudah diakses sebagaimana aplikasi perbankan.  Jadi, walaupun kita berada ditengah-tengah godaan-godaan kemudahan cashless dan promo yang bergaung dimana-mana, tidak ada alas an lagi bagi kita generasi millennial untuk tidak bisa menabung. Selamat mengatur keuangan dan membangun generasi millennial sejahtera sejak muda!

Artikel Terkait

Pasangan Wajib Tahu! 7 Jenis Pos Keuangan Rumah Tangga

Gaya Hidup

Gaji 5 Juta Pajak 5 Persen, Begini Cara Hitungnya!

Keuangan

5 Cara Menghasilkan Uang Tambahan Selain Gaji. Ini Tipsnya!

Keuangan

4 Langkah Sederhana Mengatur Keuangan Milenial Agar Keuangan Tetap Sehat

Keuangan

Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?

Hubungi Kami SEKARANG

https://cms-admin-stg.amartha.com/uploads/invite_a21debce13.png