[caption id="attachment_700" align="aligncenter" width="940"]<img class="wp-image-700 size-full" src="https://access.amartha.com:443/uploads/amartha_Visual_Blog_06032017_Seri_A_Mandiri_English_c5d6ee91ce.jpg" alt="amartha_Visual Blog_06032017_Seri A Mandiri English" width="940" height="592" /> Peer to peer lending platform for Unbanked Populations in Indonesia[/caption]
Jakarta, Indonesia – March 7, 2017 – Amartha, the peer-to-peer (P2P) lending marketplace for unbanked communities, and Mandiri Capital Indonesia (MCI), the VC arm of Indonesia’s largest Bank, announced the Series A investment today. Other investors who participated in this round include Lynx Asia Partners, and existing investors Beenext and Midplaza Holding.
According to the World Bank’s 2014 Global Findex database, 64% of Indonesian adults do not have a bank account, far lower than the global average of 38%. Amartha’s vision is to connect aspiring unbanked micro-entrepreneurs with working capital requirements of approximately $300 to lenders interested in making profitable, impactful investments. In addition to maintaining a strong focus towards optimizing its technology and product line, Amartha plans to use this funding to scale its business and provide hundreds of thousands of micro-entrepreneurs across Indonesia’s remote geographies access to affordable and sustainable financing.
“With limited banking infrastructure and service coverage especially in rural areas, micro-entrepreneurs who work in informal economies struggle with the reality of accessing affordable working capital,” says Andi Taufan Garuda Putra, CEO of Amartha. “Through Amartha, we have been able to create a new market that modernizes microlending and gives people at the bottom of the income pyramid better alternatives to fund their businesses.” 
Incorporated in 2010 as a microfinance institution, Amartha transformed into a P2P lending marketplace and financial technology company in 2016. Today, Amartha has facilitated over 180 million in loans to over 60,000 women micro-entrepreneurs while maintaining a 7-year long 0% default rate.
“Amartha’s business model plays an important role in our economy as it addresses the challenge behind delivering financial services to the unbanked population. With over seven years of experience in microlending, strong field networks in rural areas, and a solid leadership team, Amartha’s compliments Bank Mandiri’s vision to drive financial inclusion across the nation” says Eddi Danusaputro, CEO of MCI.
The informal economies currently employ 90% of Indonesia’s labor force thus representing a big opportunity for economic growth. However, those micro-business owners who work in the informal economies are struggle to get loan from banks due to no collateral, seasonal income, and improper bookkeeping. Amartha has overcome these challenges by leveraging psychometric approaches and its own credit scoring technology to assess the credit-worthiness of its loan recipients. Through this platform, borrowers will receive a credit rating and develop a credit history which they can leverage when applying for future financing. Amartha’s transparent system allows for everyone to invest in micro and small businesses within the informal economy more conveniently and securely than ever before.
“Amartha’s experience as a microfinance institution gives it a unique insight into managing and scaling the business at the grassroots level, and enables it to add significant value to the rapidly growing P2P financing sector in Indonesia. Amartha enables Indonesia’s urban middle-class to support and participate in the rural economy, which is social impact investing at its best”, says Djamal Attamimi, Managing Partner of Lynx Asia Partners.
“Our borrowers petition loans to open grocery stalls or expand traditional fish breeding businesses. By bridging them to a lending platform, they can request loans ranging between IDR 2 million (USD $153) to IDR 10 million (USD $769). While these amounts may seem miniscule, we believe that with the right approach we can create economic opportunities that increase overall welfare for Indonesians” explains Taufan. “In conjunction with the new P2P lending regulation recently approved by OJK, there is tremendous potential for fintech to be used as a solution to eradicate poverty, empower entrepreneurs within the informal sector and increase financial inclusion for a socially and economically prosperous Indonesia.” []


<hr />
[email-subscribers namefield="YES" desc="Subscribe to get more information about Amartha Peer-to-peer lending" group="Public"]

Amartha secures Series A from Mandiri Capital to grow its P2P lending platform for the unbanked populations of Indonesia

[caption id="attachment_697" align="aligncenter" width="940"]<img class="wp-image-697 size-full" src="https://access.amartha.com:443/uploads/amartha_Visual_Blog_06032017_Seri_A_Mandiri_1_111c0477a1.jpg" alt="amartha_Visual Blog_06032017_Seri A Mandiri" width="940" height="592" /> Platform peer to peer bagi masyarakat Unbanked Indonesia[/caption]
Jakarta, Indonesia – 7 Maret, 2017 – Amartha, penyedia marketplace peer-to-peer (P2P) lending bagi masyarakat unbanked, dan Mandiri Capital Indonesia (MCI), sebuah perusahaan modal ventura milik lembaga keuangan terbesar di Indonesia, mengumumkan pendanaan Seri A hari ini. Investor lain yang berpartisipasi dalam pendanaan ini antara lain Lynx Asia Partners dan investor yang telah bergabung sebelumnya yaitu Beenext dan Midplaza Holding.
Menurut data World Bank Global Findex tahun 2014, 64% penduduk dewasa Indonesia tidak memiliki rekening bank, jauh di bawah rata-rata global sebesar 38%. Dalam hal ini, visi Amartha adalah menghubungkan para pengusaha mikro unbanked yang memerlukan modal kerja sekitar 3 juta Rupiah dengan para investor yang ingin berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan, sekaligus menciptakan dampak sosial. 
Selain untuk pengembangan produk dan teknologinya, Amartha akan memanfaatkan pendanaan kali ini untuk meningkatkan skala bisnisnya hingga dapat menjangkau ratusan ribu pengusaha mikro lainnya di seluruh pelosok Indonesia, membukakan akses bagi mereka terhadap permodalan yang terjangkau dan berkelanjutan.
“Dengan keterbatasan infrastruktur dan layanan perbankan di daerah pelosok, pengusaha kecil yang bekerja di sektor ekonomi informal sangat kesulitan mendapatkan modal usaha yang terjangkau”, ungkap Andi Taufan Garuda Putra, CEO Amartha. “Melalui Amartha, kami telah memodernisasi segmen mikro, sehingga menciptakan segmen market baru yang memungkinkan masyarakat di lapisan piramida terbawah memperoleh alternatif sumber permodalan bagi usaha mereka”, tambah Taufan.
Didirikan pada tahun 2010 sebagai lembaga keuangan mikro, Amartha telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan teknologi P2P lending di tahun 2016 lalu. Hingga saat ini, Amartha sudah menyalurkan lebih dari IDR 180 Miliar pendanaan kepada 60,000 pengusaha mikro perempuan dengan tetap mempertahankan tingkat gagal bayar di 0% selama 7 tahun berturut-turut.
“Model bisnis Amartha sangat penting bagi perekonomian kita, karena mampu memberi solusi atas susahnya menjangkau masyarakat unbanked. Dengan pengalaman lebih dari tujuh tahun di segmen pembiayaan mikro, jaringan yang kuat di pelosok daerah dan leadership team yang tangguh”, CEO MCI Eddi Danusaputro menjelaskan.
Saat ini, sektor ekonomi informal mempekerjakan 90% lapangan kerja di Indonesia, menjadikannya peluang yang besar bagi pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, pelaku usaha mikro yang bekerja pada ekonomi informal tersebut sangat sulit mendapatkan pendanaan dari bank karena tidak memiliki jaminan, pendapatan tetap dan catatan keuangan. Amartha memberikan solusi dengan membangun sistem skor kredit berdasarkan pada pendekatan psikometri untuk menilai kelayakan calon peminjam. 
Melalui platform Amartha, peminjam akan mendapatkan skor kredit serta dapat membangun riwayat pinjaman (credit history) sehingga dapat mereka gunakan untuk mendapatkan layanan perbankan di masa mendatang. Sistem yang transparan ini juga membantu para investor untuk dapat berinvestasi di segmen mikro secara lebih aman dan nyaman.
“Pengalaman Amartha sebagai lembaga keuangan mikro, memberikan mereka kemampuan yang unik dalam mengelola dan mengembangkan bisnis di level akar rumput, serta memberikan nilai yang signifikan pada sektor fintech terutama P2P Lending yang saat ini berkembang cukup pesat. Amartha memungkinkan masyarakat kelas menengah perkotaan Indonesia untuk mendukung dan berpartisipasi dalam ekonomi pedesaan, yaitu investasi berdampak sosial yang terbaik”, Managing Partner Lynx Asia Partners Djamal Attamimi menjelaskan.  
Taufan mengungkapkan, “Calon peminjam biasanya memerlukan modal untuk keperluan membuka warung atau budidaya ikan. Melalui platform Amartha, kita menjembatani mereka sehingga dapat memperoleh pinjaman antara 3 hingga 10 juta Rupiah. Meskipun jumlah tersebut dinilai kecil, namun kami percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menciptakan kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia di piramida bawah”.
“Dalam kaitannya dengan peraturan OJK tentang P2P yang baru terbit, memungkinkan kesempatan yang besar bagi pelaku fintech untuk dapat menjadi solusi bagi pengentasan kemiskinan, pemberdayaan wirausahawan di sektor ekonomi informal serta upaya meningkatkan inklusi keuangan untuk kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” akhir Taufan. [] 


<hr />

[email-subscribers namefield="YES" desc="Apakah Anda ingin mendengar kabar dari Amartha? Subscribe untuk mendapatkan informasi terbaru di email Anda" group="Public"]

Tag: mandiri capital indonesia

Amartha secures Series A from Mandiri Capital to grow its P2P lending platform for the unbanked populations of Indonesia

Amartha Peroleh Pendanaan Seri A dari Mandiri Capital untuk Kembangkan Platform P2P bagi Masyarakat Unbanked di Indonesia