Masih dalam nuansa Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day, peringatan hari internasional perempuan yang jatuh pada setiap tanggal 8 Maret setiap tahunnya ini didedikasikan bagi semua perempuan di dunia, demi mencapai kesetaraan dari segala bidang. Baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya, maupun politik, bahkan banyak perempuan yang mengalami ketidakadilan dan ketimpangan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti kesenjangan upah, kesulitan akses terhadap modal, pendidikan, dan layanan kesehatan, serta diskriminasi dan kekerasan gender.

Meski sudah berada di era modern dengan perkembangan teknologi yang berkembang pesat, sayanganya bias terhadap gender serta perbedaan perlakuan terhadap perempuan masih sering terjadi.

Dilansir website resmi International Women's Day tema yang diangkat di tahun 2023 ini adalah Embrace Equity atau #EmbraceEquity. Dalam website itu disebutkan bahwa kesetaraan adalah hal yang harus dimiliki dan perlu menjadi bagian dari DNA setiap masyarakat. Oleh karena itu, tujuan tema kampanye #EmbraceEquity International Women's Day 2023 adalah membuat dunia berbicara tentang 'mengapa kesempatan yang sama saja tidak cukup'.

Sejarah Hari Perempuan Internasional

Melansir dari Hindustan Time, hari perempuan internasional dimulai dari gerakan buruh pada pergantian abad ke-20 di seluruh Amerika Utara dan Eropa. Perayaan ini didedikasikan oleh Partai Sosialis Amerika untuk menghormati para pekerja yang mogok kerja di mana saat itu mayoritas pekerja adalah perempuan di perusahaan garmen tahun 1908 di New York. Para pekerja melakukan mogok kerja untuk memprotes kondisi kerja yang keras, serta mereka menyuarakan haknya tentang peningkatan standar upah dan pemangkasan jam kerja.

Pada 1910, aktivitas hak perempuan Clara Zetkin mengajukan sebuah gagasan untuk menetapkan Hari Perempuan Internasional. Dia menyarankan setiap negara merayakan satu hari dalam setahun untuk mendukung aksi tuntutan perempuan. Gagasan itu disetujui Konferensi perempuan dari 17 negara yang beranggotakan total 100 perempuan.

Kemudian terjadi pergerakan perempuan di Rusia yang menggelar aksi damai menentang Perang Dunia I pada 8 Maret 1913. Setahun kemudian, perempuan di seantero Eropa menggelar aksi yang sama di tanggal yang sama.

Saat Perang Dunia II, tanggal 8 Maret digunakan seluruh dunia sebagai momentum advokasi keserataan gender. Pada 1917, sejumlah perempuan di Rusia memilih untuk memprotes dan mogok di bawah slogan 'Bread and Peace' pada hari Minggu terakhir di bulan Februari (yang jatuh pada tanggal 8 Maret pada kalender Gregorian). Gerakan mereka akhirnya mengarah pada pemberlakuan hak pilih perempuan di Rusia.

Akhirnya tanggal 8 Maret kemudian diakui keberadaannya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1975. Selanjutnya, setelah diadopsi oleh PBB pada 1977, Hari Perempuan Internasional diperingati pada 8 Maret sebagai hari libur resmi PBB untuk hak-hak perempuan dan perdamaian dunia.

Equity For Properity Bagi Perempuan

Di tahun ini, Amartha membawa tema Equity for Prosperity bagi perempuan sebagai konsep penting yang menekankan pentingnya menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan gender, di mana perempuan memiliki akses yang sama terhadap peluang, sumber daya, dan manfaat seperti laki-laki, tanpa mengalami diskriminasi atau kekerasan gender.

Amartha meyakini bahwa untuk menerapkan Equity for Prosperity bagi perempuan membutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan terpadu yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan individu dengan harapan dapat membantu menciptakan sistem yang lebih inklusif dan memberdayakan perempuan.

Berikut video yang Amartha persembahkan sebagai bentuk kerja nyata Amartha untuk terus menerapkan #EquityForProsperity bagi perempuan pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Selamat hari perempuan sedunia 💜