icon-langID
logo-amartha
Home / Blog / Pendana / Keuangan / Investasi Dengan Skema Lump Sum, Apa dan Bagaimana?
icon-lang
icon-lang

Investasi Dengan Skema Lump Sum, Apa dan Bagaimana?

By Team Amartha Blog - 17 Nov 2020 - 3 min membaca

Di masa pandemi Covid-19 ini, investasi merupakan komponen penting yang harus disiapkan, terutama untuk dana darurat maupun tabungan di masa depan.

Investasi juga dapat juga dapat dilakukan dalam berbagai wujud pada masa sekarang. Selain dengan cara cost averaging atau secara berkala, investasi juga bisa diimplementasikan dengan skema lump sum.

Lantas, apa sih sebenarnya investasi dengan skema lump sum tersebut? Berikut penjelasannya!

Perlu kamu tahu, istilah lump sum merupakan istilah universal yang menggambarkan skema pembayaran secara tunggal, atau sekali bayar. Namun istilah ini memang cukup akrab di dunia investasi, asuransi, perbankan, lelang, akuntansi, hingga yang berkaitan dengan pembayaran gaji maupun tunjangan.

Beberapa instrumen investasi seperti deposito, obligasi, sukuk, atau pendanaan P2P lending juga hanya bisa dibeli dengan cara lump sum, dan tidak bisa dibeli dengan cara berkala. Meski begitu, sejatinya lump sum bisa digunakan untuk instrumen apapun baik itu saham, reksa dana, hingga emas sekali pun.

Secara garis besar, investasi dengan skema lump sum adalah menyetor sejumlah dana besar di awal investasi. Kemudian, uang investasi tersebut dibiarkan bergerak naik turun mengikuti perkembangan pasar, tanpa melakukan tambahan investasi (top up) sampai investor memutuskan untuk mencairkannya.

Pilihan strategi investasi dengan skema lump sum ini memang cukup efektif dalam memberikan hasil investasi yang baik jika dilakukan dengan timing yang tepat.

Timing tepat ini maksudnya yaitu saat harga-harga NAB (nilai aktiva bersih) sedang turun pada posisi terendah (bottom) sehingga memungkinkan investor memperoleh lebih banyak unit investasi pada harga yang lebih murah.

Karena sedang turun, secara logika investasi akan naik kembali (swing) lagi ke posisi sebelumnya bahkan lebih tinggi sehingga memberi hasil yang lebih maksimal. Meski begitu, posisi terendah tidak selalu dapat diprediksi dengan baik.

Selain itu, investasi dengan model lump sum memerlukan modal yang cukup besar sehingga bisa menyulitkan sebagian calon investor, terutama yang memiliki alokasi investasi pas-pasan. Karena itu, bagi investor yang berkocek tebal dan sudah memiliki pengalaman, strategi investasi dengan skema lumpsum sangat cocok diterapkan.

Sebagai informasi, saat yang tepat untuk investasi lump sum adalah ketika pasar sedang mengalami koreksi besar-besaran dan terjadi pemulihan kondisi ekonomi. Walau begitu, seorang investor tidak selalu memiliki kemampuan memprediksikan titik terendah dari pasar sehingga potensi risikonya tetaplah besar.

Adapun, imbal hasil dalam investasi sejatinya bisa dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah capital gain, atau meningkatnya nilai atau harga sebuah instrumen investasi dan yang kedua adalah imbal hasil yang bersifat pendapatan tetap.

Karena itu, hindari melakukan lump sum dalam jumlah besar di instrumen investasi tinggi risiko seperti saham. Bayangkan saja, jika kamu melakukan pembelian saham dengan skema lump sum dalam jumlah besar, potensi terjadinya capital loss tentu akan lebih besar mengingat fluktuasi saham dalam jangka pendek cukup tinggi.

Pada dasarnya, investasi dengan skema lump sum lebih ideal digunakan untuk memenuhi kebutuhan investasi jangka pendek hingga menengah. Sebut saja untuk periode investasi di bawah lima tahun, seperti untuk persiapan menikah, membayar uang muka pembelian rumah, renovasi rumah, dan lainnya.

Ada alasan kuat mengapa pemula tak disarankan berinvestasi dengan teknik lump sum untuk kebutuhan investasi jangka panjang, seperti untuk memenuhi dana pensiun atau kebutuhan pendidikan anak ke jenjang yang tinggi. Pasalnya, kebutuhan akan dana pensiun di masa tua maupun pendidikan anak untuk jenjang tinggi tentu tidaklah sedikit.

Melakukan lump sum untuk investasi jangka panjang tentunya akan mengurangi ketersediaan aset lancar (uang tunai yang tersedia) seseorang dalam jumlah besar. Karena itu, ada baiknya sebelum kamu berinvestasi dengan skema lump sum, hitunglah kebutuhanmu terlebih dahulu untuk masa mendatang. Semoga menambah wawasanmu ya!

Artikel Terkait

Investasi Dengan Skema Lump Sum, Apa dan Bagaimana?

Keuangan

Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?

Hubungi Kami SEKARANG

https://cms-admin-stg.amartha.com/uploads/invite_a21debce13.png