large_pengertian-umkm-yang-suka-salah-kaprah-ini-bedanya-dengan-ukm.png

medium_pengertian-umkm-yang-suka-salah-kaprah-ini-bedanya-dengan-ukm.png

small_pengertian-umkm-yang-suka-salah-kaprah-ini-bedanya-dengan-ukm.png

thumbnail_pengertian-umkm-yang-suka-salah-kaprah-ini-bedanya-dengan-ukm.png

pengertian-umkm-yang-suka-salah-kaprah-ini-bedanya-dengan-ukm.png

Usaha Kecil Menengah (UKM) dan <a href="https://amartha.com/blog/usaha-mikro-ukm/tips-bisnis/umkm-pengertian-jenis-dan-perkembangannya-di-indonesia/" data-type="post" data-id="8373">Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)</a> seringkali dianggap sama oleh masyarakat. Padahal kedua jenis usaha ini memiliki perbedaan yang didasarkan pada aset dan omset yang dimiliki oleh pelaku usahanya.



UKM adalah singkatan dari usaha kecil dan menengah. Yang ditekankan disini adalah usaha kecil. Sementara UMKM adalah singkatan dari usaha mikro, kecil, dan menengah, dengan fokus cakupan usaha mikro. Baik UKM maupun UMKM memang memiliki tujuan yang sama, yaitu menopang perekonomian negara.



<a href="https://amartha.com/blog/usaha-mikro-ukm/tips-bisnis/umkm-sosok-pahlawan-ekonomi-nasional-yang-sebenarnya/" data-type="post" data-id="8584">UMKM adalah Sosok Pahlawan Ekonomi Nasional Yang Sebenarnya!</a>



World Bank mengklasifikasikan UMKM menjadi tiga jenis dengan menggunakan pendekatan berdasarkan jumlah karyawan, pendapatan dan aset yang dimilikinya yaitu seperti di bawah ini:



1. &nbsp; Usaha Mikro



<ul><li>Jumlah karyawan &lt; 10 orang</li><li>&nbsp;Pendapatan setahun &lt; $100 ribu</li><li>Kepemilikan aset &lt; $100 ribu</li></ul>



2. &nbsp; Usaha Kecil&nbsp;



<ul><li>Jumlah karyawan &lt; 30 orang</li><li>Pendapatan setahun &lt; US $3 juta</li><li>Kepemilikan aset &lt; US $3 juta</li></ul>



3. &nbsp; Usaha Menengah



<ul><li>Jumlah karyawan maksimal 300 orang</li><li>Pendapatan setahun US$15 juta</li><li>&nbsp;Kepemilikan aset mencapai US $15 juta</li></ul>



Adapun, di Indonesia terdapat beberapa pengklasifikasian UMKM dari beberapa perspektif atau pendekatan yang dilakukan oleh lembaga atau instansi bahkan undang-undang.



Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM memberikan pengertian dan klasifikasi berdasarkan aset dan omset tiap skala usaha sebagai berikut:



<figure class="wp-block-table"><table><tbody><tr><td>Skala Usaha</td><td>Kekayaan Bersih/Aset</td><td>Hasil Penjualan/Omset</td></tr><tr><td>Usaha Mikro</td><td>&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Maksimal Rp 50 Juta</td><td>&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Maksimal Rp 300 Juta</td></tr><tr><td>Usaha Kecil</td><td>&gt; Rp 50 Juta - Rp 500 juta</td><td>&gt;&nbsp; &nbsp;Rp 300 Juta – Rp 2,5 Milyar</td></tr><tr><td>Usaha Menengah</td><td>&gt;Rp 500 Juta - Rp 10 Milyar</td><td>&gt;&nbsp; &nbsp;Rp 2,5 Milyar -&nbsp; Rp 50 Milyar</td></tr></tbody></table></figure>



Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasikan berdasarkan kuantitas tenaga kerja yang digunakan pada setiap unit usaha yaitu:



1. &nbsp; &nbsp; &nbsp; Usaha Kecil: Tenaga Kerja 5-19 Orang



2. &nbsp; &nbsp; &nbsp; Usaha Menengah: Tenaga Kerja 20-99 Orang



Jika dilihat dari perspektif perkembangan usaha, UMKM diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:



1. &nbsp; &nbsp; &nbsp; UMKM Sektor Informal: Contohnya adalah pedagang kaki lima.



2. &nbsp; &nbsp; &nbsp; UMKM Mikro: UMKM dengan kemampuan sifat pengrajin namun kurang memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan usahanya.



3. &nbsp; &nbsp; &nbsp; UMKM Kecil Dinamis: UMKM yang sudah mampu berwirausaha dengan menjalin kerjasama (menerima pekerjaan subkontrak) dan ekspor.



4. &nbsp; &nbsp; &nbsp; Fast Moving Enterprise: UMKM yang sudah berwirausaha dengan cakap dan telah siap bertransformasi menjadi usaha besar.



<h2>Tantangan UKM dan UMKM di Indonesia</h2>



Meskipun menopang perekonomian negara, UKM dan UMKM di Indonesia masih mengalami sejumlah tantangan yang berarti. Sedikitnya ada empat tantangan yang dialami oleh mereka, mulai dari pengelolaan sumber daya manusia, pemasaran, perhitungan arus kas, dan modal usaha.



Sebagai contoh, masih banyak UKM dan UMKM yang melakukan pembukuan campuran antara keuangan pribadi dan keuangan usaha, bentuk pemasaran yang masih tradisional atau dari mulut ke mulut, dan juga kesulitan mendapatkan modal usaha untuk memajukan usaha mereka.



<a href="https://amartha.com/blog/usaha-mikro-ukm/tips-bisnis/tantangan-yang-sering-dialami-umkm/" data-type="post" data-id="8499">Tantangan Yang Sering Dialami UMKM Kita </a>



<h2>Dukung UKM dan UMKM Indonesia</h2>



Agar dapat terus menopang perekonomian negara, kamu dapat mendukung UKM dan UMKM di Indonesia dengan berbagai cara. Mulai dari membeli produk mereka hingga memdanai usaha mereka bersama <a href="https://amartha.com/id_ID/" data-type="URL" data-id="https://amartha.com/id_ID/">Amartha</a>.



Amartha merupakan <a href="https://amartha.com/id_ID/" data-type="URL" data-id="https://amartha.com/id_ID/">perusahaan investasi peer to peer (P2P) lending</a> yang menghubungkan pendana atau investor kepada peminjam khususnya perempuan pengusaha mikro di pedesaan. Dengan mendanai di Amartha, pendana bisa mendapatkan bagi hasil hingga 15% flat per tahun.



Amartha sendiri adalah <a href="https://amartha.com/id_ID/" data-type="URL" data-id="https://amartha.com/id_ID/">perusahaan investasi yang aman</a> karena sudah memiliki izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak tahun 2019 lalu. Sehingga pengalaman transaksi di Amartha akan semakin nyaman.



Berdiri hampir 11 tahun, Amartha telah menyalurkan pendanaan sebesar 3.29 Triliun kepada lebih dari 625.000 perempuan pengusaha mikro yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.

Pengertian UMKM yang Suka Salah Kaprah, Ini Bedanya dengan UKM

medium_tingkatkan-kesejahteraan-perekonomian-dengan-berinvestasi-pada-ukm.jpeg

small_tingkatkan-kesejahteraan-perekonomian-dengan-berinvestasi-pada-ukm.jpeg

thumbnail_tingkatkan-kesejahteraan-perekonomian-dengan-berinvestasi-pada-ukm.jpeg

tingkatkan-kesejahteraan-perekonomian-dengan-berinvestasi-pada-ukm.jpeg

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik dan United Nation Population Fund menyatakan, pada 2018 ada 58,97 juta pelaku UMKM di Indonesia. Artinya, pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami perkembangan yang signifikan.

Namun, data yang dirujuk oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ditemukan bahwa sebanyak 70% dari 60 juta pelaku UMKM belum mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan. Keadaan tersebut disebabkan karena adanya kendala administratif serta manajemen keuangan dan bisnis yang masih dikelola secara manual. 

Padahal menurut Kementerian Koperasi dan UKM mencatat kalau produk domestik bruto dari para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mencapai angka 60,34%. Angka tersebut mampu mengurangi jumlah pengangguran secara signifikan. Lalu, bagaimana mengatasi solusi yang dialami oleh pelaku UMKM untuk mendapatkan modal?
<h4 style="text-align: center;">Baca Juga: <a style="color: #800080;" href="https://amartha.com/blog/money-quiz/mendorong-umkm-melalui-fintech/">Mendorong UMKM melalui Fintech</a></h4>
Kini, pelaku UMKM tidak perlu khawatir lagi untuk mendapatkan tambahan <a href="https://amartha.com/id_ID/pinjaman/">modal usaha</a>. Pasalnya sudah ada banyak platform yang menghubungkan antara pelaku UMKM kepada investor sehingga mereka dengan mudah bisa mendapatkan tambahan modal usaha. Kita mengenalnya dengan nama peer to peer lending (P2P) Lending.

P2P Lending merupakan <a href="https://amartha.com/id_ID/pendanaan/">alternatif online baik bagi investor</a> atau pelaku UMKM saat ini. Keduanya menghubungkan yang sebelumnya sulit dihubungkan dengan cara konvensional. Pelaku UMKM bisa mendapatkan tambahan modal usaha dengan bunga yang rendah sementara investor mendapatkan keuntungan dari modal yang disalurkannya.

Salah satu <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/pendanaan-p2p-lending-semakin-aman-dengan-rdl/">P2P Lending</a> tersebut adalah Amartha. Meskipun sama-sama menghubungkan pelaku UMKM kepada investor, Amartha memiliki keunikannya sendiri. Amartha memilih untuk menyalurkan modal usaha investor kepada para perempuan-perempuan usaha mikro di pedesaan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan yang merata bagi Indonesia sehingga dapat dikatakan bahwa Amartha merupakan salah satu alternatif investasi yang baik.
<h4 style="text-align: center;">Baca Juga: <a style="color: #800080;" href="https://amartha.com/blog/amartha/lenders-corner/mengenal-tanggung-renteng-di-amartha/">Mengenal Tanggung Renteng di Amartha</a></h4>
Sebagai P2P Lending, Amartha merupakan salah satu yang sudah mendapatkan izin operasional dari OJK. Selain itu, Amartha juga sudah tersertifikasi ISO 27001 di mana data diri pendana dan peminjam akan dijaga kerahasiaannya. Menariknya, pendana yang mendanai akan mendapatkan keuntungan hingga 15% flat per tahun loh. Tunggu apalagi, segera cek <a href="http://amartha.com">Amartha.com</a> sekarang.

Tingkatkan Kesejahteraan Perekonomian dengan Berinvestasi pada UKM

Tag: ukm