Presiden Jokowi di Vaksin, Ini Fakta Seputar Vaksin Sinovac
By Team Amartha Blog - 13 Jan 2021 - 3 min membaca
Presiden Joko Widodo resmi disuntik vaksin virus corona pada Rabu (13/01) pukul 10.00 WIB di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.
Penyuntikan vaksin kepada presiden Jokowi dilakukan oleh Tim Dokter Kepresidenan dengan menggunakan vaksin Sinovac buatan perusahaan asal China. Hal ini turut menandai program vaksinasi di Indonesia.
Sebelumnya, program vaksinasi ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Hasil survei daring menunjukkan 65% responden menyatakan bersedia menerima vaksin jika disediakan Pemerintah, 27% menyatakan ragu dengan rencana Pemerintah untuk mendistribusikan vaksin, dan 8% menolak.
Alasan penolakan vaksin paling umum yaitu terkait keamanan vaksin (30%), keraguan terhadap efektivitas vaksin (22%), ketidakpercayaan terhadap vaksin (13%), kekhawatiran adanya efek samping seperti demam dan nyeri (12%), dan alasan keagamaan (8%).
Menanggapi hal tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) vaksin Sinovac. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun juga telah mengeluarkan fatwa halal untuk penggunaan vaksin Sinovac.
Selanjutnya, Penny K. Lukito selaku kepala BPOM turut mengutarakan ada sejumlah efek samping yang ditimbulkan, dari yang bersifat ringan hingga sedang.
Melansir CNN, efek samping bersifat lokal berupa nyeri, iritasi, dan pembengkakan. Sementara efek samping sistemik berupa nyeri otot, fetik, dan demam. Untuk efek samping dengan derajat berat berupa sakit kepala, gangguan di kulit atau diare yang dilaporkan hanya 0,1 - 1 persen.
Terkait pemberian vaksin, pemerintah menargetkan setidaknya 70 persen masyarakat Indonesia atau sekitar 182 juta jiwa untuk membentuk kekebalan populasi atau herd immunity.
Berikut ini sejumlah fakta mengenai Vaksin Sinovac melansir dari detik.com:
1 Efikasi 65.3 Persen
Analisis interim hasil uji klinis di Bandung menunjukkan bahwa efikasi vaksin sebesar 65.3 persen. Nilai ini sudah lebih tinggi dari persyaratan yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 50 persen.
2. Imunogenesitas 99.23 Persen
Imunogenesitas adalah kemampuan untuk membentuk antibodi yang berfungsi membunuh dan menetralkan virus. Dalam uji coba yang dilakukan di Bandung, didapatkan data antibodi sampai 3 bulan setelah penyuntikan sebesar 99.23 persen.
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG