2 Jebakan Psikologi Investasi Yang Patut Kamu Waspadai
By Team Amartha Blog - 8 Apr 2021 - 3 min membaca
Dalam berinvestasi, selain modal dan strategi, psikologi adalah hal penting yang perlu disiapkan oleh setiap investor. Psikologi yang dimaksud adalah pikiran yang berperan mengendalikan emosi saat seseorang melakukan investasi.
Di dalam tubuh manusia terdapat otak yang disebut sebagai otak emosional atau limbic system. Otak emosional mengarahkan manusia untuk mencari kesenangan dan menghindari penderitaan.
Dalam hal investasi, otak emosional berpengaruh pada pembuat keputusan yang mana cenderung membuat investor untuk mencari keuntungan atau serakah dan menghindari kerugian atau takut.
Curtis Faith dalam bukunya The Way of The Turtle mengungkapkan beberapa persepsi yang muncul dari otak emosional saat seseorang melakukan kegiatan investasi, yaitu:
- Menghindari kerugian dan mencari keuntungan
- Mengunci keuntungan dan tidak menerima kerugian sehingga membiarkan kerugian membesar (sindrom get evenitis)
- Bergantung pada banyak informasi
- Mempercayai sesuatu karena banyak yang mempercayainya
- Mengambil kesimpulan berdasarkan data yang minim karena rekomendasi teman dekat
- Ingat ketika pernah profit namun lupa ketika pernah mengalami kerugian
Sebagai contoh saat market bergerak naik, banyak investor melakukan belanja dan ketika portofolio menyerok keuntungan, efek dopamin mulai meningkat dn membuat investor menjadi serakah dan menginvestsaikan lebih banyak lagi.
Sebaliknya, saat market bergerak turun dan portofolio menurun, efek dopamin ikut menurun dan amygdala pada otak emosional mulai membuat emosi ketakutan dan berujung membuat investor melepas investasinya.
Jebakan Psikologis Investasi: Serakah dan Takut
Serakah: Fokus Kejar Untung, Lupa Risiko
Jebakan psikologis yang muncul saat berinvestasi adalah serakah. Memang pada dasarnya keinginan manusia dalam hal ini investor tidak pernah merasa puas dan ingin cepat kaya.
Bila seorang memiliki mindset investasi tersebut maka akan sulit bagi ia untuk merasa puas dan terus menginginkan lebih sehingga membuat si investor melupakan risiko dari investasi yang dijalankannya.
Maka dari itu solusinya adalah merencanakan target profit. Ketika keuntungan sudah menyentuh target maka segera realisasikan keuntungan meskipun angka keuntungan masih terus bergerak. Begitupun saat rugi. Ingatlah bahwa stop loss adalah penyelamat investor dari potensi kerugian yang lebih besar.
Takut: Membuat Investor Tidak Objektif
Rasa takut didasarkan pada sifat otak emosional manusia yang cenderung menghindari penderitaan atau kerugian. Rasa takut yang berlebihan sejatinya bisa menggagalkan rencana investasi. Rasa tersebut timbul dari pengalaman.
Rasa takut sering menjadi sebuah peringatan untuk menghindari ancaman sehingga membuat invetor menghindari informasi yang dianggapnya mengancam atau bertentangan dengan pendapatnya. Hal ini membuat investor menjadi tidak objektif dalam menilai.
Misalnya bila seorang investor mengalami kerugian, ia hanya fokus pada informasi yang membenarkan pendapatnya dan mengabaikan faktor yang bertentangan dengan pendapatnya.
Solusi yang dapat diambil dalam berinvestasi adalah biasakan diri untuk melakukan cut loss atau hold investasi. Untuk itu yakin dan pahamilah instrumen investasi yang dipilih dengan perhitungan dan target yang jelas.
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG