PEMUTARAN ENAM BELAS FILM FESTIVAL HENTIKAN KEKERASAN GENDER DAN SEKSUAL
By Team Amartha Blog - 22 Nov 2017 - 3 min membaca
Anda pernah nonton film “Perempuan Punya Cerita"? Jika belum kita akan diingatkan tentang persoalan-persoalan dan perjuangan para perempuan di beberapa daerah di Indonesia, karena film ini sangat kental dengan perspektif perempuan.
Film Perempuan Punya Cerita merupakan kumpulan 4 film pendek yang sarat dengan persoalan perempuan Indonesia. Film ini menjadi salah satu film yang akan diputar dalam EnamBelas Film Festival (16FF) di 12 kota di Indonesia.
Sutradara Nia Dinata, salah satu inisiator pemutaran EnamBelas Film Festival ini memang sengaja akan memutar 16 film panjang, 16 film pendek dalam rangka memperingati 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan, yaitu dari tanggal 25 November sampai 10 Desember 2017. 16 film ini sebagai penanda untuk mengajak semua orang menghentikan kekerasan terhadap perempuan.
“Tidak ada kata kadaluarsa untuk kasus kekerasan seksual, kita dilahirkan secara merdeka dan sama, maka ini perjuangan kita, untuk menolak segala bentuk kekerasan seksual,” ujar Nia Dinata pada konferensi pers 16 hari anti kekerasan anti kekerasan terhadap perempuan yang diadakan di Art Society, Kemang, Jakarta pada Jumat, 17 November 2017, kemarin.
[caption id="attachment_1517" align="aligncenter" width="1280"] Amartha di Enambelas Film Festival, bersama memerangi ketidakadilan terhadap perempuan[/caption]Acara peringatan 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan ini diadakan atas kerja bersama antara #GerakBersama, Komnas Perempuan, Kalyanashira, 100% Manusia, The Body Shop, Aliansi Satu Visi, Amartha, bersama Cine Space, Art Society, Kineforum, Galeri Indonesia Kaya, Paviliun 28, Kopi Kohlie, Sae Institute, @america, dimana www.Konde.co, www.magdalene.co dan Vice juga terlibat di dalamnya.
Peringatan hari anti kekerasan terhadap perempuan setiap tanggal 25 November tak pernah lepas dari perjuangan Mirabal bersaudara, 3 aktivis perempuan Amerika Latin, Minerva Mirabal, Maria Mirabal dan Patria Mirabal yang dibunuh dengan sangat keji.
Gerakan Mirabal bersaudara ini merupakan perlawanan terhadap rezim diktator Rafael Trujllo (1930-1961) yang menebarkan rasa takut di antara rakyat Republik Dominika kala itu. PBB kemudian menetapkan tanggal di hari Mirabal dibunuh sebagai hari anti kekerasan terhadap perempuan sedunia. Darah Mirabal bersaudara adalah penyambung kisah-kisah kekerasan perempuan yang terjadi dari dulu hingga kini.
Ide tersebut lalu tertuang dalam bentuk agenda bernama EnamBelas Film Festival (16FF). Sebuah kampanye yang menggunakan media film digelar bertepatan dengan kampanye global 16 Days of Activism atau dikenal di Indonesia sebagai Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16HAKTP).
“Ke-32 film pilihan kami adalah film-film yang sesuai dengan tema dan komitmen untuk penghapusan kekerasan berbasis gender dan seksual. Film-film ini adalah hasil karya anak bangsa dimana para produser, sutradara hingga pemain filmnya memiliki kepedulian yang sama tingginya atas sumpah dan komitemen dalam penghapusan kekerasan. Film-film ini akan diputar dan didiskusikan di Jakarta & 11 kota lainnya,” kata Nia Dinata.
Ketua Komnas Perempuan, Azriana menyatakan bahwa film merupakan media yang bisa mengajak masyarakat secara luas untuk berkampanye anti kekerasan terhadap perempuan.
“Ini merupakan kolaborasi yang menyenangkan yang dilakukan oleh banyak pihak, semakin banyak terlibat, semakin banyak yang memperjuangkan Rancangan Undang-Undang Kekerasan Seksual menjadi Undang-Undang.”
Festival film ini juga didukung oleh 16 Volunteer Ambasador yang terdiri dari kalangan seniman yang memiliki kepedulian yang sama. Mereka adalah: Ananda Sukarlan, Atiqah Hasiholan, Chelsea Islan, Chicco Kurniawan, Hannah Al Rashid, Happy Salma, Karina Salim, Lukman Sardi, Putri Ayudya, Refal Hady, Reza Rahadian, Richard Kyle, Rio Dewanto, Tara Basro, Tatyana Akman, Vivi Yip.
“Jika kita mencintai ibu kita, kita harus mencintainya, menjaganya. Ini merupakan gerakan anti kekerasan terhadap perempuan yang harus didukung,” kata Lukman Sardi.
Manager 16FF, Lini Zurlia dari Arus Pelangi menyatakan bahwa melalui 16FF juga mengajak semua pihak untuk menyeru sumpah secara bersama-sama mengambil andil dalam menghentikan kekerasan berbasis gender dan seksual.
“Dan sudah seharusnya hidup dengan penuh rasa aman dan damai adalah kehidupan yang sama-sama kita cita-citakan. Jadi apakah kita manusia kalau masih melakukan kekerasan? End This!.”
16FF secara resmi akan dibuka pada tanggal 25 November 2017 pukul 14.00 di SAE Institute Jakarta Jl. Pejaten Raya No.31 dan ditutup pada tanggal 10 Desember 2017 pukul 14.00 di CineSpace, Ruko Summarecon Digital Center, Scentia Square Park Garden View 01, Jl. Scentia Boulevard, Curug Sangereng, Klp. Dua, Tangerang.
Sejumlah film yang akan diputar misalnya: Cau Bau Kan dan Kebaya Pengantin karya Nia Dinata, Perempuan Kisah dalam Guntingan, Di Balik Frekuensi karya Ucu Agustin, Waiting Room karya Joko Anwar, Purnama di Pesisir karya Chairun Nissa, Selamat Pagi Malam karya Lucky Kuswandi, Demi Ucok karya Sammaria Simanjuntak, Tanah Mama karya Asrida Elisabeth dan sejumlah film lainnya.
Setiap pemutaran yang diselenggarakan akan diakhiri dengan diskusi-diskusi bersama dengan filmmaker dan ahli di isu-isu yang relevan dengan film maupun tema 16FF untuk menghapus dan menghentikan kekerasan berbasis gender dan seksual.
Artikel asli Kustiah dan Luviana – www.Konde.co
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG