Main Saham Dari Uang Pinjol, Bijakkah?
By Team Amartha Blog - 26 Jan 2021 - 3 min membaca
Minggu lalu digemparkan dengan fenomena investasi saham yang menarik kemunculan investor baru yang tergiur masuk karena kenaikan besar-besaran beberapa emiten.
Meski begitu, yang patut disorot adalah banyaknya investor baru tersebut yang menggunakan ‘uang panas’, baik lewat utang hingga menggadaikan aset yang dimiliki.
Walau begitu, bukannya untung, para investor yang membeli saham dengan 'uang panas' ini malah ketiban buntung.
Saham-saham yang tadinya dinilai menggiurkan karena harganya meroket, lambat laun malah turun dan membuat para investor baru ini 'nyangkut' besar dan tak bisa mengembalikan utang-utangnya ini.
Dear Investor Pemula, Ini Cara Main Saham Yang Aman dan Menguntungkan
Curhat-curhat para investor yang mencari peruntungan di saham melalui utang pun bertebaran di media sosial Twitter hingga Instagram.
Salah satu investor mengaku menggunakan uang arisan dan uang milik anggota Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk memborong saham perusahaan farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF).
"Lho kalau KAEF ARB tidak ada yang beli, gimana ya pak? Karena saya beli saham KAEF menggunakan uang arisan dan uang titipan ibu-ibu PKK. Sekarang di portofolio sudah minus hampir 25 persen. Sebaiknya gimana ya pak solusinya? Bingung juga mau jawab apa kalau ditanya pak," ungkapnya dalam screenshot yang tersebar di media sosial tersebut.
Investor lainnya mengaku menggadaikan tanah dan Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) mobil untuk membeli saham PT Itama Ranoraya Tbk.
"Saya nyangkut IRRA. Mana sudah gadai tanah sama BPKB mobil," katanya.
Terakhir, salah satu nasabah mengaku berutang Rp170 juta di 10 aplikasi pinjaman online (pinjol) untuk main saham. Lalu, membelikan saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk alias Antam.
"Saya habis pinjam online 10 aplikasi dapat Rp170 juta. Saya haka (hajar kanan) Antam tadi langsung 500 lot. Tolong kak," tulis investor dengan akun anonim itu.
Fenomena ini sedikit-banyak mencoreng pamor kebangkitan investor retail yang berlangsung di akhir tahun 2020 kemarin. Tahun 2020 didapuk BEI sebagai tahunnya kebangkitan investor retail.
Pasalnya jumlah investor retail naik signifikan dan menyumbang kenaikan investor pasar modal yang mencapai 54,38 persen dari 2,48 juta (2019) ke 3,88 juta (2020).
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor retail domestik mencapai 3,84 juta orang alias 98,96 persen investor pasar modal. Menariknya, usia di bawah 30 tahun mendominasi 54,8 persen keseluruhan investor individu diikuti usia 31-40 tahun 22,6 persen dan sisanya berusia 41 ke atas.
Sayangnya, pertumbuhan pertumbuhan investor ritel ini tidak diikuti dengan pemahaman tentang saham yang memadai. Fenomena membeli saham untuk memperoleh untung secara cepat tentu sangat keliru, apalagi jika dana tersebut didapatkan dari pinjaman online.
Arahan OJK Mengenai Investasi Saham Untuk Investor Pemula
Sebelum memulai investasi saham, ada baiknya kamu sebagai investor memeriksa fundamental perusahaan yang ingin dibeli sahamnya. Fundamental perusahaan yang bisa kamu periksa seperti kinerja, laba, sampai risikonya.
Selain itu, apabila kamu ingin berinvestasi di pasar modal, sebaiknya bedakan secara dengan tegas antara berinvestasi dan trading saham. Jika hendak menanamkan uangnya ke saham untuk memperoleh untung besar dalam jangka pendek, maka pemikiran itu lebih cocok untuk trading. Namun, saat memilih jalan, kamu harus siap menanggung risiko fluktuasi nilai saham yang tidak pernah pasti.
Sebaliknya, jika ingin berinvestasi, kamu harus menanamkan pandangan bahwa saham yang kamu beli untuk investasi jangka panjang. Jangan berharap untuk menikmati hasilnya dalam kurun waktu sebulan atau dua bulan.
Saham sebagai investasi jangka panjang biasanya disimpan berkisar 5 hingga 10 tahun. Investasi jenis ini tentu tetap berisiko dan dapat mengalami penurunan, namun dengan strategi tepat dapat mengincar perusahaan yang semakin baik setiap tahunnya.
Investasi Jangka Panjang vs Investasi Jangka Pendek
Nah, daripada menggunakan pinjaman online untuk membeli saham dan mengharapkan untung cepat, lebih baik kamu membuat utang produktif seperti untuk membuka atau mengembangkan bisnis. Salah alternatif pendanaan selain bank yang bisa kamu manfaatkan adalah lewat pinjaman online dengan Peer to Peer (P2P) Lending Produktif.
Sebagai informasi, P2P Lending merupakan layanan jasa keuangan yang mempertemukan pemberi pinjaman (lender) dengan penerima pinjaman (borrower) melalui sistem elektronik secara online. Di P2P Lending, investor akan mendapatkan bunga sementara peminjam akan dibebankan bunga.
Meski begitu, pada P2P Lending Produktif, borrower hanya bisa mengajukan dana jika ditujukan untuk menjalankan kegiatan usaha. Sederhananya, dana dari lender akan turut membantu kegiatan usaha yang tengah membutuhkan dana tambahan selaku borrower.
Nah, salah satu platform Peer to Peer (P2P) Lending Produktif yang aman dan tepercaya adalah Amartha. Sebagai informasi, Amartha adalah perusahaan pionir dalam layanan fintech peer to peer lending (P2P) yang menghubungkan pendana urban dengan pengusaha mikro di pedesaan.
Hingga saat ini tercatat sudah ada lebih dari 500.000 perempuan di seluruh penjuru Indonesia telah menjadi mitra Amartha untuk diberdayakan. Yuk, bergabung di Amartha!
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG