small_penting-ini-cara-menagih-hutang-yang-tepat-agar-dibayar.jpeg

thumbnail_penting-ini-cara-menagih-hutang-yang-tepat-agar-dibayar.jpeg

penting-ini-cara-menagih-hutang-yang-tepat-agar-dibayar.jpeg

Kalau sudah urusan menagih untuk membayar hutang, rasanya jadi serba salah. Rasanya pasti bingung bagaimana cara menagih hutang yang baik, supaya hubunganmu dengan kenalan tetap terjaga. Namun satu hal yang perlu kamu ingat adalah, tidak perlu merasa tidak enak, karena kamu berhak mendapatkan kembali uang yang sudah kamu pinjamkan.



Tidak perlu ragu untuk menghubungi teman, sekedar bertanya atau mengingatkan. Hal ini juga membantu mereka agar bisa segera menyelesaikan hutang sampai tuntas. Karena yang namanya hutang akan selalu jadi beban yang memberatkan jika pembayarannya tidak dicicil sampai selesai.



<h2>Cara Menagih Hutang Agar Dilunasi</h2>



Kalau kamu merasa bingung harus melakukan apa, berikut ini 6 cara dalam menagih hutang agar cepat dibayar:



<h3>Gunakan Bahasa yang Baik</h3>



Ketika menagih hutang kepada teman gunakan bahasa yang baik. Jangan membuat teman tersinggung. Ajak teman berbicara empat mata. Dengan begitu kamu bisa mengetahui apa alasan yang membuatnya tidak kunjung menyelesaikan hutang.



Jika ternyata teman belum bisa membayar hutang dalam waktu dekat, maka buat kembali perjanjian. Dengan menentukan tenggat waktu atau tanggal terakhir pembayaran harus selesai.&nbsp;



<h3>Ingatkan Waktu Pembayaran</h3>



Ketika mulai mendekati waktu jatuh tempo pembayaran hutang, kamu bisa mengingatkan kembali teman terkait tenggat waktu yang disepakati. Hal ini merupakan cara menagih hutang lewat wa atau pesan singkat secara halus.



Jadi kamu tidak harus bertemu langsung dengan teman. Sebenarnya dengan mengingatkan tanggal terakhir pelunasan, secara tidak langsung kamu sudah menagih hutang. Siapa tahu saat kamu mengirim pesan, temanmu langsung membayar di hari yang sama.&nbsp;



<h3>Sampaikan Kamu Sedang Butuh Uang Cepat</h3>



Tidak perlu ragu untuk mengatakan bahwa kamu membutuhkan uang tersebut segera. Misalnya karena ada kebutuhan seperti biaya rumah sakit, renovasi rumah, atau keperluan mendesak lainnya.



Dengan begitu temanmu akan terdorong untuk segera menyelesaikan pembayaran hutang. Namun pastikan kamu menyampaikannya dengan jelas dan tetap sopan. Meskipun sebenarnya kamu merasa jengkel karena hutang yang tidak kunjung dibayar.



<pre class="wp-block-preformatted">Baca Juga: <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/cara-ampuh-menagih-hutang-ke-teman/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Cara Ampuh Menagih Hutang ke Teman</a></pre>



<h3>Minta Tolong Teman Dekatnya</h3>



Cara menagih hutang jarak jauh bisa melalui teman terdekatnya. Jika cara-cara di atas masih belum berhasil membuat peminjam menyelesaikan tanggung jawabnya. Hubungi teman dekat dari peminjam lalu sampaikan dengan baik maksud kamu.



Harapannya dengan diingatkan oleh teman terdekat, peminjam bisa lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan hutang.&nbsp;



<h3>Datangi Rumahnya</h3>



Salah satu cara menagih yang cukup efektif yaitu dengan mendatangi rumahnya. Dengan bertamu ke rumah si peminjam, secara tidak langsung kamu sudah mendesaknya untuk segera membayar hutang.&nbsp;



Jika maksud dari kedatanganmu ditangkap dengan baik oleh si peminjam, seharusnya ia akan membayar hutang dalam waktu dekat.



<h3>Hubungi Keluarga</h3>



Bagaimana jika teman yang meminjam uangmu malah menghilang dan tidak bisa dihubungi? Apabila cara-cara sebelumnya masih belum berhasil, maka dengan terpaksa kamu perlu menghubungi keluarganya.&nbsp;&nbsp;



Keluarga peminjam harus tahu bahwa salah satu anggota keluarga mereka memiliki tunggakan hutang yang belum dibayar.&nbsp;



Kamu juga bisa mendapatkan info di mana temanmu sedang berada lewat keluarga peminjam. Harapannya temanmu bisa sadar dan segera menyelesaikan pembayaran hutang.



Itu dia cara menagih hutang ke teman agar cepat dibayar. Niat kamu saat memberi pinjaman ke teman pasti baik. Namun, akan selalu ada risiko teman terlambat membayar atau bahkan tidak bisa membayar kembali hutangnya. 



Nah, supaya uang simpananmu tidak dipinjam oleh teman, ada baiknya kamu mengalokasikan dana tersebut dengan melakukan investasi di <a href="https://amartha.com/id_ID/pendanaan/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">P2P Lending Amartha</a>.



<a href="https://amartha.com/id_ID/">Amartha</a> adalah perusahaan investasi P2P Lending yang menyalurkan dana investasi kamu kepada perempuan pengusaha mikro di pedesaan. Setiap lender yang melakukan investasi bisa mendapatkan keuntungan hingga 15% flat per tahun.



Kamu enggak perlu khawatir karena microfinance marketplace Amartha sudah terdaftar dan berizin OJK.



Download aplikasi Amartha di <a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Android</a> Download aplikasi Amartha di <a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv" target="_blank" rel="noreferrer noopener">iOS</a>



<div class="wp-block-buttons">
<div class="wp-block-button"><a class="wp-block-button__link has-vivid-purple-background-color has-background" href="https://amartha.com/id_ID/" style="border-radius:30px">Daftar Sekarang</a></div>
</div>

Penting! Ini Cara Menagih Hutang Yang Tepat Agar Dibayar

medium_tips-siapkan-dana-pensiun.jpeg

small_tips-siapkan-dana-pensiun.jpeg

thumbnail_tips-siapkan-dana-pensiun.jpeg

tips-siapkan-dana-pensiun.jpeg

Menyiapkan dana pensiun sejak dini merupakan suatu hal yang sangat penting. Jangan sampai ketika usia Anda sudah memasuki usia pensiun, Anda baru menyiapkan dana pensiun. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi finansial Anda. Mungkin saja perusahaan yang Anda tempati akan memberikan dana pensiun. Namun, Anda pun juga bisa memulai sendiri dengan menyiapkan dana pensiun.

Dana pensiun yang Anda terima sangat berguna tak hanya untuk kehidupan sehari-hari di masa tua tetapi juga kesempatan untuk berbisnis. Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk memulai persiapan dana pensiun.

Hapus Hutang Secepatnya

Anda mempunyai hutang untuk cicilan mobil atau rumah. Sebaiknya, Anda mulai membayar cicilan tersebut secepatnya. Hal dilakukan agar masa tua Anda tak dikejar-kejar oleh hutang. Jika ada uang lebih bayar saja hutang Anda, agar terbebas dari hutang.

Biaya Pengeluaran

Pastikan Anda mengamati biaya pengeluaran. Misalnya, Anda membeli kopi seharga Rp 35.000 setiap hari. Bayangkan, jika Anda tidak membeli kopi tersebut. Anda lebih memilih minum kopi seduh dirumah atau dikantor. Anda bisa menghemat pengeluaran. Bisa saja Anda menggunakan uang itu untuk menabung.

Menabung

Anda bisa memulai menabung dengan menyisihkan pengeluaran Anda sekitar 10 persen. Anda bisa menabung di Bank, asuransi atau investasi. Memulai menabung dari sekarang sangat penting untuk masa depan Anda. Jangan sampai Anda tidak mengelola keuangan dengan baik. 

Mulai Berbisnis 

Mulailah melakukan bisnis sampingan. Siapa tahu bisnis Anda justru berkembang dan Anda tak perlu lagi bekerja di perusahaan. Ada banyak kisah sukses pengusaha yang memulai bisnis sambil bekerja seperti pendiri dan CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra yang dulu pernah menjadi pegawai swasta di perusahan multinasional IBM. Dia memilih untuk membangun perusahaan fintech peer to peer lending yang fokus terhadap pembiayaan modal kepada pengusaha mikro perempuan di desa.

Melakukan Pendanaan di Fintech Lending

Salah satu hal yang paling tepat adalah melakukan pendanaan di fintech lending. Anda cukup memulai pendanaan sebesar Rp 3 juta dengan imbal hasil hingga 15 persen di Amartha. Anda dapat memberikan pendanaan yang juga memberikan dampak sosial. Pasalnya, Amartha menyalurkan pembiayaan kepada pengusaha mikro perempuan di pedesaan. Dengan melakukan pendanaan di Amartha, maka Anda turut membangun ekonomi di desa. 

&nbsp;

Tips Siapkan Dana Pensiun

medium_2019-bebas-utang-ini-caranya.jpeg

small_2019-bebas-utang-ini-caranya.jpeg

thumbnail_2019-bebas-utang-ini-caranya.jpeg

2019-bebas-utang-ini-caranya.jpeg

Utang merupakan hal yang menakutkan bagi semua orang. Jika anda tak dapat mengelola keuangan dengan baik, maka akan berakibat fatal terhadap keuangan. Hal ini membuat anda tidak mampu membayar utang.

Nah, sebelum anda memulai pinjaman uang alangkah baiknya melunasi beban utang yang belum terbayar. Jangan sampai utang itu mengunung dan anda tak mampu melunasi utang tersebut.

Bijaklah dalam mengatur keuangan. Apalagi, jika anda belum melunasi utang. Karena itu, pengelolaan keuangan sangat penting. Di tahun 2019, sudah saatnya anda bebas dari utang. Berikut caranya bebas utang di tahun 2019,

Tingkatkan Pendapatan

Anda harus meningkatkan pendapatan agar bisa membayar utang. Carilah pekerjaan tambahan, agar dapat melunasi hutang. Anda bisa mencari pekerjaan freelance. Namun, risikonya waktu libur anda akan terganggu. Selain itu, anda bisa memulai berusaha atau bergabung dengan transportasi online.

Batasi Pengeluaran

Sadar hutang anda yang semakin menggunung. Sudah saatnya anda membatasi pengeluaran. Misalnya, anda bisa membatasi waktu hangout bersama teman-teman atau mulai tidak jajan snack atau kopi di kafe. Ini karena, salah satu pengeluaran terbesar bagi milenial adalah jalan-jalan, kuliner atau produk kosmetik (untuk perempuan). Nah, anda harus mengelola keuangan dengan baik agar bisa membatasi pengeluaran.

Jangan Tunda Pembayaran

Nah, jangan biasakan menunda pembayaran. Ini akan berakibat utang anda akan semakin menggunung. Bayarlah ciclan tepat waktu. Jika tidak, anda akan terkena denda atau bunga yang besar.

Bijak dalam Berutang

Utang boleh saja tetapi anda harus bijak. Jangan banyak utang yang nantinya justru membebani hidup anda. Jangan sampai utang anda yang belum lunas sudah ditambah dengan utang lainnya. Apalagi, jika utang itu tidak berguna untuk anda. Bijaklah dalam berutang.

Mulai Bertahap Lunasi Utang

Mulailah bertahap melunasi utang anda satu per satu. Fokuslah untuk melunasi utang agar anda bisa terbebas jerat utang. Buat daftar utang yang terkecil terlebih dahulu.

&nbsp;

2019 Bebas Utang, Ini Caranya

medium_penghasilan-selalu-kurang-coba-hal-ini.jpeg

small_penghasilan-selalu-kurang-coba-hal-ini.jpeg

thumbnail_penghasilan-selalu-kurang-coba-hal-ini.jpeg

penghasilan-selalu-kurang-coba-hal-ini.jpeg

Sebagai supervisor, manager, direksi, atau bahkan pemilik perusahaan, pernahkah Anda bertanyan kepada karyawan Anda, bagaimana mengelola penghasilannya yang didapat dari kantor?



Mungkin sebagian besar jawabnya tidak pernah. Entah dengan alasan hal itu masalah pribadi yang tidak patut dicampuri, atau malah khawatir jika pertanyaan seperti itu ditanyakan akan memicu permintaan karyawan untuk naik gaji.

Memang, pada umumnya karyawan merasa gajinya selalu kurang, tidak pernah bisa mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (atau keinginannya?). Lucunya, walau gajinya telah meningkat beberapa kali, tetap saja terjangkit “selalu merasa kurang” penghasilannya.

Sindroma selalu merasa kurang ini, sebetulnya berkaitan dengan “kecerdasan finansial”. Tingkat kecerdasan finansial yang paling sederhana adalah kesadaran bahwa “jangan pernah lebih besar pasak daripada tiang”.

Ini sebenarnya nasehat kuno (tapi selalu relevan) dari orang tua kita bukan? Kalau nasihat ini mau dijadikan sebagai suatu indikator kecerdasan finansial (sebut saja sebagai IKF), maka bisa diformulasikan sbb : IKF = Pengeluaran/Penghasilan &lt; 1.

<img class="aligncenter size-full wp-image-2426" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Hematalapendirifacebook_2_913e6e06bb.jpg" alt="ramadhan BG" width="1648" height="1042" />

Artinya, berapapun penghasilan kita maka “gaya hidup” kita tidak pernah boleh melebihi kemampuan finansial (penghasilan) kita. Formula di atas juga “mengharuskan” kita untuk tidak boleh menghabiskan seluruh penghasilan, namun harus disisakan. Sebetulnya lebih tepat disisihkan bukan disisakan. Apa bedanya? Nanti kita bahas di belakang.

Formula IKF yang sederhana ini menurut saya memiliki “makna” yang dalam. Pertama, berkaitan dengan kemandirian <a href="https://amartha.com/blog/5-resolusi-finansial-di-tahun-2019/">finansial</a> jangka pendek. Artinya seseorang yang memiliki penghasilan dan bisa mengatur gaya hidupnya sedemikan rupa, agar kebutuhannya terbatasi tidak melebihi penghasilannya, maka ia “mandiri secara finansial”, berapapun penghasilannya.

Nah sekarang coba bayangkan jika seseorang bergaya hidup dengan pengeluaran rutin di atas penghasilannya? Dari mana dia menutup kekurangannya? Pinjam mertua? Pinjam teman kantor? Atau mengandalkan kartu kredit? Sampai kapan bisa bertahan?

Makna kedua, berkaitan dengan kemampuan mempersiapkan kebutuhan masa depan. Ketika seseorang menghabiskan semua penghasilannya untuk dikonsumsi saat ini, tidak ada “sisa” untuk ditabung dan diinvestasikan, maka ia hanya mandiri secara finansial sesaat, atau beberapa saat saja.

Mengapa? Karena suatu saat di depan nanti akan ada kebutuhan mendasar yang sifatnya tidak rutin dan membutuhkan biaya besar, misalnya uang pangkal masuk sekolah anak, pajak mobil, pajak bumi dan bangunan, uang muka kredit rumah, adanya musibah, dll. Dari mana sumber dananya kalau tidak dari dana yang bisa disisihkan sedikit demi sedikit secara rutin setiap bulan?

Nah, oleh karenanya betapa penting kecerdasan finansial yang paling sederhana ini ditanamkan sedini mungkin kepada setiap karyawan. Bahkan juga kepada setiap orang. Mereka yang menyadari hal ini, akan selalu membatasi gaya hidupya, misalnya 70-80% dari penghasilannya dengan “mewajibkan” diri selalu menyisihkan penghasilannya di awal ketika menerima gaji, untuk ditabung. Bukan berharap ada “sisa” di akhir bulan untuk ditabung.

“Do not save what is left after spending, but spend what is left after saving” (Waren Buffet)

Nah, bagaimana menurut sahabat sekalian, perlukah kita membekali diri, keluarga, bahkan karyawan kita agar cerdas secara finasial? Di masa kini, dimana godaan konsumerime semakin tinggi, makin banyak karyawan terjebak dengan pola hidup “Galub Tulub” alias gali lubang tutup lubang, walau penghasilannya tidak lagi kecil. Kali ini kemudian memunculkan masalah keuangan pribadi dan keluarganya. Akankah mereka bekerja di kantor secara produktif? Tentu tidak.
<pre>Artikel ini merupakan hasil kerjasama Amartha dengan Halofina.com.</pre>

Penghasilan Selalu Kurang? Coba Atur Keuangan Dengan Hal Ini!

large_jangan-abaikan-4-hal-berikut-saat-hendak-berutang.jpeg

medium_jangan-abaikan-4-hal-berikut-saat-hendak-berutang.jpeg

small_jangan-abaikan-4-hal-berikut-saat-hendak-berutang.jpeg

thumbnail_jangan-abaikan-4-hal-berikut-saat-hendak-berutang.jpeg

jangan-abaikan-4-hal-berikut-saat-hendak-berutang.jpeg

Hidup sebagai generasi millennial zaman now rasanya kecenderungan untuk berutang semakin dekat, terlebih dengan adanya berbagai kemudahan seperti aplikasi peminjaman uang, hingga online shoping yang menawarkan promo cicilan yang menarik yang tidak hanya jadi magnet juga memudahkan kita untuk berutang.



Bolehkah berutang? jawabannya boleh selama sifatnya produktif dan nilainya masih dibawah kendali. Nah realitanya banyak di antara kita yang terjebak dengan hutang karena dilakukan tanpa perencanaan keuangan yang matang, alhasil penghasilan yang masuk habis duluan untuk bayar cicilan hutang, nggak mau kan kaya gitu, makanya jangan abaikan 4 hal ini sebelum berutang.

Berutang Untuk Tujuan Produktif
Hal yang perlu dipastikan sejak awal adalah tujuan dari berutang itu sendiri, untuk tujuan konsumtif apa produktif. Hutang akan menjadi produktif jika itu bisa menjadi aset jangka panjang, menghasilkan penghasilan tambahan, bahkan menambah produktifitas kita dalam bekerja. Misalkan setelah dihitung-hitung biaya transport ke kantor menggunakan angkutan umum selama sebulan mencapai 500 ribu, nah setelah dibandingkan dengan cicilan motor dan uang bensin selama sebulan ternyata tidak beda jauh, dengan demikian hutang menjadi produktif karena bisa mengganti biaya transportasi menjadi aset juga menambah efektifitas waktu kita menuju kantor.

Batasi Nilai Cicilan
Dalam perencanaan keuangan pribadi dikenal strategi alokasi anggaran 4-3-3, dimana 40% untuk alokasi biaya kebutuhan rutin, 30% untuk alokasi cicilan dan asuransi, dan 30% untuk alokasi saving dan investing. Nah jika mau berutang pastikan nilai cicilannya dibatasi tidak melebihi 30% penghasilan, bahkan akan lebih baik jika bisa kurang dari itu, kenapa? supaya kebutuhan lainnya juga terpenuhi. Ingat, penghasilan kita bukan cuma digunakan untuk bayar hutang tapi juga ada keperluan rutin bulanan dan dana investasi masa depan yang juga perlu dipersiapkan.

[caption id="attachment_2403" align="aligncenter" width="1648"]<img class="size-full wp-image-2403" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Jangan_Abaikan_4_Hal_Berikut_Saat_Hendak_Berutang_2_bf9b9b667d.jpg" alt="Ilustrasi" width="1648" height="1042" /> Ilustrasi[/caption]

Hitung Ulang Biaya Bulanan
Hitung kembali anggaran keuangan selama sebulan pada saat akan berutang, apakah terdapat alokasi keuangan yang terganggu lalu apakah sisa penghasilan setelah dipotong hutang masih bisa memenuhi keperluan rutin dan investasi. Dengan demikian jika kondisinya kurang baik bahkan berdampak pada kondisi keuangan yang berantakan, maka ada baiknya kalian pikirkan kembali bahkan sebisa mungkin kurangi porsi cicilannya atau ditunda jika perlu.

Pastikan Total Hutang Tidak Melebihi Aset
Perlu dipastikan jika total hutang tidak melebihi nilai aset yang kita miliki, kalian bisa membuat neraca keuangan dimulai dari mencatat seluruh nilai aset (kekayaan) yang kita miliki lalu mencatat seluruh nilai hutang (kewajiban) yang dimiliki. Hal ini ditujukan untuk kondisi darurat diluar rencana jika kita tidak bisa memenuhi kewajiban untuk membayar hutang, kalian tentunya tidak menginginkan untuk menjual aset yang dimiliki.
<pre>Artikel ini merupakan hasil kerjasama Amartha dengan <a href="https://halofina.com/">Halofina</a>.</pre>

Jangan Abaikan 4 Hal Berikut Saat Hendak Berutang

Tag: hutang