icon-langID
logo-amartha
Home / Blog / Bisnis / Fenomena Butt Brush Effect dan Dampaknya Bagi Bisnis Kamu!
icon-lang
icon-lang

Fenomena Butt Brush Effect dan Dampaknya Bagi Bisnis Kamu!

By Team Amartha Blog - 22 Jul 2020 - 3 min membaca

“Corona go away! Kangen ke mall terus diikutin mba-mba di toko baju” - Susi, 25 tahun.

Siapa yang kangen juga kayak Susi? Sejak Corona datang, beberapa aktivitas jadi dilakukan dirumah aja. Akhirnya kita gak bisa ke mall untuk nongkrong, nonton, atau sekadar CLBK (Cek Label Beli Kagak) dalam beberapa bulan. Tapi beberapa pemerintah daerah sudah membolehkan mall kembali beroperasional meski harus mematuhi protokol kesehatan.

Balik lagi ke Susi yang kangen diikuti mba-mba di suatu toko, ternyata dalam dunia marketing, fenomena ini disebut dengan nama Butt Brush Effect. Fenomena tersebut pertama kali dikenalkan oleh Paco Underhill dalam bukunya yang berjudul “Why We Buy”. Buku ini merupakan kumpulan pengamatan Paco mengenai fakta-fakta orang dalam berbelanja.

Paco memulai pengamatannya pada kebiasaan konsumen terutama para perempuan seperti Susi yang selalu menghindar setiap kali didekati, berdekatan, atau bersentuhan dengan orang lain. Menurut Paco, para pembeli dalam berbelanja tidak suka ketika merasa tersenggol atau tersentuh dari belakang (butt-brush), baik itu oleh staf, pembeli lain, atau barang dagangan. Akhirnya konsumen memilih untuk melepaskan barang yang semula ingin dibeli daripada harus kontak fisik.

Sebagai pemilik toko atau bisnis, tentunya gak mau kehilangan pelanggan, bukan? Apalagi bagi pembeli yang impulsif. Maka dari itu diperlukan strategi yang lain seperti mengatur ulang tata letak barang dan toko. Beberapa toko sudah mulai menciptakan ruang yang nyaman bagi para pembeli. Selain itu, beberapa toko juga sudah menerapkan untuk stafnya tidak mendekati customer saat ia masuk atau memilih barang. 

Dalam hal menata rak, Paco dari hasil pengamatannya ternyata membutuhkan strategi. Seperti misalnya barang promo tidak harus diletakkan di depan pintu masuk karena Paco pernah menemukan orang tua yang kesulitan mencari produk yang biasa dibeli karena barang tersebut diletakkan di bawah. Bagi orangtua, sulit untuk mengambil barang dengan cara jongkok. 

Hal tersebut tentunya berbeda dengan orang seusia Susi. Bagi anak muda, berkeliling 7 kali di dalam satu toko adalah hal yang mudah, bisa jadi bahkan kurang  karena masih ada yang belum terjangkau. Maka dari itu, penting bagi pemilik toko untuk mengatur barang atau produk yang dijual. 

Satu lagi, menampilkan bahwa toko kamu memiliki persediaan yang banyak dan meletakkan semua stok di satu tempat adalah kesalahan. Selain mengganggu penglihatan karena lebih menjulang daripada produk lainnya, juga menghalangi pembeli. Maka dari itu daripada menumpuk persediaan lebih baik mengisi kembali secara teratur selama jam operasional toko.

Itulah salah satu fenomena penting yang perlu kamu tahu agar bisnis kamu jalan terus dan makin untung. Selamat mencoba!

Tags:

Artikel Terkait

Wajib Catat! Ini 7 Tips Mengelola THR dengan Bijak

Libur dan Cuti Bersama Lebaran 2023 Resmi dari Pemerintah

7 Persiapan Keuangan Ramadhan, Biar Tabungan Tetap Aman

Siap-siap! Berikut Jadwal Pencairan THR 2023

Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?

Hubungi Kami SEKARANG

https://cms-admin-stg.amartha.com/uploads/invite_a21debce13.png