

Ini Daftar Negara Termiskin di Dunia, Ada Indonesia Gak Ya?
By Team Amartha Blog - 12 Sep 2020 - 3 min membaca
Setiap negara di dunia diklasifikasikan menjadi 3, yaitu negara termiskin, negara berkembang, dan negara maju. Dalam klasifikasi ini setiap organisasi dunia memiliki indikatornya masing-masing.
Bank Dunia (World Bank) membuat empat kelompok negara yang disesuaikan berdasarkan pendapatan per kapitanya. Melansir indonesiabaik.id, berikut kelompok-kelompok tersebut:
- Negara dengan pendapatan per kapita sebesar US$975 per tahun masuk sebagai negara berpendapatan rendah.
- Negara dengan pendapatan per kapita antara US$976 dan US$3.855 per tahun masuk sebagai negara pendapatan menengah bawah.
- Negara dengan pendapatan US$3.856 dan US$11.905 per tahun dikatakan sebagai negara pendapatan menengah.
- Negara dengan pendapatan per kapita sebesar US$11.906 per tahun atau lebih disebut sebagai negara pendapatan tinggi.
Bank Dunia juga menyebut negara yang masuk dalam pendapatan rendah dan menengah disebut sebagai negara berkembang.
Daftar Negara Termiskin di Dunia
1. Sudan Selatan
Sudan Selatan merupakan negara paling muda dan negara paling miskin di dunia saat ini. Negara yang baru saja berdiri pada tanggal 9 Juli 2011 ini hanya memiliki PDB sebesar $243 saja per kapita. Sudan Selatan sebenarnya adalah negara kaya SDA minyak yang menjadi penggerak perekonomian.
2. Burundi
Konflik etnis antara Tutsi dan Hutu menyebabkan sebagian besar fokus negara kecil ini harus terkuras untuk menghadapinya. Mata pencaharian utama 12 juta penduduk negara Burundi ditopang oleh pertanian subsisten dengan persentase mencapai 90%.
Meski merupakan negara pertanian, sayangnya Burundi harus terus menghadapi kondisi kelangkaan pangan.
3. Eritrea
Negara Eritrea merupakan salah satu negara yang berada di daerah Afrika Timur. Negara Eritrea hanya memiliki penduduk sebanyak 3,5 juta saja dan menempatkan Eritrea sebagai negara yang paling tak berkembang. Mata pencaharian utama penduduk Eritrea adalah pertanian subsisten yang berpusat di daerah pedesaan.
Negara ini memusatkan kebutuhannya pada pengeluaran di bidang militer yang telah menguras hampir sebagian besar anggaran negara. Eritrea sendiri dipimpin oleh rezim yang sudah berkuasa sejak tahun 1993.
4. Malawi
Malawi merupakan salah satu negara dengan luas daerah paling kecil di Benua Afrika. Negara ini hanya mencatatkan nilai PDB per kapita sebesar $386. Meski begitu, tercatat Malawi terus mengalami peningkatan nilai perekonomian dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan dukungan sinergitas antara pemerintah dan masyarakat yang bekerja sama memajukan perekonomian.
Sayangnya, Malawi mengalami masalah keterbatasan pertanian mengingat pertanian negara ini menggunakan prinsip tadah hujan. Alhasil, pertanian pun sering terganggu karena faktor cuaca.
5. Niger
Niger bisa dikatakan merupakan negara gurun mengingat hampir 80% luas daratannya terdiri dari Gurun Sahara. Negara ini terus–menerus diterpa oleh konflik berkepanjangan antara militer dengan kelompok yang berafiliasi dengan Boko Haram serta ISIS.
Alhasil, konflik yang berkepanjangan ini menyebabkan banyak masyarakat sipil meninggal dunia dan kehilangan tempat tinggalnya.
Nilai Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per kapita negara ini hanya $427 saja. Pemerintah Niger sendiri pada tahun 2020 ini merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dari yang awalnya sebesar 6,9% diturunkan sebesar 1% karena kondisi pandemi.
Bagaimana Dengan Indonesia?

Melansir kompas.com, Amerika Serikat melalui Kantor Perwakilan Perdagangan atau Office of the US Trade Representative (USTR) di World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia tidak lagi memasukkan Indonesia sebagai negara berkembang.
Artinya, Amerika Serikat menilai Indonesia sebagai negara dengan status maju di mana tidak lagi mendapatkan perlakuan istimewa dalam perdagangan.
WTO sendiri tidak memiliki definisi resmi untuk mengategorikan sebuah negara dikatakan maju atau berkembang. Dalam aturan WTO, penentuan sebagai negara maju atau berkembang ditentukan sendiri oleh negara bersangkutan.
Meskipun demikian, masih ada persetujuan dari negara-negara maju lainnya mengenai suatu negara yang akan naik tingkat.
Baca Juga:
Perubahan status Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju menurut Amerika Serikat ini dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian dalam negeri.
Masih menyadur Kompas.com, dampak dicoretnya Indonesia dari daftar negara berkembang akan berpengaruh bagi perlakuan berbeda dan spesial dalam hal perdagangan.
Pencoretan tersebut akan berpengaruh pada batasan minimum (de minimis tresholds) untuk marjin subsidi agar penyelidikan bea masuk anti subsidi (BMAS) selesai. Batasan minimum tersebut semakin kecil.
"Marjin subsidi agar suatu penyelidikan anti-subsidi dapat dihentikan berkurang menjadi sama dengan 1 persen dan bukan sama dengan 2 persen." ujar Direktur Pengamanan Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Pradnyawati.
Sementara itu, direktur Perundingan Bilateral Kemdag, Ni Made Ayu Marthini mengatakan pencoretan Indonesia dari negara berkembang tidak akan berpengaruh pada peninjauan Generalized System of Preferences (GSP). "Tidak (pengaruh), ini beda yang ini untuk kategori trade remedy bukan GSP."
Status Indonesia sebagai negara maju atau negara berkembang memang masih simpang siur. Meskipun begitu, kamu tetap bisa gotong royong untuk dukung ekonomi nasional dengan memberdayakan perempuan UMKM di desa bersama Amartha.
UMKM yang jadi tulang punggung ekonomi nasional perlu didukung dengan maksimal. Salurkan dana kamu melalui Amartha dan dapatkan bagi hasil sampai 15% flat per tahun. Daftar sekarang!
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG
