icon-langID
logo-amartha
Home / Blog / Pendana / Keuangan / Sering Keliru, Ini Loh Bedanya Resesi Ekonomi dan Depresi Ekonomi
icon-lang
icon-lang

Sering Keliru, Ini Loh Bedanya Resesi Ekonomi dan Depresi Ekonomi

By Team Amartha Blog - 21 Aug 2020 - 3 min membaca

Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis kabar pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2020 yang minus mencapai 5,32 persen. Capaian ini menjadi yang terendah sejak kuartal I-1999 yang minus 6,13%. Dengan capaian tersebut, banyak pihak yang menilai ekonomi Indonesia saat ini telah masuk resesi teknikal.

Apabila perekonomian RI kembali minus di Kuartal III-2020, maka Indonesia dipastikan akan bergabung bersama negara lainnya seperti Amerika Serikat, Singapura hingga Uni Eropa, yang telah masuk ke resesi ekonomi.  

Lantas, apa sih sebenarnya perbedaan dari resesi ekonomi dengan depresi ekonomi?

Well, pada dasarnya resesi ekonomi maupun depresi ekonomi mempunyai indikator penyebab sama, namun punya perbedaan dari tingkat keparahan, durasi dan dampak keseluruhan yang ditimbulkan.

Dikutip dari Merriam Webster, depresi adalah suatu penurunan yang terjadi secara signifikan di dalam siklus bisnis. Penurunan ini biasanya bahkan terjadi lebih parah dan dalam dibandingkan siklus di dalam resesi.

Depresi dapat dikatakan sebagai kondisi resesi, namun terjadi dalam siklus yang panjang. Depresi ekonomi biasanya ditandai dengan merebaknya jumlah pengangguran, penurunan serius di sektor konstruksi, dan penurunan tajam di perdagangan internasional maupun pergerakan aliran modal.

Baca Juga: Indonesia Terancam Resesi, Apa Yang Harus Kita Lakukan?

Bisa dibilang, depresi ekonomi menjangkau wilayah yang lebih luas dalam tatanan global. Tanda-tanda depresi ekonomi terjadi saat angka PDB terkontraksi hingga 10 persen lebih. Kondisi depresi ekonomi yang pernah terjadi yaitu ketika masa Great Depression (tahun 1930-an) dan Long Depression pada (tahun 1870-1890-an).

Dalam depresi ekonomi, penurunan PDB biasanya terjadi di kisaran -14,7% sampai -38,1%. Penurunan PDB terburuk pernah terjadi di Amerika Serikat (-38,1%) di bulan Januari 1920-Januari 1921. Sedangkan penurunan PDB paling rendah berada di -14,7% yang terjadi pada bulan Januari 1910-Januari 1912.

Berbeda dengan depresi ekonomi, kondisi resesi ekonomi sendiri secara geografis biasanya terbatas di hanya satu negara saja. Secara teknis, resesi ekonomi biasanya ditandai dengan penurunan angka PDB ke teritori minus atau mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Contoh kasus resesi yang pernah terjadi di Dunia salah satunya adalah krisis Yunani.

Dalam resesi, penurunan PDB umumnya berada di kisaran -0,3% hingga -5,1%. Penurunan PDB paling parah (-5,1%) pernah terjadi di Amerika Serikat lebih dari sepuluh tahun lalu yaitu pada Desember 2007-Juni 2009. Sedangkan untuk penurunan PDB paling rendah berada di -0,3% terjadi pada bulan Maret-November 2001.

Meski Indonesia masih mengalami ketidakpastian ekonomi, hal terbaik yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan menambah portolio investasi. Salah satu cara berinvestasi paling mudah dan aman adalah dengan bergabung menjadi pendana di Amartha.

Mengapa harus Amartha? Pasalnya, dengan menjadi pendana bagi para perempuan pengusaha mikro mitra Amartha, kamu juga akan mendapatkan keuntungan hingga 15% per tahun dan cash flow mingguan. Selain itu, pembayaran angsurannya bisa diambil kapan saja.

Yuk, mulai investasimu di Amartha!

Artikel Terkait

Dampak Resesi Indonesia 2023, Apakah Perlu Khawatir?

Produk Terbaru Bisnis

Ancaman Resesi 2023, Ini 5 Langkah Persiapannya!

Sering Keliru, Ini Loh Bedanya Resesi Ekonomi dan Depresi Ekonomi

Keuangan

Indonesia Terancam Resesi, Apa yang Harus Kita Lakukan?

Keuangan

Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?

Hubungi Kami SEKARANG

https://cms-admin-stg.amartha.com/uploads/invite_a21debce13.png