medium_penting-ini-5-kunci-sukses-kumpulkan-dana-darurat.jpeg

small_penting-ini-5-kunci-sukses-kumpulkan-dana-darurat.jpeg

thumbnail_penting-ini-5-kunci-sukses-kumpulkan-dana-darurat.jpeg

penting-ini-5-kunci-sukses-kumpulkan-dana-darurat.jpeg

Mobil rusak, kesehatan menurun dan harus berobat atau perlu pulang kampung karena urusan mendadak bisa saja terjadi.

Ya, pengeluaran tidak pasti seperti di atas sering kali terjadi dalam kehidupan kita. Jika tidak memiliki dana lebih, bagaimana kita bisa mencukupinya? Maka dalam hal ini, dana darurat sangat penting.

Jangan sampai kita tidak mempunyai dana darurat karena akan berakibat fatal dalam keuangan. Nah, anda perlu menjaga keuangan agar tidak menguras habis tabungan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar anda dapat mengatasi hal tersebut. Apa saja yang harus kita perhatikan dalam mengelola Dana Darurat? Berikut 5 kunci sukses untuk kumpulkan dana darurat,

Alokasikan Dana dari Awal

Menyisihkan sebagian pendapatan untuk dana darurat bisa dilakukan setelah Anda menerima gaji. Sebisa mungkin alokasikan dana anda melalui rekening yang benar-benar disimpan atau melakukan investasi.

Pilih Produk yang Dapat Kembangkan Dana

Banyak kok produk keuangan yang bisa kembangkan dana darurat Anda. Misalnya, dengan menggunakan fintech peer to peer lending seperti di Amartha, Anda dapat memberikan pendanaan kepada pengusaha mikro perempuan di pedesaan. Anda akan mendapatkan keuntungan hingga 15% p.a flat serta memberikan dampak masyarakat di pedesaan. 

Pilih Produk dengan Biaya Transaksi yang Murah

Tentu saja, pasti ada biaya transaksi dalam setiap produk yang Anda pilih. Jadi harus pintar ya menentukan mana yang paling murah, dan memberikan keuntungan maksimal tanpa potongan. Amartha sendiri mengedepankan transparan, efisien dan aman. Pada 2017, Amartha telah terdafar dan diawasi oleh Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jadi, tak perlu khawatir!

Pilih Produk yang Mudah Diakses

Kemudahan memang sangat penting dewasa ini. Pilih produk yang bisa memberikan akses secara transparan, dan Anda bisa tahu laporannya setiap saat. Kalau di Amartha, setiap pendana dapat laporan Mingguan di dashboard mereka, jadi pendana bisa pantau secara langsung.

Pilih Produk yang Tidak Ada Penalti dalam Penarikan

Gimana rasanya kalau kita nabung, tapi pas mau ditarik banyak biaya ini itu dan akhirnya kita tidak menerima hasil yang maksimal? Atau lebih parah lagi, jika tidak sesuai tempo yang disepakati, maka ada penalti yang sangat membebankan.

Penting! Ini 5 Kunci Sukses Kumpulkan Dana Darurat

medium_kakeibo-teknik-mudah-atur-keuangan-ala-orang-jepang.jpeg

small_kakeibo-teknik-mudah-atur-keuangan-ala-orang-jepang.jpeg

thumbnail_kakeibo-teknik-mudah-atur-keuangan-ala-orang-jepang.jpeg

kakeibo-teknik-mudah-atur-keuangan-ala-orang-jepang.jpeg

Jepang tak hanya dikenal dengan sosok Marie Kondo yang mempromosikan metode merapikan barang-barang saja, tapi juga dikenal dengan seni mengatur keuangan yang disebut sebagai kakeibo.

Kakeibo pertama kali dikenalkan oleh Hani Motoko, seorang jurnalis pertama di Jepang pada tahun 1904. Sosok Hani Motoko juga seorang emansipatoris pada masanya. Ia lahir di Prefektur Aomori pada tahun 1873 dan semasa remaja banyak berkecimpung di dunia pendidikan yang menjangkau perempuan-perempuan Jepang kala itu.

Seni mengatur keuangan Kakeibo itu kemudian diangkat kembali oleh Fumiko Chiba dalam bukunya yang berjudul Kakeibo: The Japanese Art of Saving Money (2017). Chiba menuliskan bahwa kakeibo adalah cara ibu rumah tangga Jepang mengelola anggaran.

Pada dasarnya, kakeibo adalah pembukuan mengenai pendapatan dan pengeluaran keuangan. Seperti pelajaran akuntansi di sekolah menengah, kakeibo tidak menggunakan aplikasi, teknologi digital, dan rumus hitungan matematika yang memusingkan. Kakeibo adalah pembukuan keuangan secara konvensional yang ditulis dengan tangan.

Lalu apa saja yang perlu diperhatikan dalam mengatur keuangan menggunakan metode Kakeibo ini?

Mengutip Evening Standard, metode kakeibo dapat diaplikasikan menjadi: setiap awal bulan mulailah membuat catatan yang berisi detail seluruh pengeluaran Anda, termasuk pengeluaran tetap dan berapa yang akan ditabung. Kemudian mulailah dengan membagi pengeluaran menjadi empat kolom dan kategori berupa:
<ul>
 	<li style="font-weight: 400;">Pertama, kolom survival atau kebutuhan pokok seperti makanan, transportasi, dan obat-obatan.</li>
 	<li style="font-weight: 400;">Kedua, kolom optional atau biaya sekunder seperti camilan, makan di restoran, belanja, hingga rokok.</li>
 	<li style="font-weight: 400;">Ketiga, kolom culture atau wawasan seperti buku, film, majalah.</li>
 	<li style="font-weight: 400;">Keempat, kolom extra atau pengeluaran tambahan seperti kado pernikahan atau ulang tahun, servis kendaraan, atau perbaikan rumah.</li>
</ul>
Setelah memuat empat kolom dan kategori tersebut, langkah yang harus dilakukan ialah membuat empat pertanyaan seperti
<ul>
 	<li> &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Berapa banyak uang yang dimiliki?</li>
 	<li> &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Berapa banyak uang yang ingin disimpan?</li>
 	<li> &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Berapa banyak yang sebenarnya saya belanjakan?</li>
 	<li> &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Bagaimana agar bisa mengawasi jumlah pengeluaran ini?</li>
</ul>
Dengan demikian, kita dapat mengetahui kemana saja uang kita dibelanjakan sehingga di akhir bulan kita bisa menjawab pertanyaan bisakah mencapai target untuk dana darurat dan dana pensiun. Selain itu kita juga bisa mengetahui solusi untuk menghemat atau <a href="https://amartha.com/id_ID/">mencari alternatif penghasilan</a> agar tujuan keuangan kita tercapai.

Kakeibo: Teknik Mudah Atur Keuangan Ala Orang Jepang

medium_bagaimana-cara-mengatasi-kebiasaan-impulsive-buying.jpeg

small_bagaimana-cara-mengatasi-kebiasaan-impulsive-buying.jpeg

thumbnail_bagaimana-cara-mengatasi-kebiasaan-impulsive-buying.jpeg

bagaimana-cara-mengatasi-kebiasaan-impulsive-buying.jpeg

Impulsive buying merupakan sebuah perilaku seseorang dalam membeli suatu barang atau jasa secara tiba-tiba tanpa adanya perencanaan. Ada berbagai hal yang membuat seseorang&nbsp; memiliki perilaku impulsive buying seperti mengikuti suasana hati, enggak mau ketinggalan zaman, lapar mata atau mendapat dana tambahan.

Seorang impulsive buying sedikit sekali memikirkan kegunaan barang saat membeli. Para peneliti juga menduga bahwa emosi dan feeling berperan besar dalam keputusan seorang impulsive buyers. Patut disadari bahwa impulsive buying dapat membuat kondisi keuangan kita tidak sehat. Kita akan terus membuang uang untuk hal yang sebetulnya tidak terlalu kita butuhkan. Bahaya khan?

Lalu, bagaimana cara mengatasi perilaku impulsive buying?
<h4 style="text-align: center;">Baca Juga:&nbsp;<a style="color: #800080;" href="https://amartha.com/blog/pendana/lifestyle/apa-saja-pemicu-impulsive-buying/">Apa Saja Pemicu Impulsive Buying?</a></h4>
<h1>Buat Daftar Belanja</h1>
<img class="aligncenter size-full wp-image-3359" src="https://access.amartha.com:443/uploads/rawpixel_252130_unsplash_06c9e22b08.jpg" alt="" width="5837" height="3896">

Siapakah orang yang paling peduli dengan keuangan pribadi kamu? Jawabannya ada di sebelum tanda tanya. Iya, hanya kamu yang peduli dengan keuangan kamu khan? Nah, untuk mengatasi perilaku impulsive buying yang selama ini menggerogoti keuangan kamu, maka kamu perlu membuat daftar belanja tetap. Cukup tuliskan pemasukan dan pengeluaran secara rutin, jangan lupa sisihkan juga untuk investasi.
<h1>Melakukan Terapi Keuangan</h1>
[caption id="attachment_3320" align="aligncenter" width="2500"]<img class="size-full wp-image-3320" src="https://access.amartha.com:443/uploads/rawpixel_603653_unsplash_23ea824384.jpg" alt="" width="2500" height="1868"> unsplash[/caption]

Terapi keuangan merupakan salah satu usaha untuk mengobati pola pikir dengan memasukkan informasi penting seperti cara meningkatkan pendidikan keuangan, berusaha keras dan disiplin diri dalam mengelola keuangan. Terapi keuangan biasanya adalah orang-orang yang sudah profesional di bidang keuangan atau juga psikolog yang memiliki pendidikan keuangan.
<h1>Gunakan Uang Cash</h1>
[caption id="attachment_3050" align="aligncenter" width="5184"]<img class="size-full wp-image-3050" src="https://access.amartha.com:443/uploads/mathieu_turle_524977_unsplash_2a0d884cb9.jpg" alt="" width="5184" height="3456"> unsplash[/caption]

Dalam berbelanja, sebaiknya kamu menggunakan uang cash daripada mengandalkan kartu kredit. Dengan menggunakan uang tunai, rasa kehilangan uang akan lebih terasa lho. Dalam kasus lain, apabila kamu tidak bisa membayar barang atau jasa tersebut dengan uang tunai itu artinya kamu belum sanggup untuk membelinya.
<h1>Minta Bantuan Teman</h1>
Saat berniat membeli suatu barang atau jasa, ada baiknya kamu meminta pendapat dari teman atau orang lain kecuali petugas toko. Kamu perlu meminta pendapat orang yang sudah mengenal kepribadian kamu dalam membeli suatu barang, nasihat jujur dari mereka dapat membuatmu enggan membeli barang kesukaan yang sedang diskon lho.
<h4 style="text-align: center;">Baca Juga:&nbsp;<a style="color: #800080;" href="https://amartha.com/blog/work-smart/tips-memulai-bisnis-online/">Tips Jitu Memulai Dan Mengembangkan Bisnis Online</a></h4>
Dengan melakukan cara di atas, kamu bisa lebih bijak lagi dalam menggunakan uang. Nah, ada juga lho cara lainnya yaitu dengan melakukan alternatif investasi lainnya seperti Amartha. Perusahaan peer to peer lending yang menghubungkan investor di kota dengan peminjam di desa khususnya perempuan ini akan memberikan keuntungan hingga 15 persen per tahun. Tak hanya itu, kamu juga dapat memberikan dampak sosial di pedesaan. Karena, pendanaan digunakan untuk&nbsp;memberdayakan para ibu-ibu di desa&nbsp; menjadi pengusaha mandiri. Apalagi, Amartha telah memiliki izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Untuk informasi lebih lanjut klik di <a href="http://amartha.com">www.amartha.com</a>

Bagaimana Cara Mengatasi Kebiasaan Impulsive Buying?

medium_ini-pelajaran-finansial-di-film-confession-of-a-shopaholic.jpeg

small_ini-pelajaran-finansial-di-film-confession-of-a-shopaholic.jpeg

thumbnail_ini-pelajaran-finansial-di-film-confession-of-a-shopaholic.jpeg

ini-pelajaran-finansial-di-film-confession-of-a-shopaholic.jpeg

Pernahkah Anda menonton film atau membaca novel Confession of a Shopaholic karya Sophie Kinsella? Film ini menceritakan tentang seorang perempuan yang bernama Rebecca Bloomwood. Dia mengalami kecanduan untuk berbelanja. Meskipun film itu dikemas dengan genre romantis-komedi, ternyata ada banyak pelajaran mengenai finansial yang dapat kita pelajari. Apa saja?
<h1>Hindari Impulsif Buying</h1>
Impulsif buying adalah salah satu kelemahan dari Rebecca Bloomwood. Dia mengorbankan seluruh rekening banknya untuk membeli pakaian. Padahal, lemari pakaiannya sudah penuh. Bahkan, sebagaian besar pakaiannya tidak terpakai. Dari hal itu, kita dapat mempelajari bahwa ada baiknya Anda berpikir terlebih dahulu sebelum membeli pakaian atau barang. Bisa saja, barang itu tidak berguna.

Tanyakan beberapa pertanyaan pada Anda seperti, Apakah saya akan menggunakan barang tersebut lebih dari sekali? Apakah pembelian ini akan cocok dengan saya? Atau, Apakah barang ini cocok dipadukan dengan barang lainnya?

Lalu bagaimana dengan pembelian online yang saat ini sedang tren? Cara termudahnya adalah dengan berhenti berlangganan dari email mereka. Selain itu, sediakan uang tunai, dan periksa juga suasana hati sebelum berbelanja.
<h1>Ubah Tempat Berbelanja</h1>
Mencari lokasi berbelanja sesungguhnya bisa menghemat keuangan Anda. Anda dapat membeli barang bekas yang masih layak pakai. Bahkan barang-barang milik pribadi yang tidak terpakai bisa dijual di pasar atau situs jual-beli barang bekas lho.&nbsp;

Ada keuntungan dengan membeli barang bekas seperti mendapatkan barang dari desainer terkenal atau barang langka dengan harga yang sangat murah. Menguntungkan, bukan?
<h1>Mencari Kerja Sampingan</h1>
Manfaatkan waktu luang Anda dengan mencari pekerjaan sampingan. Keuntungan mencari pekerjaan sampingan selain menghasilkan uang adalah dapat mengasah keterampilan dan mendapatkan pengalaman untuk peluang karir di masa depan.&nbsp;

Mari ingat&nbsp; enggak cita-cita Rebecca di film ini yang ingin bekerja di majalah fashion Alette? Dia sempat ditolak majalah itu, tetapi diterima di majalah Successful Savings yang fokus membahas seputar keuangan. Jadi jangan pernah menyerah untuk menggapai cita-cita ya?

Ini Pelajaran Finansial di Film Confession of a Shopaholic

medium_5-boards-game-keuangan-ini-patut-dicoba.jpeg

small_5-boards-game-keuangan-ini-patut-dicoba.jpeg

thumbnail_5-boards-game-keuangan-ini-patut-dicoba.jpeg

5-boards-game-keuangan-ini-patut-dicoba.jpeg

Berdasarkan riset yang dilakukan George Washington Global Financial Literacy Excellence Center yang dilansir dari laman kontan.co.id menunjukan bahwa dari 5.500 milenial yang dijadikan sampel, hanya 24% nya yang mengerti prinsip keuangan.

Apakah kamu termasuk salah satunya? jangan khawatir karena saat ini banyak cara bisa dilakukan untuk mempelajari keuangan, salah satunya melalui permainan board games, berikut 5 board game keuangan yang bisa membantu kita untuk memahami prinsip-prinsip keuangan :

Cashflow 101

Cashflow 101 adalah board games keuangan yang dirancang oleh Robert T Kiyosaki. Game ini bertujuan untuk mengajarkan seseorang tentang konsep investasi dan cara untuk menghasilkan uang.

Ada dua tahap dalam games ini, yang pertama  “The Rat Race“, dalam tahap ini pemain harus meningkatkan tingkat pendapatan pasif melalui berbagai pilihan investasi dalam games tersebut.

Di tahap kedua “The Fast Track” pemain harus bisa memperoleh apa yang ‘diimpikannya’ atau bisa disetarakan dengan pemasukan kas senilai $ 50.000. Bagi yang berhasil, maka dialah pemenangnya.

Melalui game ini, seseorang harus bisa mengelola akun keuangannya, yang mana hasilnya  terlihat dalam laporan keuangan yang terdapat dalam “Score Card”

Secara tidak sadar, board games keuanganini mengajarkan prinsip-prinsip dasar tentang investasi, perbedaan aset dan utang, laporan keuangan, akuntansi, dan teknik-teknik berinvestasi.

The Game of Life

Board games keuangan ini diciptakan oleh Milton Bradley  pada tahun 1860. Dalam games ini, pemainnya akan diajak menjalani simulasi kehidupan sejak kuliah sampai pensiun.

Pemain yang dinobatkan sebagai pemenang adalah pemain yang memiliki karir terbaik dan jumlah kekayaan tertinggi.

Board games keuangan ini mengajarkan banyak hal, diantaranya pengaruh pendidikan dan pekerjaan terhadap penghasilan, utang dan sikap konsumtif, pajak dan suku bunga, serta pentingya berinvestasi sejak dini.

PayDay

Payday awalnya ditemukan oleh Paul J. Gruen, seorang pria asal Amerika Serikat, kemudian dibuat menjadi papan permainan  oleh Paker Brothers pada tahun 1975. Pay Day saat ini dipasarkan oleh Winning Moves.

Board games keuangan ini merupakan simulasi untuk mengelola uang, dengan papan permainan yang menyerupai kalender dalam satu bulan.

Sebelum games dimulai, para pemain memutuskan terlebih dahulu berapa bulan permainan akan dilakukan  (yaitu berapa kali melakukan perjalanan di seluruh papan).

Selama pertandingan, pemain harus mengumpulkan jumlah tagihan dan upah selama satu bulan. Pemenangnya adalah pemain yang memiliki uang paling banyak pada akhir bulan dalam permainan terakhir.

Board games keuangan ini mengajarkan kita bagaimana mengevaluasi arus kas masuk, membayar utang, menetapkan pengeluaran setipa bulan, serta pentingnya memiliki dana darurat.

Charge Large

Board games keuangan ini tergolong baru, karena dirancang baru pada tahun 2007 kemudian dijual ke Hasbro pada tahun 2009.

Dalam games ini, setiap pemain akan diperbolehkan untuk membeli barang secara kredit. Pemain dinyatakan sebagai pemenang apabila jumlah utangnya tidak lebih dari Rp 300 juta.

Adapun pesan yang ingin disampaikan lewat games ini diantaranya adalah pengeluaran tidak boleh melebihi limit kartu kredit. Board games keuangan ini pun memberikan simlasi bahwa pengeluaran yang besar akan sebanding dengan besarnya bunga yang dibayarkan.

Monopoli

Siapa yang tidak kenal board games ini? Monopoli ditemukan pada tahun 1930, dan saat ini dikenal sebagai  permainan sejuta umat karena dimainkan oleh beragam usia dan latar belakang yang berbeda.

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari monopoli, misalnya bagiamana mengatur transaksi keuangan secara tunai, menyelesaikan pembayaran utang dan pajak, mengumpulkan cash setiap kali berpindah dari satu kota ke kota lainnya, kemudian bagiamana bernegosiasi tentang pembayaran hipotek untuk menambah pendapatan atau keuntungan, serta bagaimana meningkatkan investasi dengan membeli properti sebanyak-banyaknya.
<pre>Artikel ini merupakan hasil kerja sama dengan <a href="https://halofina.com/">Halofina</a></pre>

5 Boards Game Keuangan Ini Patut Dicoba

Tag: pengelolaan keuangan