Biar Gak Keliru, Belajar Psikologi Uang Dari Morgan Housel Dulu Yuk!
By Team Amartha Blog - 12 May 2021 - 3 min membaca
“Kesuksesan finansial bukanlah ilmu yang sulit. Ini adalah soft skill, di mana cara berperilaku lebih penting daripada apa yang kamu ketahui. Soft skill ini disebut sebagai psikologi uang. "
Kutipan di atas merupakan premis dari buku buku berjudul The Psychology of Money by Morgan Housel. Sebagai informasi, Morgan Housel, partner di The Collaborative Fund dan mantan kolumnis di The Motley Fool dan The Wall Street Journal.
Dia adalah pemenang dua kali Penghargaan Bisnis Terbaik dari Society of American Business Editor and Writers, pemenang New York Times Sidney Award. Selain itu, dia juga dua kali menjadi finalis Penghargaan Gerald Loeb untuk Distinguished Business dan Jurnalisme Keuangan.
Di dalam buku ini sendiri, Morgan membahas bagaimana hubungan manusia dengan uang dari sudut pandang perilaku manusia itu sendiri. Kamu bisa menggunakan uang dengan baik, bukan berasal dari apa yang diketahui, tapi bagaimana perilakumu sendiri soal uang.
Kamu bisa saja belajar kalau investasi, rancangan keuangan pribadi, dan keputusan bisnis ini soal matematika di mana data serta formula memberitahu apa yang harus dilakukan. Namun, kenyataannya justru berbeda.
2 Jebakan Psikologi Investasi Yang Patut Kamu Waspadai
Mayoritas orang tidak membuat keputusan keuangan hanya berdasarkan dari laporan. Mereka justru membuat keputusan tersebut saat berada di meja makan atau di meeting room. Ketika semua perasaan bercampur aduk, mulai dari kesombongan, keserakahan, marketing produknya yang bagus, pandangan soal dunia, dan sebagainya.
Nah, berikut ini adalah beberapa hal menarik yang bisa didapatkan dari buku The Psychology of Money by Morgan Housel!
1. Mengelola Uang Tidak Butuh Kepintaran
Orang jenius yang kehilangan ketenangan dalam mengatur keuangan mereka, maka akan berakibat fatal. Hal sebaliknya, orang biasa yang tidak punya latar belakang keuangan bisa menjadi kaya apabila dia punya karakter perilaku tertentu soal uang, ini tidak ada kaitannya dengan kepintaran.
Sebagai contoh, Ronald James Read adalah seorang petugas kebersihan pom bensin dan donatur di Amerika Serikat. Ronald hidup sederhana, rutin menabung, dan pada akhir hayatnya dia mampu mengumpulkan 8 juta dolar AS. Mayoritas dari kekayaannya lalu disumbangkan ke rumah sakit lokal dan perpustakaan.
Kisah kedua adalah dari seseorang bernama Richard Fuscone. Dia merupakan lulusan Harvard dan eksekutif di perusahaan manajemen investasi bernama Merrill Lynch. Sepanjang hidupnya, dia banyak berhutang dan hidup sangat boros. Hingga akhirnya, nasib malang tiba ketika krisis keuangan tahun 2008. Kejadian ini memaksa Richard untuk menyatakan diri bangkrut.
Perbedaan nasib kedua orang ini bukan disebabkan oleh tingkat intelektual seseorang, tapi berdasarkan bagaimana perilaku mereka soal uang. Ronald hidup sederhana dan mengatur uangnya dengan baik, sedangkan Richard hidup dengan serakah dan boros.
Kesuksesan keuangan bukanlah ilmu yang kaku, tapi lebih ke soft skill di mana perilaku soal uang lebih penting daripada seberapa banyak yang kamu tahu soal uang.
Sering Diabaikan, Inilah 4 Manfaat dari Menerapkan Budgeting
2. Rasa Iri Membuatmu Gegabah dalam Bertindak
Kapitalisme memang hebat dalam menciptakan dua hal, yaitu kekayaan dan rasa iri. Kamu bisa mempelajari ini dari kisah Raja Gupta yang berasal dari Kolkata, India. Dia adalah pekerja keras yang menaiki tangga kepegawaian perusahaan konsultan manajemen McKinsey hingga akhirnya menjadi CEO dan pensiun di tahun 2007 dengan total kekayaan mencapai USD 100 juta.
Dengan kekayaan itu, Gupta hampir dapat membeli apapun yang ia inginkan. Namun tetap saja dia merasa iri dan ingin mengumpulkan lebih banyak harta. Di tahun 2008, Gupta yang menjabat sebagai salah satu dewan direksi dari Bank Goldman Sachs, mendengar berita bahwa Warren Buffet akan berinvestasi sekitar USD 5 miliar untuk memastikan Bank tetap mampu bertahan selama krisis keuangan berlangsung.
16 detik setelah mendengar informasi tersebut melalui conference call yang belum dipublikasikan kepada masyarakat luas, Gupta menghubungi manajer investasi dan membeli sebanyak 175 ribu lembar saham dari Goldman Sachs.
Perbuatan Gupta dapat dikategorikan sebagai tindakan ilegal karena membeli saham berdasarkan informasi dari orang dalam (insider trading). Meski begitu, Gupta tidak peduli mengingat ia dapat meraup keuntungan sebesar USD 1 juta dengan mudah.
Setelah beberapa waktu berlalu, pihak berwenang melacak aktivitas trading tersebut dan menangkapnya. Keinginannya untuk menjadi lebih kaya justru membawanya kepada hukuman kurungan penjara.
Nasihat yang dapat dipetik dari cerita ini adalah: rasa iri membuatmu gegabah dalam bertindak. Dan “biaya” yang harus kamu bayarkan untuk menebus tindakan tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan keuntungan yang akan kamu dapatkan.
3. Mempertahankan Kekayaan Lebih Sulit Daripada Memperolehnya
Ada banyak cara untuk memperoleh kekayaan. Namun, menurut Morgan hanya satu cara untuk tetap kaya yaitu gabungan antara hidup sederhana dan punya rasa takut. Memperoleh kekayaan dan mempertahankan kekayaan punya pendekatan yang berbeda.
Dalam memperoleh kekayaan, kamu perlu mengambil resiko dan optimis. Sedangkan dalam mempertahankan kekayaan, kamu butuh mindset yang 180 derajat bertentangan yaitu harus lebih sederhana dan rasa takut kalau apa yang dikumpulkan selama bertahun-tahun bisa hilang dalam sekejap.
Itulah sebabnya kamu harus memiliki survival mindset dalam mempertahankan kekayaan. Pertama, kondisi keuangan yang kokoh. Kamu harus punya manajemen uang yang baik, misalnya berapa bagian untuk investasi konservatif dan berapa bagian untuk investasi yang agresif.
Pembagian ini harus jelas dan diamati dengan baik. Hal ini bertujuan agar kamu mampu menikmati kondisi keuangan yang baik dalam jangka panjang. Kedua, rencana yang disusun mungkin tidak terjadi. Rencana yang baik harus bisa menyisakan ruang apabila gagal, artinya kamu harus siap dengan opsi kedua apabila opsi pertama tidak berhasil.
Well, itulah beberapa hal menarik yang bisa didapatkan dari buku The Psychology of Money by Morgan Housel. Apakah kamu tertarik membacanya?
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG