icon-langID
logo-amartha
Home / Blog / Mitra / Cerita Mitra / Amartha Employee Stories, Risyad Tri Setiaputra: Jangan Pernah Berhenti Belajar!
icon-lang
icon-lang

Amartha Employee Stories, Risyad Tri Setiaputra: Jangan Pernah Berhenti Belajar!

By Team Amartha Blog - 16 Oct 2018 - 3 min membaca

Jangan pernah berhenti belajar, itulah kata Risyad Tri Setiaputra alias Risyad. Ya, selalu ada kemauan untuk belajar terhadap pekerjaan maupun bidang yang sedang digeluti. Sebagai Impact Analyst di Amartha, Risyad selalu menghabiskan waktunya bersama ibu-ibu di desa setiap bulan. Pekerjaannya yang harus berpergian ke desa tak membuat dia lelah justru selalu bersemangat. Apalagi, jika bertemu dengan ibu-ibu di desa. Segala masalah seperti hilang saat dirinya bisa melihat ibu-ibu tersenyum. Bahkan, dirinya tak segan untuk mendengar keluh kesah para ibu dalam menjalani usahanya. Pengalamannya bersama dengan Amartha membuat dirinya dapat melihat secara jelas peran Amartha dalam mewujudkan inklusi keuangan. Dia beranggapan bahwa akses layanan keuangan itu adalah layanan tanpa batas. Masyarakat desa pun berhak untuk maju secara ekonomi.  Kali ini, Amartha mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai Risyad. Berikut hasil wawancara kami dengan Risyad, Kapan pertama kali masuk di Amartha? Hello, saya pertama kali gabung dengan keluarga Amartha sejak Maret 2018. Apa saja pekerjaan yang dilakukan? Sebagai impact analyst, job desc utamanya adalah membuat model pengukuran dampak sosial dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh Amartha. Tantangan pertama untuk posisi saya adalah menyesuaikan dampak sosial dari Amartha di lingkup pengentasan kemiskinan dengan model Sustainable Development Goals (SDG) yang dibuat oleh PBB. Tujuannya, agar bisa tahu sejauh mana Amartha berkontribusi dalam agenda pembangunan secara nasional dan global dalam beberapa isu. Hasilnya, ternyata dengan melakukan pemberdayaan perempuan melalui inklusi keuangan, kita bisa turut meng-address isu kemiskinan, penyediaan lapangan kerja produktif, dan kesenjangan sosial. Setelah model pengukurannya selesai dibuat, sekarang hasilnya diturunin lagi jadi bentuk implementasi berupa program sosial yang mendukung Amartha dalam mendorong kesejahteraan keluarga pra-sejahtera di pedesaan. Nantinya, hasil pengukuran dari kegiatan usaha Amartha dan program sosial yang kita buat akan dibuat jadi impact factsheet dan social accountability report. Bagaimana rasanya bekerja di Amartha? Pengalaman apa saja yang sudah dilewati? Banyak banget belajar sih. Mulai dari data wrangling, bikin framework impact assessment, framework program sosial, effective communication, field research bareng tim Oxford Microfinance Initiative, Melbourne Microfinance Initiative, UN Pulse Lab Jakarta. Yang paling favorit: menghabiskan weekend bareng ratusan ibu-ibu di desa setiap bulan! Apa yang menyebabkan Risyad tertarik bekerja di Amartha? Awal mulanya? Saya termasuk sarjana keuangan yang percaya bahwa akses layanan keuangan itu adalah layanan tanpa batas. Kalau kata Muhammad Yunus, “financial services should be the future human rights”. Singkatnya, financial inclusion is mandatory. Semenjak ngerjain skripsi untuk kelulusan S-1, sebenernya udah sempet denger Amartha karena termasuk salah satu microfinance institution (MFI) Indonesia yang terdaftar di MIX Market, pusat database microfinance institution secara global.Tahun lalu waktu S-2 juga sempet riset dengan objek Amartha. Karena Amartha punya kemampuan buat bikin model credit scoring pake tes psikometrik, jadi tertarik buat belajar lebih jauh dalam mengolah data kualitatif kayak gitu. Sekarang makin tertarik lagi karena bareng Amartha bisa belajar buat ngembangin model layanan keuangan yang bisa mendorong inklusi keuangan lebih jauh lagi. Bayangin kalau nanti Amartha bisa ngembangin layanan keuangan buat pengungsi yang status ID-nya sulit ditentuin. Amartha Employee Stories, Risyad Tri Setiaputra: Jangan Pernah Berhenti Belajar! Bagaimana suasana kerja di Amartha? Dinamis, responsif, semua serba cepet! Gak pernah berhenti belajar, baik dari sesama orang HO, partner maupun dari tim lapangan. Kesulitan yang dihadapi selama bekerja di Amartha? Menerjemahkan semua inputan ke kondisi di lapangan. Misal, habis ambil referensi dari banyak sumber, hasilnya harus bisa dimengerti sama ibu-ibu di desa usia 28-57 tahun yang mayoritas hidup di lingkungan sosial yang terisolasi. How to do and tell things in a concise and compelling way, at the level of ‘ibu-ibu Amartha’. Pengalaman yang tidak pernah dilupakan? Riset “Banking on Fintech” dengan UN Pulse Lab. Dapet banyak wawasan yang berguna banget tentang riset, terutama penggunaan framework human-centered design. Hasil risetnya udah bisa diakses di bit.ly/BankingonFintech , silakan dilihat ya. Sebelum di Amartha, dulu kerja/kuliah di mana? Cerita tentang Pendidikan/pekerjaan sebelumnya? Apakah sesuai dengan pekerjaan sekarang di Amartha? Dulu setelah lulus S-1 di Universitas Padjadjaran sempet 3 tahun di BUMN lembaga pembiayaan mikro, habis itu ngelanjutin sekolah lagi ambil jurusan Social Business & Microfinance di Glasgow Caledonian University. Kebetulan, waktu tahun itu chancellor (rektor)-nya masih Muhammad Yunus. Dari hasil observasi portofolio industri microfinance di Indonesia, yang saya lihat masih ada potensi dari industri ini untuk menjadi ‘bubble’. Ketika dituntut untuk makin komersil, kecenderungannya adalah industri ini menjadi ‘overexploitative’ buat target pasarnya, yaitu masyarakat pra-sejahtera yang belum punya kesempatan untuk mengakses layanan keuangan. Berangkat dari hasil observasi ini, akhirnya waktu sekolah lagi fokusnya di bikin modelling untuk individual risk assessment. Karena bisa bayar aja gak cukup, peminjam juga harus mau bayar. Yang coba saya teliti, mungkin gak kita bisa tahu kemauan untuk bayar seseorang, tanpa melewati proses prediksi kepribadian yang terlalu lama. Tapi tetap dalam standar compliance, jadi secara model menghindari kecenderungan untuk menjadi proses yang oversimplification. Di Amartha, temuannya nyata banget. Saking berkualitasnya ibu-ibu peminjam di Amartha, ada yang awalnya takut punya utang karena baru pertama kali minjem uang buat mulai usaha, begitu berhasil ngelunasin si Ibu jadi ngerasa bangga, karena berhasil ngebuktiin kalau dia bisa mengemban tanggung jawab untuk mengelola uang. Ini salah satu bukti Apa harapan Risyad di Amartha? Growing together, prosper together!  

Artikel Terkait

Bagi Keberkahan Idul Adha dengan Modalin Mitra Amartha!

Promo Pendana

Waktunya Bonus Extra, Waktunya Modalin Mitra!

Promo Pendana

Nikmati Bonus 1 Juta Hanya Untuk Pendana Setia!

Promo Pendana

Bonus Extra Bagi Hasil Tiba, Saatnya Modalin Mitra!

Promo Pendana

Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?

Hubungi Kami SEKARANG

https://cms-admin-stg.amartha.com/uploads/invite_a21debce13.png