small_utang-lancar.png

thumbnail_utang-lancar.png

utang-lancar.png

Sebagai pemilik bisnis stau suatu perusahaan, utang adalah hal yang tidak terelakkan. Ada dua jenis utang, yaitu utang lancar dan utang tidak lancar.



Secara umum, pengertian utang adalah kewajiban yang muncul karena transaksi pembelian barang atau jasa secara kredit yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan dan harus segera dibayarkan dalam jangka waktu singkat.



Sedangkan, pengertian utang dalam akuntansi adalah pengorbanan ekonomis untuk masa depan dalam bentuk penyerahan jasa dan aktiva sebagai bagian dari transaksi atau kesepakatan di masa lalu antara kedua belah pihak yang saling terlibat.



Perlu diketahui, utang (liabilities) terbagi menjadi dua yaitu utang lancar (current liabilities) dan utang tidak lancar (non-current liabilities). Adapun, utang yang seringkali dimiliki oleh perusahaan adalah utang lancar. Berikut definisinya!



<h2>Definisi Utang Lancar</h2>



Utang lancar (current liabilities) adalah kewajiban keuangan jangka pendek perusahan yang mempunyai batas jatuh tempo pembayaran kurang dari 12 bulan atau dalam siklus operasi normal. 



Siklus operasi juga disebut sebagai siklus konversi kas, yang artinya waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk membeli sebuah inventaris dan mengubahnya menjadi kas dari penjualan.



Utang lancar (current liabilities) biasanya diselesaikan dengan menggunakan aset lancar. Adapun, yang termasuk dalam aset lancar adalah kas ataupun piutang. Selain itu, aset rasio lancar juga merupakan faktor yang penting dalam menentukan suatu kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya pada saat sudah dalam jatuh tempo.



<a href="https://amartha.com/blog/wp-admin/post.php?post=13033&amp;action=edit" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Mengenal Financial Distress, Faktor Penyebab, Cara Mencegah dan Mengatasinya</a>



Selain utang lancar (current liabilities) ada juga utang tidak lancar (non-current liabilities). 



Utang tidak lancar (non-current liabilities) adalah utang ataupun kewajiban yang waktu pelunasannya diberikan tenggat waktu yang cukup lama dan dalam melakukan peminjaman diperlukan bermacam-macam syarat yang harus diberikan terlebih dahulu sebagai jaminan.



Secara lebih terperinci, bahwa utang tidak lancar (non-current liabilities) adalah suatu kewajiban atau beban di masa depan yang harus dibayarkan sebagai akibat dari penundaan pembayarannya yang seharusnya dilakukan dalam satu tahun lebih maupun siklus operasional perusahaan.



<h2>Jenis-Jenis Utang Lancar</h2>



Setelah memahami definisinya, selanjutnya akan diulas jenis-jenis dari utang lancar. Perlu diketahui, utang lancar dikelompokkan pada dua kelompok, yaitu hutang dapat ditentukan jumlahnya dan hutang yang dapat ditaksir jumlahnya.



<h3>A. Utang Lancar yang Bisa Ditentukan Jumlahnya</h3>



1. Utang Dagang



Pada umumnya, utang jenis ini muncul karena transaksi jual beli barang dagang yang dilakukan secara kredit atau pembayaran tempo. Jangka waktu pembayaran utang dagang ini sesuai kesepakatan. Tetapi, biasanya hanya sekitar satu sampai dua bulan saja.



2. Utang Dividen



Utang jenis ini muncul karena perusahaan harus memberikan dividen kepada pemegang saham yang diumumkan sebagai pembagian laba perusahaan. Dana untuk membayar utang dividen ini biasanya sudah dialokasikan karena pembagian laba perusahaan.



3. Biaya yang Masih Harus Dibayar



Biaya yang timbul namun belum dibayar, sehingga biaya tersebut akan dibayar dalam jangka waktu tertentu. Ada banyak hal yang menyebabkan munculnya biaya yang masih harus dibayar ini, antara lain debt collector perusahaan rekanan yang belum menagih, kendala teknis sistem pembayaran, dan sebagainya.



4. Wesel Bayar



Wesel bayar sama dengan utang dagang. Penyebabnya juga sama: pembelian barang secara kredit. Tapi ada bedanya. Wesel bayar membutuhkan surat perjanjian tertulis. Resmi. Ada tanda tangan kreditur dan debiturnya. Beda dengan utang dagang, yang buktinya hanya nota penjualan saja. Wesel bayar lebih formal. Lebih resmi. Ada hitam diatas putihnya.



5. Uang Muka



Disebut juga down payment. Ketika perusahaan mendapatkan pesanan dari pelanggan dan pelanggan memberikan uang muka sebagai tanda jadi. Atau bahkan membayar penuh diawal. 



Maka perusahaan memiliki utang lancar yang harus dibayarkan kepada pelanggan. Tidak berupa uang. Tapi berupa barang atau jasa yang dipesan. Utang ini akan berakhir jika perusahaan telah menunaikan kewajibannya: memberikan pesanan pelanggan.



6. Utang Gaji Atau Upah



<a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/cara-mengatur-keuangan-keluarga-dengan-gaji-5-juta/" target="_blank" rel="noreferrer noopener" title="Punya Gaji 5 Juta, Cukupkah Untuk Memenuhi Kebutuhan Keluarga?">Gaji atau upah</a> yang masih harus dibayar dalam jangka pendek. Biasanya gaji atau upah pegawai sudah ditentukan tanggal pembayarannya. Namun ketika ada kondisi tertentu yang menyebabkan gaji belum dapat dibayarkan, maka muncullah utang gaji atau upah yang harus segera dilunasi.



7. Utang Bonus Pegawai



Bonus pegawai yang belum dibayarkan dalam jangka waktu tertentu. Biasanya utang ini muncul setelah diumumkan pemberian bonus namun bonus tersebut belum dibayarkan.



<h3>B. Utang Lancar yang Bisa Ditaksir Jumlahnya</h3>



1. Utang Pajak Penghasilan



Utang ini hadir dalam bentuk pajak. Atas pendapatan kena pajak yang dihasilkan oleh perusahaan. Utang ini bisa ditaksir jumlahnya: hitung berdasarkan laba yang dihasilkan periode sebelumnya. Dihitung sesuai dengan aturan pajak. Dikalikan tarif pajaknya.



Utang ini tidak boleh menjadi utang jangka panjang. Harus utang lancar. Pembayarannya tidak boleh telat. Jika telat: denda melayang. Jika tidak dibayar: hukuman menanti.



2. Utang Hadiah



Utang yang muncul ketika perusahaan menyebarkan kupon hadiah kepada konsumen. Perusahaan memiliki kewajiban membayar hadiah saat konsumen menukarkan kuponnya.



3. Utang Garansi



Garansi biasanya melekat pada suatu produk. Perusahaan bisa memberikan garansi untuk kenyamanan pelanggannya. Dari ancaman rusaknya kualitas produk yang dibelinya. Utang garansi tidak akan jatuh tempo sampai ada yang pelanggan yang mengklaim kerusakan barang.



Itulah definisi dari utang lancar dan jenis-jenisnya. Semoga informasi ini bermanfaat buatmu ya!

Utang Lancar: Definisi dan Jenis-Jenisnya

small_cara-melunasi-hutang-dengan-perubahan-gaya-hidup-dramatis.jpeg

thumbnail_cara-melunasi-hutang-dengan-perubahan-gaya-hidup-dramatis.jpeg

cara-melunasi-hutang-dengan-perubahan-gaya-hidup-dramatis.jpeg

Salah satu cara melunasi hutang adalah dengan membayarnya. Kecepatan melunasi hutang tergantung pada kemauan dan tekad kita. Merubah gaya hidup dengan dramatis, bisa menjadi solusinya. 



Bicara soal melunasi hutang, ada pepatah yang mengatakan, "Drastic times call for drastic measures." Jika kamu tidak tenggelam dalam utang, itu mungkin berhasil untuk menghilangkannya, mengurangi, dan menendang bunga tambahan di sana-sini.



Namun terkadang, hal tersebut membutuhkan perubahan gaya hidup yang drastis untuk memindahkan segunung hutang. Kamu mungkin harus keluar dari zona nyaman, setidaknya untuk sementara waktu. 



Namun di waktu yang sama kamu dapat melunasi hutang dan memulai hidup baru dengan kebebasan finansial yang lebih cepat.



<h2>1. Jual Kendaraan</h2>



Memiliki mobil memang memudahkan hidup, tapi biaya memiliki sebuah kendaraan sangatlah besar. Memiliki satu kendaraan dalam satu rumah, atau tidak memiliki kendaraan sama sekali mungkin tidak sesulit yang Anda pikirkan.



Jika dalam satu rumah tangga ada yang bekerja dekat dan jauh, yang satu dapat menggunakan kendaraan, sementara yang lain dapat menggunakan sepeda, berjalan kaki, atau naik transportasi umum.



Dengan menyingkirkan kendaraan, bisa jadi dapat mengurangi biaya transportasi secara drastis. Selain itu ada keuntungan lainnya, dalam hal kesehatan seperti olahraga sehingga dapat membatalkan biaya keanggotaan di pusat olahraga dan mengalihkan untuk hal lain seperti <a href="https://amartha.com/id_ID/" target="_blank" rel="noreferrer noopener" title="https://amartha.com/id_ID/">investasi</a>. 



Sekalipun tidak menyingkirkan kendaraan, Anda mungkin masih bisa berhemat mungkin dengan menukarnya dengan model yang lebih murah atau yg memiliki bahan bakar yang murah.



<h2>2. Tinggal Bersama</h2>



Tinggal bersama teman atau roommate adalah salah satu cara yang paling bagus untuk menghemat banyak pengeluaran dan melunasi utang. Masalahnya, mendapatkan teman sekamar adalah hal yang susah-susah gampang apalagi bila Anda terbiasa hidup sendiri. Tinggal dengan teman sekamar diperlukan komitmen yang tidak mudah.



Tips memilih teman sekamar:



<ul><li>Jangan berasumsi bahwa teman yang baik akan menjadi teman sekamar yang baik. Anda tentunya tidak ingin kehilangan teman baik karena kebiasaan hidup yang tidak sesuai.</li><li>Cari teman sekamar seolah olah Anda sedang mempekerjakan mereka untuk suatu pekerjaan. Anda bisa memeriksa latar belakang pekerjaan, hingga riwayat kredit untuk memastikan merekalah orang yang tepat. Pastikan Anda mematuhi hukum yang berlaku juga, terutama soal diskriminasi. </li></ul>



Baca Juga: <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/apakah-utang-mempengaruhi-kesehatan-mental/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Apakah Utang Mempengaruhi Kesehatan Mental?</a> 



<h2>3. Pindah ke Rumah Yang Lebih Kecil</h2>



Jika Anda memaksimalkan anggaran untuk membeli rumah terakhir, pindah dan belilah rumah yang lebih kecil dengan angsuran yang lebih kecil dapat menghemat banyak uang yang dapat digunakan untuk membayar hutang.



Anda mungkin berpikir bahwa membeli rumah yang lebih besar adalah pilihan yang tepat, namun, apakah Anda membutuhkan ruang sebanyak itu? Bisakah Anda sedikit saja berkorban dan menghemat bahkan dalam waktu yang singkat?&nbsp;



Memiliki rumah yang lebih kecil mungkin akan menimbulkan banyak pertentangan, apalagi bila sudah berkeluarga. Namun, perlu diingat kembali, tujuan utama Anda adalah melunasi utang dengan cepat.&nbsp;



Rumah yang lebih kecil dapat menghemat banyak hal seperti biaya angsuran yang lebih rendah, biaya pemeliharaan yang kecil, pajak properti yang murah, dan <a href="https://amartha.com/blog/home/cara-berbisnis-properti-ala-bong-chandra/" target="_blank" rel="noreferrer noopener" title="Cara Berbisnis Properti Ala Bong Chandra">properti</a> yang sedikit.



<h2>4. Terobsesi Dengan Utang</h2>



Sampai saat ini, Anda mungkin belum terlalu memperhatikan utang Anda. Maksudnya, Anda hanya menghabiskan waktu beberapa menit setiap bulannya untuk melihat tagihan dan melupakannya. Namun, untuk melunasi utang dengan cepat, Anda harus memiliki obsesi yang sehat dengan angka.



Jangan pernah gunakan "tidak pandai matematika" sebagai alasan dan berkomitmenlah untuk membuat kemajuan. Mungkin Anda memerlukan spreadsheets, daftar, atau aplikasi smartphone untuk menghitung dan menyimpan utang yang dimiliki.



Anda mungkin bisa menghabiskan waktu berjam-jam setiap minggunya untuk memasukkan pembayaran, menyesuaikan saldo, dan menghitung ulang timeline pembayaran utang. Meski agak merepotkan, hal tersebut membuat Anda tersadar dan fokus pada target.&nbsp;



Itulah beberapa perubahan gaya hidup yang drastis dan dramatis yang bisa Anda coba untuk melunasi utang dengan cepat. Bertahanlah sebentar saja, dan nikmati hasilnya di masa depan. Semangat ya!

Cara Melunasi Hutang Dengan Perubahan Gaya Hidup Dramatis

small_cara-ampuh-menagih-hutang-ke-teman.png

thumbnail_cara-ampuh-menagih-hutang-ke-teman.png

cara-ampuh-menagih-hutang-ke-teman.png

Menagih hutang kepada teman memang terbilang rumit. Di satu sisi, kamu menginginkan uangmu kembali dan di sisi lainnya, saat hutang tersebut tidak dikunjung dibayar, ada perasaan enggan untuk menagihnya karena takut merusak pertemanan.



Meski begitu, sebagai pemberi pinjaman, kamu tetap berhak mendapatkan kembali uang dipinjam sesuai waktu yang dijanjikan temanmu. Terkadang, saat ingin menagihnya, ada saja alasan yang dilontarkan sehingga membuat kamu kasihan sekaligus jengkel karena uang yang dipinjam tidak kunjung dikembalikan.



Baca Juga: <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/15-cara-raditya-dika-mengatur-keuangan/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">15 Cara Raditya Dika Dalam Mengatur Keuangan</a>



Nah, supaya permasalah hutang tidak berlarut, ada baiknya kamu mengikuti cara-cara ini saat menagihnya ke temanmu!



<h2>Beritahu Kamu Membutuhkan Uang Tersebut</h2>



Cara pertama yang bisa kamu lakukan adalah mengajak temanmu untuk berbicara baik-baik. Ceritakanlah kalau kamu sekarang sedang membutuhkan uang yang sedang ia pinjam. Ceritakan juga masalah yang sedang kamu hadapi sehingga temanmu akan merasa tidak enak jika tidak segera mengembalikan uang yang ia pinjam.



<h2>Cari Bantuan dari Pihak Ketiga</h2>



Cara berikutnya yang bisa dilakukan adalah menggunakan pihak ketiga untuk menagihnya. Maksud dari pihak ketiga di sini adalah teman lain selain kamu, atau pacar dari temanmu itu. Jangan ragu untuk meminta tolong pada salah satu dari mereka untuk menagih hutang temanmu tersebut.



Hal ini dapat kamu lakukan setelah tidak ada niat baik dari temanmu yang memiliki utang tersebut untuk membayarnya. Pasalnya, seseorang akan lebih cepat menyadari kesalahannya ketika ada teman lain atau pacar yang mengingatkannya secara langsung sehingga ia merasa malu.



<h2>Buat Perjanjian Tertulis</h2>



Pada dasarnya, kesepakatan hutang antar teman biasanya didasari atas kepercayaan satu sama lain. Meski begitu, tidak ada salahnya membuat perjanjian hitam di atas putih ketika meminjamkan uang ke teman, terutama apabila nominalnya besar.



Dalam perjanjian tersebut, kamu bisa menuliskan nominal, cara membayar, hingga tenggat waktu pembayaran sesuai kesepakatan bersama dengan temanmu. Dengan adanya perjanjian tertulis, kamu pastinya akan lebih nyaman saat menagih hutang itu pada temanmu.



<h2>Temui Keluarganya</h2>



Cara yang terakhir ini terbilang serius. Jika teman yang kamu pinjami uang tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda menjauhi, atau bahkan menghilang dari lingkaran pertemananmu, ini menunjukkan gelagat tidak baik. Jika sudah begitu, kamu sebaiknya segera menemui keluarga yang tinggal satu rumah dengannya.



Jangan ragu ataupun segan menceritakan masalah hutang tersebut kepada keluarga temanmu. Karena itu merupakan hakmu untuk mendapatkan uang tersebut kembali. Meski begitu, usahakan berbicara dengan sopan saat menceritakan hal tersebut pada keluarganya.



Nah, supaya uang simpananmu tidak dipinjam oleh teman, ada baiknya kamu mengalokasikan dana tersebut dengan melakukan investasi di <a href="https://amartha.com/id_ID/pendanaan/" target="_blank" rel="noreferrer noopener" title="https://amartha.com/id_ID/pendanaan/">P2P Lending Amartha</a>. 



Amartha adalah perusahaan investasi P2P Lending yang menyalurkan dana investasi kamu kepada perempuan pengusaha mikro di pedesaan. Setiap investor yang melakukan investasi bisa mendapatkan keuntungan hingga 15% flat per tahun.



Kamu gak perlu khawatir karena P2P Lending Amartha sudah terdaftar dan berizin OJK.

Cara Ampuh Menagih Hutang ke Teman

medium_paylater-fitur-utang-yang-menguntungkan-atau-merugikan.jpeg

small_paylater-fitur-utang-yang-menguntungkan-atau-merugikan.jpeg

thumbnail_paylater-fitur-utang-yang-menguntungkan-atau-merugikan.jpeg

paylater-fitur-utang-yang-menguntungkan-atau-merugikan.jpeg

Paylater kini menjadi gaya hidup bagi banyak orang. Fitur utang masa kini tersebut bagai pedang bermata dua, menguntungkan dan juga merugikan. Bagaimana bisa?



Fitur Paylater kini makin populer dan mulai banyak digunakan oleh perusahaan aplikasi, misalnya saja GoPay Paylater, Ovo Paylater, Traveloka Paylater, dan lain-lainnya. Konsep utama dari fitur Paylater adalah “beli sekarang bayar nanti”. 



Berdasarkan definisinya, Paylater adalah skema metode pembayaran mirip kartu kredit di mana perusahaan aplikasi akan menalangi transaksi pengguna kepada toko. Selanjutnya di akhir bulan pengguna harus membayar tagihan tersebut ke perusahaan aplikasi.&nbsp;



Alasan utama fitur Paylater digemari karena bisa digunakan untuk membayar berbagai transaksi seperti pembelian makanan, transportasi sehari-hari, travelling, hingga produk konsumsi. Dengan demikian, secara tidak langsung fitur Paylater bisa disebut sebagai alternatif pembayaran yang prosesnya cepat dan mudah. 



<a href="https://amartha.com/blog/wp-admin/post.php?post=12801&amp;action=edit" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Apakah Utang Mempengaruhi Kesehatan Mental?</a>



Lalu, apa saja keuntungan dan kerugian dari fitur Paylater ini? Yuk pahami sebelum menggunakan dengan ulasan berikut!



<h1>Keuntungan Menggunakan Paylater</h1>



<h3>1. Proses Cepat dan Lebih Praktis</h3>



Ditampilkan dengan kemasan yang menarik, fitur Paylater disiapkan untuk mendapatkan dana yang lebih cepat, syarat yang mudah, serta pendaftaran dan pengaktifan yang cepat. Calon pengguna cukup mengunduh aplikasi di ponsel mereka, mendaftarkan diri, dan dana siap digunakan.



Apabila kamu berada dalam keadaan yang mendesak, seperti membeli token listrik, membeli obat, hingga tiket bepergian untuk perjalanan bisnis atau urusan keluarga, fitur Paylater sangat membantu. Tinggal klik fitur Paylater dan tanpa menunggu lama semua kebutuhan kamu bisa langsung terpenuhi.



<h3>2. Banyak Promo Menarik</h3>



Promo, siapa yang tidak tergiur mendengar kata tersebut? Kini apabila kamu berhutang menggunakan fitur Paylater, kamu bisa mendapatkan promo yang lebih menarik daripada bayar tunai lho. 



Karena kepopuleran dan pesatnya perkembangan fitur Paylater, ada banyak perusahaan aplikasi yang berlomba-lomba memberikan promo khusus jika pengguna memilih metode pembayaran menggunakan Paylater. Menguntungkan, bukan?



<h3>3. Tenor Cicilan Bervariasi </h3>



Sebelum mengklik tombol bayar pada fitur Paylater, pastikan kamu sudah membaca ketentuan masa tenor cicilan yang akan dibayarkan. 



Beberapa perusahaan aplikasi biasanya memberikan pilihan tenor cicilan yang bervariasi, mulai dari satu bulan hingga dua belas bulan. Artinya, fitur Paylater bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan membayar yang kamu miliki.



<h2>Kerugian Menggunakan Paylater</h2>



Di setiap keuntungan pastinya ada juga kerugian. Beberapa kemudahan yang ditawarkan oleh fitur Paylater bisa saja menjadi kerugian dari fitur itu sendiri lho. Berikut risiko dari fitur Paylater yang perlu kamu pahami:



<h3>1. Berpotensi Menambah Utang dan Jadi Boros</h3>



Konsep beli sekarang bayar nanti dari Paylater bisa memicu pengguna menjadi orang yang boros atau <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/bagaimana-cara-mengatasi-kebiasaan-impulsive-buying/" target="_blank" rel="noreferrer noopener" title="Bagaimana Cara Mengatasi Kebiasaan Impulsive Buying?">impulsive buying</a>. Salah satu faktor penyebabnya adalah pengguna bisa jadi tidak berpikir panjang dalam membeli suatu barang atau jasa. 



Karena menganggap fitur Paylater bisa dibayar di akhir bulan, pengguna bisa membeli apapun keinginannya dan tidak menyadari kalau tagihan yang harus dibayar sangat besar dan malah menambah hutang.



<h3>2. Alur Keuangan Berantakan</h3>



Butuh ini-itu bayarnya pakai Paylater, kalau masih kurang unduh aplikasi lainnya, daftar lagi, pakai lagi dan seterusnya. Dengan terus bergantung dan kecanduan menggunakan fitur Paylater bisa membuat alur keuangan menjadi berantakan. 



Misalnya pendapatan yang sudah disisihkan untuk kebutuhan lain malah digunakan untuk membayar cicilan Paylater. Hal tersebut dapat menimbulkan risiko tidak mampu bayar yang tinggi. 



<h3>3. Nilai Skor Kredit Turun</h3>



Sempat disinggung kalau Paylater adalah alternatif pembayaran dari kartu kredit. Meskipun demikian, tetap ada dampak utama yang akan kamu dapatkan seperti <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/cara-memperbaiki-riwayat-kredit-di-bi-checking/" target="_blank" rel="noreferrer noopener" title="Cara Memperbaiki Riwayat Kredit di BI Checking">skor kredit di perbankan</a>. 



Kalau kamu telat atau tidak bisa membayar tepat waktu berpengaruh pada catatan reputasi kredit atau skor kredit bank akan menurun. Akibatnya, bila ingin mengajukan pinjaman untuk hal yang lebih penting seperti kredit rumah atau modal usaha bisa terancam ditolak lho. 



<h3>4. Ancaman Keamanan Identitas</h3>



Meskipun setiap perusahaan aplikasi Paylater telah menggunakan sistem keamanan yang paling canggih, kriminal siber mampu menemukan cara untuk meretas database akun pengguna untuk hal-hal yang tidak bertanggung jawab, pembobolan dana hingga penipuan. 



Untuk itu setiap pengguna harus hati-hati dalam menjaga keamanan data di fitur Paylater yang dimiliki.



<h3>5. Bunga dan Denda</h3>



Pinjaman Paylater juga memberlakukan bunga cicilan yang harus dibayar. Pun bila terlambat membayar, ada denda yang perlu dibayarkan. Besaran bunga dan denda yang dibayarkan pengguna akan berbeda-beda tergantung dari perusahaan aplikasi yang menyediakan. 



Jadi, pastikan terlebih dahulu ketentuan bunga, denda, dan biaya lainnya yang ditetapkan oleh perusahaan aplikasi Paylater. Pahami dan gunakan sesuai kemampuan.



Itulah beberapa keuntungan dan kerugian bila menggunakan fitur Paylater. Perlu diingat bahwa Paylater berfungsi sebagai alternatif pembayaran dalam keadaan mendesak sehingga kita perlu bijak dalam menggunakannya agar tidak membebani di kemudian hari. 



Cerdaslah dalam menggunakan uang yang sudah susah payah kamu dapatkan. Lebih baik kamu mengalokasikannya untuk melakukan <a href="https://amartha.com/id_ID/" target="_blank" rel="noreferrer noopener" title="https://amartha.com/id_ID/">investasi</a> atau ditabung sebagai dana darurat atau dana pensiun.

Paylater, Fitur Utang yang Menguntungkan atau Merugikan?

medium_tips-siapkan-dana-pensiun.jpeg

small_tips-siapkan-dana-pensiun.jpeg

thumbnail_tips-siapkan-dana-pensiun.jpeg

tips-siapkan-dana-pensiun.jpeg

Menyiapkan dana pensiun sejak dini merupakan suatu hal yang sangat penting. Jangan sampai ketika usia Anda sudah memasuki usia pensiun, Anda baru menyiapkan dana pensiun. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi finansial Anda. Mungkin saja perusahaan yang Anda tempati akan memberikan dana pensiun. Namun, Anda pun juga bisa memulai sendiri dengan menyiapkan dana pensiun.

Dana pensiun yang Anda terima sangat berguna tak hanya untuk kehidupan sehari-hari di masa tua tetapi juga kesempatan untuk berbisnis. Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk memulai persiapan dana pensiun.

Hapus Hutang Secepatnya

Anda mempunyai hutang untuk cicilan mobil atau rumah. Sebaiknya, Anda mulai membayar cicilan tersebut secepatnya. Hal dilakukan agar masa tua Anda tak dikejar-kejar oleh hutang. Jika ada uang lebih bayar saja hutang Anda, agar terbebas dari hutang.

Biaya Pengeluaran

Pastikan Anda mengamati biaya pengeluaran. Misalnya, Anda membeli kopi seharga Rp 35.000 setiap hari. Bayangkan, jika Anda tidak membeli kopi tersebut. Anda lebih memilih minum kopi seduh dirumah atau dikantor. Anda bisa menghemat pengeluaran. Bisa saja Anda menggunakan uang itu untuk menabung.

Menabung

Anda bisa memulai menabung dengan menyisihkan pengeluaran Anda sekitar 10 persen. Anda bisa menabung di Bank, asuransi atau investasi. Memulai menabung dari sekarang sangat penting untuk masa depan Anda. Jangan sampai Anda tidak mengelola keuangan dengan baik. 

Mulai Berbisnis 

Mulailah melakukan bisnis sampingan. Siapa tahu bisnis Anda justru berkembang dan Anda tak perlu lagi bekerja di perusahaan. Ada banyak kisah sukses pengusaha yang memulai bisnis sambil bekerja seperti pendiri dan CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra yang dulu pernah menjadi pegawai swasta di perusahan multinasional IBM. Dia memilih untuk membangun perusahaan fintech peer to peer lending yang fokus terhadap pembiayaan modal kepada pengusaha mikro perempuan di desa.

Melakukan Pendanaan di Fintech Lending

Salah satu hal yang paling tepat adalah melakukan pendanaan di fintech lending. Anda cukup memulai pendanaan sebesar Rp 3 juta dengan imbal hasil hingga 15 persen di Amartha. Anda dapat memberikan pendanaan yang juga memberikan dampak sosial. Pasalnya, Amartha menyalurkan pembiayaan kepada pengusaha mikro perempuan di pedesaan. Dengan melakukan pendanaan di Amartha, maka Anda turut membangun ekonomi di desa. 

&nbsp;

Tips Siapkan Dana Pensiun

medium_2019-bebas-utang-ini-caranya.jpeg

small_2019-bebas-utang-ini-caranya.jpeg

thumbnail_2019-bebas-utang-ini-caranya.jpeg

2019-bebas-utang-ini-caranya.jpeg

Utang merupakan hal yang menakutkan bagi semua orang. Jika anda tak dapat mengelola keuangan dengan baik, maka akan berakibat fatal terhadap keuangan. Hal ini membuat anda tidak mampu membayar utang.

Nah, sebelum anda memulai pinjaman uang alangkah baiknya melunasi beban utang yang belum terbayar. Jangan sampai utang itu mengunung dan anda tak mampu melunasi utang tersebut.

Bijaklah dalam mengatur keuangan. Apalagi, jika anda belum melunasi utang. Karena itu, pengelolaan keuangan sangat penting. Di tahun 2019, sudah saatnya anda bebas dari utang. Berikut caranya bebas utang di tahun 2019,

Tingkatkan Pendapatan

Anda harus meningkatkan pendapatan agar bisa membayar utang. Carilah pekerjaan tambahan, agar dapat melunasi hutang. Anda bisa mencari pekerjaan freelance. Namun, risikonya waktu libur anda akan terganggu. Selain itu, anda bisa memulai berusaha atau bergabung dengan transportasi online.

Batasi Pengeluaran

Sadar hutang anda yang semakin menggunung. Sudah saatnya anda membatasi pengeluaran. Misalnya, anda bisa membatasi waktu hangout bersama teman-teman atau mulai tidak jajan snack atau kopi di kafe. Ini karena, salah satu pengeluaran terbesar bagi milenial adalah jalan-jalan, kuliner atau produk kosmetik (untuk perempuan). Nah, anda harus mengelola keuangan dengan baik agar bisa membatasi pengeluaran.

Jangan Tunda Pembayaran

Nah, jangan biasakan menunda pembayaran. Ini akan berakibat utang anda akan semakin menggunung. Bayarlah ciclan tepat waktu. Jika tidak, anda akan terkena denda atau bunga yang besar.

Bijak dalam Berutang

Utang boleh saja tetapi anda harus bijak. Jangan banyak utang yang nantinya justru membebani hidup anda. Jangan sampai utang anda yang belum lunas sudah ditambah dengan utang lainnya. Apalagi, jika utang itu tidak berguna untuk anda. Bijaklah dalam berutang.

Mulai Bertahap Lunasi Utang

Mulailah bertahap melunasi utang anda satu per satu. Fokuslah untuk melunasi utang agar anda bisa terbebas jerat utang. Buat daftar utang yang terkecil terlebih dahulu.

&nbsp;

2019 Bebas Utang, Ini Caranya

medium_penghasilan-selalu-kurang-coba-hal-ini.jpeg

small_penghasilan-selalu-kurang-coba-hal-ini.jpeg

thumbnail_penghasilan-selalu-kurang-coba-hal-ini.jpeg

penghasilan-selalu-kurang-coba-hal-ini.jpeg

Sebagai supervisor, manager, direksi, atau bahkan pemilik perusahaan, pernahkah Anda bertanyan kepada karyawan Anda, bagaimana mengelola penghasilannya yang didapat dari kantor?



Mungkin sebagian besar jawabnya tidak pernah. Entah dengan alasan hal itu masalah pribadi yang tidak patut dicampuri, atau malah khawatir jika pertanyaan seperti itu ditanyakan akan memicu permintaan karyawan untuk naik gaji.

Memang, pada umumnya karyawan merasa gajinya selalu kurang, tidak pernah bisa mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (atau keinginannya?). Lucunya, walau gajinya telah meningkat beberapa kali, tetap saja terjangkit “selalu merasa kurang” penghasilannya.

Sindroma selalu merasa kurang ini, sebetulnya berkaitan dengan “kecerdasan finansial”. Tingkat kecerdasan finansial yang paling sederhana adalah kesadaran bahwa “jangan pernah lebih besar pasak daripada tiang”.

Ini sebenarnya nasehat kuno (tapi selalu relevan) dari orang tua kita bukan? Kalau nasihat ini mau dijadikan sebagai suatu indikator kecerdasan finansial (sebut saja sebagai IKF), maka bisa diformulasikan sbb : IKF = Pengeluaran/Penghasilan &lt; 1.

<img class="aligncenter size-full wp-image-2426" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Hematalapendirifacebook_2_913e6e06bb.jpg" alt="ramadhan BG" width="1648" height="1042" />

Artinya, berapapun penghasilan kita maka “gaya hidup” kita tidak pernah boleh melebihi kemampuan finansial (penghasilan) kita. Formula di atas juga “mengharuskan” kita untuk tidak boleh menghabiskan seluruh penghasilan, namun harus disisakan. Sebetulnya lebih tepat disisihkan bukan disisakan. Apa bedanya? Nanti kita bahas di belakang.

Formula IKF yang sederhana ini menurut saya memiliki “makna” yang dalam. Pertama, berkaitan dengan kemandirian <a href="https://amartha.com/blog/5-resolusi-finansial-di-tahun-2019/">finansial</a> jangka pendek. Artinya seseorang yang memiliki penghasilan dan bisa mengatur gaya hidupnya sedemikan rupa, agar kebutuhannya terbatasi tidak melebihi penghasilannya, maka ia “mandiri secara finansial”, berapapun penghasilannya.

Nah sekarang coba bayangkan jika seseorang bergaya hidup dengan pengeluaran rutin di atas penghasilannya? Dari mana dia menutup kekurangannya? Pinjam mertua? Pinjam teman kantor? Atau mengandalkan kartu kredit? Sampai kapan bisa bertahan?

Makna kedua, berkaitan dengan kemampuan mempersiapkan kebutuhan masa depan. Ketika seseorang menghabiskan semua penghasilannya untuk dikonsumsi saat ini, tidak ada “sisa” untuk ditabung dan diinvestasikan, maka ia hanya mandiri secara finansial sesaat, atau beberapa saat saja.

Mengapa? Karena suatu saat di depan nanti akan ada kebutuhan mendasar yang sifatnya tidak rutin dan membutuhkan biaya besar, misalnya uang pangkal masuk sekolah anak, pajak mobil, pajak bumi dan bangunan, uang muka kredit rumah, adanya musibah, dll. Dari mana sumber dananya kalau tidak dari dana yang bisa disisihkan sedikit demi sedikit secara rutin setiap bulan?

Nah, oleh karenanya betapa penting kecerdasan finansial yang paling sederhana ini ditanamkan sedini mungkin kepada setiap karyawan. Bahkan juga kepada setiap orang. Mereka yang menyadari hal ini, akan selalu membatasi gaya hidupya, misalnya 70-80% dari penghasilannya dengan “mewajibkan” diri selalu menyisihkan penghasilannya di awal ketika menerima gaji, untuk ditabung. Bukan berharap ada “sisa” di akhir bulan untuk ditabung.

“Do not save what is left after spending, but spend what is left after saving” (Waren Buffet)

Nah, bagaimana menurut sahabat sekalian, perlukah kita membekali diri, keluarga, bahkan karyawan kita agar cerdas secara finasial? Di masa kini, dimana godaan konsumerime semakin tinggi, makin banyak karyawan terjebak dengan pola hidup “Galub Tulub” alias gali lubang tutup lubang, walau penghasilannya tidak lagi kecil. Kali ini kemudian memunculkan masalah keuangan pribadi dan keluarganya. Akankah mereka bekerja di kantor secara produktif? Tentu tidak.
<pre>Artikel ini merupakan hasil kerjasama Amartha dengan Halofina.com.</pre>

Penghasilan Selalu Kurang? Coba Atur Keuangan Dengan Hal Ini!

Tag: Utang