medium_bersama-amartha-eni-rohaeni-berhasil-jadi-pengusaha-dodol.jpeg

small_bersama-amartha-eni-rohaeni-berhasil-jadi-pengusaha-dodol.jpeg

thumbnail_bersama-amartha-eni-rohaeni-berhasil-jadi-pengusaha-dodol.jpeg

bersama-amartha-eni-rohaeni-berhasil-jadi-pengusaha-dodol.jpeg

<span style="font-weight: 400;">Eni Rohaeni sedang mempersiapkan dodol yang siap dijual ke daerah Bogor. Bersama sang suami, Eni tampak sibuk mempersiapkan dodol. Sang suami pun sedang mengaduk dodol di sebuah panci berukuran besar.</span>

<span style="font-weight: 400;">Siang itu, Eni bercerita mengenai usahanya yang dibangun bersama sang suami. Dahulu, dia sulit mendapatkan modal saat memulai usaha dirumahnya. Alhasil, mereka bergabung bersama keluarganya. Kesulitan mendapatkan modal membuat usaha mereka sulit berkembang.“Waktu itu, usaha sudah jalan dua tahun tetapi keuntungan modal belum bisa mensejahterakan kebutuhan keluarga,” katanya di desa Tenjo, Bogor.</span>

<span style="font-weight: 400;">Eni pun enggan meminjam modal usaha kepada rentenir. Apalagi, banyak cerita negatif mengenai rentenir di daerahnya. Bahkan, bunganya pun sangat besar dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional. “Saya enggak mau pakai rentenir. Takut, makanya saya pilih Amartha,” ujarnya.</span>

<span style="font-weight: 400;">Dia juga sulit meminjam modal usaha kepada perbankan maupun lembaga konvensional lainnya. Ini karena, dia tidak memiliki persyaratan yang cukup untuk mendapatkan modal usaha itu.“Sulit juga pinjam di lembaga jasa keuangan. Syaratnya ribet dan lama sekali. Padahal, saya perlu modal buat kembangkan usaha,” ungkapnya.</span>

[caption id="attachment_4658" align="aligncenter" width="4160"]<img class="wp-image-4658 size-full" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Ibu_Eni_usaha_dodol2_25f07b0d77.jpg" alt="Bersama Amartha, Eni Rohaeni Berhasil Jadi Pengusaha Dodol" width="4160" height="3120" /> Eni Rohaeni bersama dodol hasil buatannya bersama sang suami[/caption]

<span style="font-weight: 400;">Pada 2014, Eni bertemu dengan petugas lapangan Amartha. Kala itu, dia mengenal Amartha dari beberapa temannya yang sudah menjadi mitra usaha Amartha (sebutan bagi peminjam di Amartha). Beberapa hari kemudian, dia mendapatkan pinjaman usaha dari Amartha. Namun, dia harus mengikuti beberapa pelatihan keuangan seperti literasi keuangan dan pengelolaan keuangan.“Saya sangat terbantu dengan modal usaha itu. Dan sekarang saya sudah pembiayaan kelima sekitar Rp 5 juta. Ya, alhamdullilah usaha saya terus berkembang. Saya mau tambah modal lagi nanti,” tuturnya.</span>

<span style="font-weight: 400;">Eni mengaku senang bisa bergabung dengan Amartha. Apalagi, dia mempunyai kelompok yang sering mendukung dan membantunya dalam berusaha. Petugas lapangan Amartha pun memberikan pelatihan pengelolaan keuangan serta bisnis. Jika ada permasalahan dalam usahanya, mereka akan ikut membantu menolong usahanya. </span><span style="font-weight: 400;">“Tiap seminggu sekali kami ketemu. Ya, enggak cuman bahas soal usaha dan pembayaran saja, tetapi juga masalah usaha,” ucapnya.</span>

<span style="font-weight: 400;">Eni merupakan salah satu ibu yang terpilih dalam nominasi Perempuan Pencipta Perubahan, 2019 yang digelar Amartha bersama Unite For Education (UFE) Sustainability Forum 2019.  Dia telah menginspirasi para warga di desa Tenjo, Bogor. Penghargaan ini digelar setiap tahun oleh Amartha untuk mengapresiasi perempuan tangguh yang merupakan pelaku usaha mikro perempuan Amartha di pedesaan.</span>

Bersama Amartha, Eni Rohaeni Berhasil Jadi Pengusaha Dodol

medium_suami-sakit-tumini-jadi-tulang-punggung-keluarga-dengan-berusaha-bakmi-jawa.jpeg

small_suami-sakit-tumini-jadi-tulang-punggung-keluarga-dengan-berusaha-bakmi-jawa.jpeg

thumbnail_suami-sakit-tumini-jadi-tulang-punggung-keluarga-dengan-berusaha-bakmi-jawa.jpeg

suami-sakit-tumini-jadi-tulang-punggung-keluarga-dengan-berusaha-bakmi-jawa.jpeg

<span style="font-weight: 400;">Tak pernah terbayangkan dalam benak Tumini (50) menjadi tulang punggung keluarga. Dia harus berjuang keras menghidupi keluarga ketika sang suami tak lagi bisa bekerja akibat menderita diabetes. Pasalnya, kedua mata sang suami tak mampu lagi melihat. Semetara itu, ketiga anaknya pun masih duduk dibangku sekolah.</span>

<span style="font-weight: 400;">Awalnya, Tumini membuka usaha toko kelontong dirumahnya. Di toko kelontong itu, dia menjual pelbagai macam sembako, jajanan anak serta kebutuhan rumah tangga lainnya, Seiring berjalannya waktu, usaha itu mengalami kebangkrutan. Bahkan, dia harus menjual rumah tersebut.</span>

<span style="font-weight: 400;">Namun, Tumini tak pernah menyerah untuk membangun usaha kembali. Dia menjual bakmi Jawa hasil dari racikannya. Dengan dibantu sang anak, usaha itu telah berjalan selama lebih dari enam tahun. Bahkan, melalui usaha itu, dia mampu menguliahkan anaknya serta meningkatkan pendapatan keluarga. </span>
<h4 style="text-align: center;">Baca Juga: <span style="color: #800080;"><a class="breadcrumbs__url" style="color: #800080;" href="https://amartha.com/blog/money-quiz/amartha-impact-talks-vol-1-najwa-shihab/">Amartha Impact Talks Vol. 1: Najwa Shihab Ajak Perempuan Indonesia Lakukan Perubahan</a></span></h4>
<span style="font-weight: 400;">“Dulu sempat ragu dan tidak percaya diri dengan hasil masakan. Padahal, dari dulu saya hobi sekali memasak, tapi dengan percaya diri dan mau belajar. Saya bisa menjalani usaha ini,”katanya sambil tersenyum di Desa Petet Potorono, Kecamatan Banguntapan, DI Yogyakarta, baru-baru ini.</span>

<span style="font-weight: 400;">Perjalanannya dalam memulai usaha bakmi Jawa tidaklah mudah. Dia sempat mengalami kesulitan untuk mendapatkan modal usaha. Apalagi, dia tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan konvensional. Harapannya untuk mendapatkan pinjaman pun pupus.</span>

[caption id="attachment_4617" align="aligncenter" width="1280"]<img class="wp-image-4617 size-full" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Tumini_Usaha_Bakmi_Jawa_Yogyakarta_f56b879c74.jpeg" alt="Suami Sakit, Tumini Jadi Tulang Punggung Keluarga dengan Berusaha Bakmi Jawa" width="1280" height="720" /> Ibu Tumini bersama usaha bakmi Jawa miliknya di Desa Petet Potorono, Kecamatan Banguntapan, DI Yogyakarta[/caption]

<span style="font-weight: 400;">Namun, ketika Amartha mulai menjangkau DI Yogyakarta. Tumini mulai mengajukan pinjaman kepada Amartha. Meski begitu, dia harus mengikuti pelbagai pelatihan seperti literasi keuangan dan bisnis oleh petugas lapangan Amartha. Dia juga bergabung dalam majelis (kelompok yang terdiri dari 15 - 25 pelaku usaha mikro) yang terdiri dari 16 mitra usaha Amartha.</span>

<span style="font-weight: 400;">“Alhamdulillah saya mendapatkan pinjaman awal Rp 3 juta. Modal itu langsung saya belikan u tuk perlengkapan warung dan beberapa bahan baku untuk pembuatan bakmi jawa. Nah, saya gabung majelis juga, ada sekitar 16 orang. Setiap minggu kita kumpul bicarain usaha kita dan mengumpulkan angsuran,”tuturnya.</span>

<span style="font-weight: 400;">Alhasil, usahanya terus berkembang. Bahkan, dia sudah memiliki cabang di daerah Wonosari, Gunung Kidul yang dijalankan oleh anak pertamanya. Dia pun tak perlu lelah untuk mengurus usaha tersebut. Ini karena, dia sudah memiliki pegawai.</span>
<h4 style="text-align: center;">Baca Juga: <span style="color: #800080;"><a style="color: #800080;" href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/perempuan-pencipta-perubahan-2019/">Inilah 10 Mitra Amartha Nominasi Perempuan Pencipta Perubahan 2019</a></span></h4>
<span style="font-weight: 400;">“Sekarang, usaha saya berjalan dengan lancar. Anak pertama saya sudah bisa punya usaha bakmi Jawa juga. Anak kedua masih kuliah tapi sambil kerja sebagai asisten perawat dan terakhir anak saya masih TK,” kata Tumini.</span>

<span style="font-weight: 400;">Tumini merupakan salah satu perempuan tangguh yang masuk dalam nominasi <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/perempuan-pencipta-perubahan-2019/?utm_source=blog-amartha&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=perempuan-pencipta-perubahan-2019">Perempuan Pencipta Perubahan</a>, Unite For Education (UFE) Sustainability Forum 2019. Program Perempuan Pencipta Perubahan ini merupakan hasil kerja sama Amartha dengan PermataBank. Ada 10 Perempuan Pencipta Perubahan yang berhasil maju secara ekonomi dan memberikan perubahan disekitarnya.</span>

Suami Sakit, Tumini Jadi Tulang Punggung Keluarga dengan Berusaha Bakmi Jawa

medium_perempuan-pencipta-perubahan-2019.jpeg

small_perempuan-pencipta-perubahan-2019.jpeg

thumbnail_perempuan-pencipta-perubahan-2019.jpeg

perempuan-pencipta-perubahan-2019.jpeg

<span style="font-weight: 400;">Tahun ini, Amartha menggelar Perempuan Pencipta Perubahan.Ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan UFE Sustainability Forum 2019. Ada 10 pelaku usaha mikro perempuan yang terpilih di seluruh Indonesia. Mereka adalah perempuan tangguh yang menginspirasi, gigih, tekun, bersemangat dan terus berkomitmen dalam memanfaatkan pendanaan yang baik dari pendana urban melalui Amartha.</span>

<span style="font-weight: 400;">Mereka berhasil membangun usahanya dan meningkatkan pendapatan keluarga. Bersama Amartha, mereka menjadi perempuan mandiri secara ekonomi. Berikut 10 peraih nominasi Perempuan Pencipta Perubahan 2019,</span>
<h2><span style="font-weight: 400;">Siti Jenap,Usaha Pemancingan, Ciseeng, Bogor, Jawa Barat</span></h2>
<img class="aligncenter size-full wp-image-4436" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Siti_Jenap_d2e2bcd38b.jpg" alt="" width="900" height="500" />

<span style="font-weight: 400;">Sudah 10 tahun berusaha, Ibu Siti telah berhasil meningkatkan pendapatannya. Dia bersama sang suami membuka usaha pemancingan saat bergabung dengan Amartha. Dia belajar berusaha dari pelatihan bisnis yang dilakukan oleh petugas lapangan Amartha. Kini, usahanya semakin maju berkat pendanaan dan pelatihan bisnis dari Amartha.</span>
<h2><span style="font-weight: 400;">Sumiati, Usaha Biskuit Tape, Ciseeng, Bogor, Jawa Barat</span></h2>
<img class="aligncenter size-full wp-image-4437" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Sumiati_108a8b472b.jpg" alt="" width="900" height="500" />

<span style="font-weight: 400;">Usaha biskuit tape milik ibu Sumiati terus berkembang pesat. Kini, dia telah memiliki puluhan karyawan yang merupakan saudara-saudaranya. Keuntungannya, dia pakai untuk menabung, pendidikan sang anak serta perluasan produksi biskuit. </span>
<h2><span style="font-weight: 400;">Jami, Ternak Kambing, Ciseeng, Bogor, Jawa Barat</span></h2>
&nbsp;

<img class="aligncenter size-full wp-image-4567" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Jami_1_71329f7a4b.jpg" alt="" width="900" height="500" />

<span style="font-weight: 400;">Usaha ternak kambing sudah dilakukan selama hampir 10 tahun. Perkenalannya dengan Amartha membuat usahanya semakin maju. Tak hanya, ternak kambing. Kini. dia juga mulai berusaha potong ayam. Dia juga sudah berhasil merenovasi rumah serta meningkatkan pendapatan keluarganya.</span>
<h2><span style="font-weight: 400;">Ela Wati, Usaha Tahu, Ciseeng, Bogor, Jawa Barat</span></h2>
<img class="aligncenter size-full wp-image-4440" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Ela_Wati_6bcb9c43cc.jpg" alt="" width="900" height="500" />

<span style="font-weight: 400;">Awalnya, Ibu Ela mengalami kesulitan mendapatkan dana modal usaha. Berkat pendanaan dari Amartha, dia berhasil membangun pabrik tahunnya menjadi besar. Dia pun berhasil merenovasi pabrik tahunya. Dari keuntungan usaha tahunya, dia juga berhasil membeli barang-barang elektronik. </span>
<h2><span style="font-weight: 400;">Marnah, Usaha Peyek, Kemang, Bogor, Jawa Barat</span></h2>
<img class="aligncenter size-full wp-image-4441" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Marnah_794820d677.jpg" alt="" width="900" height="500" />

<span style="font-weight: 400;">Sejak tahun 2012 Marnah bergabung bersama Amartha. Setelah lima tahun bergabung, ia telah mendapatkan suntikan dana sebesar Rp 7 Juta. Uang tersebut kemudian ia putar untuk mengembangkan usaha rempeyek dan katering miliknya. Berkat ketekunan dan kerja keras Marnah, ia mampu menjalankan kedua usahanya tersebut dengan sukses.</span>
<h2><span style="font-weight: 400;">Iyum, Usaha Perkakas, Tenjo, Bogor, Jawa Barat</span></h2>
<img class="aligncenter size-full wp-image-4554" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Iyum_748a7503c8.jpg" alt="" width="900" height="500" />

<span style="font-weight: 400;">Iyum merupakan pelaku usaha perkakas yang sukses di desanya Tenjo. Dia terbantu dengan pinjaman dari Amartha untuk memperbesar produksi perkakas serta alat untuk pembuatan perkakas. </span>
<h2><span style="font-weight: 400;">Eni Rohaeni, Usaha Dodol, Tenjo, Bogor, Jawa Barat</span></h2>
<img class="aligncenter size-full wp-image-4442" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Eni_Rohaeni_11574f1f9b.jpg" alt="" width="900" height="500" />

<span style="font-weight: 400;">Ibu Eni Rohaeni  mempunyai usaha dodol yang berjalan selama dua tahun tetapi keuntungan modal pun belum bisa mensejahterakan kebutuhan keluarganya.</span>

<span style="font-weight: 400;">Tetapi semenjak Amartha hadir untuk melayani dan mensejahterakan ibu-ibu tangguh di perdesaan . Kini, dia mempunyai usaha sendiri bersama sang suami dan usahanya semakin berkembang.</span>
<h2><span style="font-weight: 400;">Siti Muslimah, Penjual Kerupuk dan Makroni, Banyumas, Jawa Tengah</span></h2>
<img class="aligncenter size-full wp-image-4443" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Siti_Muslimah_fa70663e7f.jpg" alt="" width="900" height="500" />

<span style="font-weight: 400;">Ibu Siti Muslimah bergabung menjadi mitra Amartha selama tiga tahun dengan pinjaman awal  sebesar Rp 3 juta. Kini, pinjamannya sudah mencapai Rp 6,5 juta. Usaha Siti terus berjalan sukses. Kini, dia sudah mampu merenovasi rumah berkat usaha tersebut.</span>
<h2><span style="font-weight: 400;">Tumini, Usaha Bakmi Jawa, Bangutapan, Yogyakarta</span></h2>
<img class="aligncenter size-full wp-image-4452" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Tumini_381643a268.jpg" alt="" width="900" height="500" />

<span style="font-weight: 400;">Ibu Tumini menjadi tulang punggung keluarga sejak sang suami menderita penyakit diabetes sehingga mempengaruhi penglihatan mata sang suami. Dia harus menghidupi ketiga anaknya serta biaya pengobatan suaminya. Dia sempat mengalami kegagalan dalam berusaha saat membuka warung sembako, tetapi dia tidak menyerah. Dia berusaha kembali dengan usaha Bakmi Jawa. Saat bergabung dengan Amartha, dia mendapatkan pendanaan awal sebesar Rp 3 juta. Kini, dia telah memiliki dua cabang. Salah satu cabangnya di Wonosari yang dijalankan oleh anak pertamanya. </span>
<h2><span style="font-weight: 400;">Suyamti, Usaha Jamu, Indramayu, Jawa Barat</span></h2>
<img class="aligncenter size-full wp-image-4454" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Suyamti_c685f20094.jpg" alt="" width="900" height="500" />

<span style="font-weight: 400;">Tak pernah ada kata menyerah bagi ibu Suyamti. Dia ingin membantu sang suami untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Perjuangan keras Ibu Suyamti pun berbuah hasil. Kini, dia mampu menyekolahkan anaknya serta membantu sang suami. </span>

&nbsp;

Inilah 10 Mitra Amartha Nominasi Perempuan Pencipta Perubahan 2019

Tag: Perempuan Pencipta Perubahan 2019