Penggunaan Teknologi Tepat Guna untuk Menjawab Tantangan Masa Kini
By Team Amartha Blog - 10 Aug 2017 - 3 min membaca
Kemiskinan merupakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh setiap negara berkembang, Indonesia contohnya. Saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27 Juta jiwa dari total penduduk Indonesia. Hal tersebut berarti, 11% penduduk di Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan nasional dengan pendapatan per hari di bawah Rp 25.000,- (US$ 1.90). (BPS 2016)
Tantangan atas kemiskinan ini bersifat struktural. Beberapa masalah yang sangat terlihat dari kondisi ini antara lain, ketidakmampuan individu dalam mengakses pendidikan yang layak, kurangnya perhatian terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan berbagai kendala sosial lainnya.
Melihat kondisi ini, penggunaan teknologi untuk menjawab semua tantangan yang ada menjadi penting. Teknologi di sini tidak hanya dimaknai sebagai alat untuk mempermudah akses, namun teknologi juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai medium untuk mengembangkan potensi yang berada di berbagai daerah.
Dengan keberadaan teknologi, upaya yang dilakukan dalam menjawab tantangan kemiskinan menjadi lebih strategis, tepat sesuai dengan sasarannya.
Salah satu sektor yang penting untuk dikembangkan dengan keberadaan teknologi ini adalah sektor finansial. Bentuk perbankan alternatif dengan menyasar sektor yang belum dijamah oleh perbankan formal misalnya, bisa menjadi salah satu bentuk untuk mempercepat arus pembangunan di daerah.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh OJK, 64% dari masyarakat Indonesia masih belum memiliki akses kepada sistem perbankan formal. Maka, peran teknologi menjadi penting di sini. Mengapa demikian?
Hal ini karena teknologi mampu mengintegrasikan proses distribusi bagi masyarakat yang belum memiliki akses, yang biasanya hanya dibantu lewat cara-cara konvensional. Lewat akses ini, masyarakat mampu untuk mandiri secara ekonomi, dimana modal untuk melakukan kegiatan produksi bisa diakses dengan lebih cepat.
Penyesuaian-penyesuaian kemudian dilakukan, misalnya dengan membuat aplikasi yang menggunakan react native berbasiskan javascript sebagai bahasa pemrograman, yang mana pengembang dapat dengan leluasa untuk melakukan inovasi terhadap produk.
Salah satu produk luaran dari penggunaan fitur ini adalah sistem perbankan alternatif berbasiskan aplikasi, yaitu aplikasi untuk pendaftaran nasabah, pencairan modal dan juga pembayaran angsuran.
Aplikasi tersebut dibuat secara terpisah agar data bisa tersimpan dengan struktur yang baik, kemudian data pengguna diintegrasikan kedalam database pengguna. Penggunaan sistem perbankan alternatif berbasis teknologi semakin mungkin untuk diaplikasikan berkat keberadaan dari telepon pintar (smarthphone).
Dilansir dari data yang dimiliki oleh OJK, terdapat lebih dari 310 juta pengguna smartphone di Indonesia dan juga sekitar 13 juta rakyat miskin memiliki telepon genggam. Dan secara global 2,3% pengguna internet berasal dari Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengimplementasikan teknologi sebagai salah satu sarana dalam membuat sistem perbankan alternatif.
Maka tidak heran, saat ini tengah banyak startups di Indonesia yang lahir dan mulai berkecimpung di dunia fintech (financial technology). Sebagai contohnya, adalah Amartha. Amartha sendiri juga telah memulai memanfaatkan teknologi sejak tahun 2016.
Amartha selalu ingin mengedukasikan kepada para nasabah untuk mulai terbuka dengan teknologi. Karena memprediksikan beberapa tahun yang akan datang, penggunaan uang akan semakin berkurang, diikuti dengan berkembangnya uang digital (cashless).
Dengan mengimplementasikan teknologi yang tepat, di Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke 22 hari ini, Amartha bertekad ingin terus memberikan kesempatan bagi masyarakat akar rumput, yang memiliki income yang rendah dan kurang beruntung, untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera, dengan cara memberikan akses keuangan yang selalu tersedia dimana saja, dengan biaya yang sangat terjangkau dan akses yang sangat mudah dan cepat.
Informasi tentang Penulis :Faris Muhamad Ali Fadholi merupakan professional di bidang industri internet dengan pengalaman kerja lebih dari 7 tahun. Terampil di bidang Go, NodeJS, IoT dan Agile Methodology, Faris merupakan lulusan program studi Ilmu Komputer University of Hertfordshire. Beberapa pengalaman kerja yang pernah Faris alami antara lain sebagai Head of Development di Setipe.com, Full Stack Lead Engineer di RAYDAR Singapore, Full Stack Polyglot Software Engineer di CryoWerx Singapore dan saat ini menjabat sebagai Technology Head di Amartha. Faris juga pernah memenangkan beberapa kompetisi bergengsi, salah satunya adalah menjadi juara 2 dalam kompetisi Facebook Indonesia Developer Challenge 2016, dengan idenya SmartFAQ yang merupakan solusi yang memanfaatkan messenger bot Facebook untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar dari pengguna layanan yang sering diajukan.
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG