small_the-downside-of-work-life-balance.jpeg

thumbnail_the-downside-of-work-life-balance.jpeg

the-downside-of-work-life-balance.jpeg

Istilah work life balance cenderung memisahkan antara dunia kerja atau profesional dengan dunia personal atau keluarga dengan proporsi waktu yang sama. Sekian jam untuk personal, sekian jam untuk pekerjaan. 



Padahal faktanya pada setiap rentang waktu, kita memiliki prioritas yang berbeda. 



Pada satu momen, kita dituntut untuk mengejar target pekerjaan yang diharapkan, disisi lain kita juga sering mengambil jam kerja untuk urusan personal dengan proporsi waktu yang terus berubah.



Baca Juga: <a href="https://amartha.com/blog/work-smart/tips-meraih-work-life-balance-di-dunia-kerja/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Work Life Balance di Dunia Kerja? Mungkinkah?</a>



<h2>Work Life Balance Adalah Mitos?</h2>



David Sedaris dengan 'The Burners Theory' nya menegaskan bahwa Work-Life Balance itu tidak ada. Menurut Sedaris, manusia memiliki "four burners" sebagai berikut:



<ol><li>The first burner represents your family.</li><li>The second burner is your friends.</li><li>The third burner is your health.</li><li>The fourth burner is your work.</li></ol>



The Four Burners Theory mengatakan bahwa "in order to be successful you have to cut off one of your burners. And in order to be really successful you have to cut off two.” 



Pada satu rentang waktu, kita memang harus memilih 2 hal dan "mengorbankan" 2 hal. Maka dari itu, hari ini kita mengenal istilah Work-Life Harmony atau Work-Life Integration. 



Yang dimaksud dengan Work Life Harmony adalah bagaimana kita mengatur sedemikian rupa dengan menyatukan, mengintegrasikan, dan mengharmoniskan kehidupan personal dan pekerjaan.



Pada satu waktu, kita memakai jam kerja untuk mengurus anak. Disisi lain, kita menghabiskan malam untuk bekerja dan mengejar target-target pekerjaan yang ada. 



Apalagi pada kondisi WFH seperti saat ini, dimana ruang kerja dan ruang personal menjadi satu kesatuan. Masalah-masalah personal dan pekerjaaan bercampur jadi satu.



Lalu, bagaimana produktivitas karyawan diukur?



<h2>Cara Mengukur Produktivitas Karyawan</h2>



<figure class="wp-block-image size-full"><img src="https://access.amartha.com:443/uploads/productivity_5624d2ef51.jpg" alt="productivity" class="wp-image-9240"/><figcaption>Sumber Foto: The Urbanlist</figcaption></figure>



Produktivitas tidak lagi diukur dari waktu kerja yang dihabiskan atau banyaknya aktivitas yang dilakukan, melainkan dari output atau outcome kerja yang dihasilkan. 



Dengan asumsi karyawan pada kondisi mau dan mampu mengerjakan tugasnya, maka leader atau atasan diharapkan memberikan ruang belajar dan berkreasi kepada rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. 



Biarkan karyawan mengatur waktu mengharmoniskan antara urusan personal dan pekerjaan.



Pada perjalanan membangun produktivitas guna mencapai output kerja yang diharapkan itu, karyawan mungkin akan mendapatkan kendala, maka disinilah pentingnya karyawan mengkomunikasikan kendala yang mereka hadapi kepada leader. 



Ada 2 hal yang membuat ini penting, yaitu sebagai berikut:



<ol><li>Leader atau rekan kerja bukan dukun, apalagi di masa-masa WFH, mereka tidak bisa menebak kendala apa yang kita hadapi.</li><li>Jangan sampai sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah pusing memikirkan kerjaan sendiri, disalahkan lagi karena pada akhirnya tidak perform.</li></ol>



Baca Juga: <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/wfh-lagi-ini-sejumlah-aplikasi-pendukung-kerja-dari-rumah/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">WFH Lagi, Ini Sejumlah Aplikasi Pendukung Kerja Dari Rumah</a>



Perihal ini, ada 2 hal mendasar yang memang perlu dipenuhi terlebih dahulu oleh leader, yaitu:



<ol><li>Psychological Safety. Leader harus mampu membangun kenyamanan karyawan untuk menyampaikan apa yang menjadi kendala mereka.</li><li>Kesiapan atasan leader menjadi Coach, Mentor dan Feedback Provider bagi karyawannya.</li></ol>



Perjalanan karir dan kontribusi kita di kantor adalah sebuah maraton, bukan sprint. Maka penting untuk menjaga ritme guna terus mengharmoniskan kehidupan personal dan profesional yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja kita secara berkelanjutan. 



Ultradian Rhythm mengajarkan bahwa pada selang 90 menit bekerja, kita butuh "ultradian healing process", istirahat sejenak dan melakukan aktivitas yang berbeda.



Pada rentang 90 menit kita akan mencapai puncak performance pada kondisi optimal arousal. Namun jika terus dipaksakan, optimal arousal tersebut, akan menurun dan beralih ke stress.

The Downside of Work Life Balance

small_cara-menemukan-keseimbangan-hidup.jpeg

thumbnail_cara-menemukan-keseimbangan-hidup.jpeg

cara-menemukan-keseimbangan-hidup.jpeg

Pandemi virus corona membuat banyak orang mengkhawatirkan kelangsungan hidup masa depan, khususnya dari sisi keuangan. 



Dalam situasi seperti ini memang sangat sulit untuk bisa memprediksi masa depan bahkan untuk bertahan hidup saja.&nbsp;



Akan tetapi, bukan berarti tidak bisa. Justru kondisi semacam ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi Anda dalam menemukan keseimbangan hidup. 



Lakukan konsultasi terhadap ahli keuangan untuk mendapatkan ide brilian dalam menemukan sisi seimbang dalam hidup pasca corona.&nbsp;



<h2>Buatlah Standar Hidup&nbsp;</h2>



Corona menyebabkan prospek kehidupan banyak orang menjadi tidak pasti kedepannya. <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/cemas-soal-finansial-atasi-dengan-tips-berikut/">Kecemasan akan keuangan</a> akibat pandemi mampu menjangkiti masyarakat luas. Mulai dari pekerjaan, kehilangan gaji bulanan dan masih banyak lagi.&nbsp;



Padahal jika Anda mampu membuat standar tentang hidup yang dijalani, tentu kecemasan tidak seberapa dirasakan. Untuk itu, mulailah buat standar saat ini juga. 



Perhatikan dan cermati dengan seksama beberapa poin yang mesti Anda terapkan berikut demi tercapainya standar hidup.&nbsp;



<ol><li>Pahami Pendapatan dan Pengeluaran&nbsp;</li></ol>



Dalam menciptakan standar hidup, penting bagi Anda untuk memahami pendapatan sekaligus pengeluaran saat ini. 



Kalkulasikan hal tersebut dengan baik dan pastikan tidak ada pengeluaran yang melebihi pendapatan. 



Perjelas masing-masing berbagai rencana Anda. Jangan lupakan menabung dan melakukan investasi.



Salah satu investasi yang bisa Anda coba adalah Amartha. Perusahaan investasi <a href="https://amartha.com/id_ID/">peer to peer lending (P2P) Lending</a> berdampak sosial yang juga menawarkan keuntungan hingga 15% per tahun. 



2. Simulasikan Penurunan Pendapatan&nbsp;



Jangan selalu berada di atas angin. Dalam membuat standar hidup, maka Anda perlu mensimulasikan penurunan pendapatan. 



Hal ini penting agar Anda tidak terkejut jika sewaktu-waktu hal tersebut terjadi. Jadi, Anda tetap bisa mengalokasikan dana Anda untuk berbagai kebutuhan walau kondisi tersebut terjadi.&nbsp; 



<h2>Kalkulasikan Tabungan, Pengeluaran dan Pendapatan Jangka Panjang&nbsp;</h2>



<figure class="wp-block-image size-large"><img src="https://access.amartha.com:443/uploads/investasi_2021_313e4805c5.jpg" alt="" class="wp-image-10197"/></figure>



Anda dapat mengkalkulasikan tabungan Anda dalam jangka panjang sejak mulai menabung. Simulasikan saja saldo tabungan Anda untuk beberapa puluh tahun ke depan. Hitung juga pengeluaran seumur hidup Anda.&nbsp;



Selain itu, Anda perlu memahami pemasukan lain yang berasal dari pekerjaan saat ini, aset keuangan, pendapatan per tahun dan sebagainya. 



Bayangkan juga <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/pentingkah-dana-darurat/">kondisi darurat</a> Anda secara kasar untuk kurun waktu ke depan. Nantinya jika sudah, maka Anda akan mulai bisa menemukan keseimbangan hidup.&nbsp;



Akan tetapi apabila Anda merasa kesulitan untuk mengkalkulasikan seluruh hal tersebut, maka cobalah hubungi <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/perlukah-menggunakan-jasa-financial-planner/">financial planner</a>. Nantinya pihak tersebut akan mampu membantu Anda dalam mengatur keuangan lebih bijak lagi.&nbsp; 



<h2>Pahami Asuransi dengan Baik&nbsp;</h2>



<figure class="wp-block-image size-large"><img src="https://access.amartha.com:443/uploads/tips_pilih_asuransi_untuk_diri_sendiri_0798ad6b9b.png" alt="" class="wp-image-9387"/></figure>



<a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/penting-5-tips-memilih-asuransi-untuk-pemula/">Asuransi</a> penting sebagai pertimbangan untuk merealisasikan keseimbangan hidup. Beberapa premi asuransi akan memotong langsung dana dari rekening bank nasabah sehingga tidak akan menyadari jika sudah menabung.&nbsp;



Jangan lupa pahami detail asuransi yang Anda miliki dengan baik. Jangan gegabah dalam memilih asuransi tanpa memperhatikan track record perusahaan penyedia asuransi tersebut dengan cermat. Pastikan keuangan perusahaan tersebut stabil dan tentunya dapat dipercaya.&nbsp;



<a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/asuransi-kesehatan-seberapa-penting-bagi-kita/">Asuransi Kesehatan, Seberapa Penting Bagi Kita?</a>



Pilih asuransi yang menawarkan premi sesuai kemampuan keuangan Anda. Jangan sampai justru menjadi beban dan membuat Anda kesusahan. 



Hindari memiliki gaya hidup tinggi di masa ini tanpa memikirkan kondisi masa depan nantinya. Bijaklah dalam mengelola keuangan demi tercapainya keseimbangan hidup.&nbsp;

Tips Mudah Menemukan Keseimbangan Hidup

medium_tips-meraih-work-life-balance-di-dunia-kerja.jpeg

small_tips-meraih-work-life-balance-di-dunia-kerja.jpeg

thumbnail_tips-meraih-work-life-balance-di-dunia-kerja.jpeg

tips-meraih-work-life-balance-di-dunia-kerja.jpeg

Tahun 2014, Accenture-salah satu lembaga survei internasional, pernah melakukan survei tentang kepuasan masyarakat terhadap pekerjaan mereka. 



Dari 30 negara yang disurvei, ternyata Indonesia menduduki posisi terendah, bahwasanya hanya 18% karyawan Indonesia yang menyatakan puas akan pekerjaannya. Hal ini tentu dipengaruhi oleh banyak hal. 



Mungkin lingkungan kerja yang kurang bersahabat, fasilitas yang masih kurang, pekerjaan yang tiada henti membuat kita kurang istirahat, dan bahkan kehilangan teman! 



Sering kan kita mendengar, antara pekerjaan, istirahat, dan kehidupan sosial, kita hanya bisa memilih dua diantaranya. Ya, mewujudkan work-life balance memang gak gampang sih. Bisa jadi, ini yang menyembabkan rendahnya kepuasan kita dalam bekerja di Indonesia.



Ngomongin soal work life balance, sebenernya gimana sih work life balance yang ideal itu?&nbsp; 







Nah, work life balance dapat terpenuhi jika seseorang dapat membagi tenaga, waktu, dan kemampuannya secara seimbang di pekerjaan maupun pada kehidupan di luar pekerjaan-seperti kehidupan di rumah, kehidupan sosial, kesehatan badan dan spiritual. 



Keseimbangan dalam pekerjaan dan kehidupan menjadi penting, karena dari hal inilah seseorang mendapat energi positif sehingga dapat memaksimalkan performance di tempat kerja maupun pribadi. 



Jadi kalau kita bisa meraih work life balance, kita akan tetap positif di luar maupun dalam pekerjaan kita. Mau kan? 



Terus apa dong yang bisa kita perbuat untuk meraih work life balance tersebut? Apakah melulu soal soal gaji dan benefit, atau waktu luang yang kita punya? 



Nah.. setidaknya ada 3 poin yang penting buat memaksimalkan potensi diri kita dalam mencapai kepuasan kerja dan hidup: 



Pertama, temukan hal yang terpenting yang kamu cari dalam hidup ini. Hidup kan bukan melulu soal apa yang bakal kita dapat nih, tapi bisa juga tentang seberapa besar kita bisa memberi good impact bagi lingkungan sekitar kita. 



Karena apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai. Pastikan kamu memiliki tujuan hidup yang positif lebih dari sekedar materi, karena dengan <a href="https://amartha.com/tentang-kami">#workforgreaterpurpose</a> akan membawamu makin dekat dengan kepuasan batin.



Kedua, jadilah dirimu sendiri, tentukan prioritas, dan jangan ragu berkata “Tidak”. Pintarlah dalam memilih mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Pekerjaan memang penting, tapi begitu juga dengan tidur cukup, dan quality time dengan teman atau keluarga. Jangan ragu untuk berkata tidak untuk hal-hal yang bukan prioritas kamu. Ketiga, temukan seorang mentor. Mentor bisa datang dari mana saja, bisa dari pertemanan atau dari lingkungan kerja. Mentor ini bisa menjadi tempat dimana kita bisa sharing dan berdiskusi tentang banyak hal. Pastikan kamu punya mentor yang keren dengan segudang pengalaman yang bisa kita jadiin panutan dan belajar dari situ. 



Selain niat dari diri sendiri, ternyata ada juga loh tempat kerja yang mendukung work life balance ini. Gak percaya kalau ada perusahaan yang mendorong kepuasan serta kebahagiaan karyawannya di dunia kerja? 



Ayo kita tengok salah satu startup di Indonesia,<a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/investasi-peer-to-peer-lending-amartha/"> peer-to-peer lending </a>ter-hits yaitu Amartha. 



<a href="https://amartha.com/blog/money-quiz/amartha-salurkan-pembiayaan-sampai-100-miliar/">Amartha</a> adalah perusahaan P2P lending Indonesia pertama yang melakukan pendekatan kreatif dalam mengkomunikasikan visinya, yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia #wow. 



Karena mimpi yang besar ini, Amartha sadar betul bahwa kontribusi sekecil apapun akan sangat bernilai. Sehingga, semua anggota Amartha adalah penting. Itu sebabnya, Amartha mendukung banget buat karyawannya untuk bisa mewujudkan work life balance. Karena makin happy seseorang, makin maksimal juga kontribusinya dalam mewujudkan goal Amartha buat Indonesia.



Amartha punya culture kerja yang unik nih, dimana hal ini udah tertanam di dalam benak setiap individu di dalamnya. Let’s start a work with great purpose! Because, we’re team with a common goal: A Nation Without Poverty! 



Amartha menanamkan pentingnya punya goal positif dan hal ini juga dirasakan oleh salah satu engineer Amartha : 



<div class="wp-block-image wp-image-1109 size-medium td-caption-align-https://blog.amartha.com/wp-content/uploads/2017/08/IMG_8154.jpg"><figure class="alignleft"><img src="https://access.amartha.com:443/uploads/IMG_8154_300x200_d75e748f19.jpg" alt="Amartha" class="wp-image-1109"/><figcaption>Alex-Full Stack Engineer di Amartha</figcaption></figure></div>



“Kaget banget, di sini apa yang aku kerjain ternyata sangat bermanfaat buat lingkungan, khusunya masyarakat prasejahtera di pelosok pedesaan. Positif goal nya yang mau mengetaskan kemiskinan di Indonesia, membuat kerja makin semangat dan aku pribadi jadi punya tujuan jelas buat kerja! Satu lagi nih, sumpah kagum banget sama teknologi Amartha, bisa mempertemukan dua orang baik supaya bikin perubahan yang spektakuler. &nbsp;Ucap Alex, salah satu Full Stack Engineer di Amartha.



<figure class="wp-block-image alignnone wp-image-1091 size-full td-caption-align-https://blog.amartha.com/wp-content/uploads/2017/08/Blog-16-Ags_2-1.jpg"><img src="https://access.amartha.com:443/uploads/Blog_16_Ags_2_1_fffe302fab.jpg" alt="kantor amartha" class="wp-image-1091"/><figcaption>Suasana Kantor Amartha</figcaption></figure>



Selain itu Tita, salah satu UX Researcher Amartha, merasakan betul pentingnya punya mentor dan temen tukar pikiran buat mencapai goal work life balance : &nbsp;



<div class="wp-block-image wp-image-1107 size-medium td-caption-align-https://blog.amartha.com/wp-content/uploads/2017/08/IMG_7448.jpg"><figure class="alignright"><img src="https://access.amartha.com:443/uploads/IMG_7448_300x200_bed86b39ac.jpg" alt="IMG_7448" class="wp-image-1107"/><figcaption>Tita-UX Researcher Amartha</figcaption></figure></div>



“Tujuan besar aku kerja adalah bikin positif impact buat lingkungan. Ternyata aku bisa nemuin hal itu di sini,di Amartha. Gak cuma itu aja, explore diri juga makin nambah, belajar sama senior-senior yang kece banget, asik dan bikin peer pressure jadi gak kerasa. Amartha adalah tempat gue bereksplorasi dan membuat karya terbaik buat bangsa.”



Suasana nyaman juga didukung dengan kantor Amartha yang cozy banget. Ada banyak spot-spot Instagram able yang tentunya bakalan asik banget buat kita mengekspresikan diri saat jenuh melanda. Bicara work life balance, kita juga perlu nih ngobrolin soal asupan gizi yang seimbang. Di Amartha juga disediakan sarapan, snack, dan vitamin. Ada lapangan golf mini yang bisa dipakai olahraga ringan atau santai-santai di ayunan bambu pas lagi break time. Dijamin nih, di kantor aja serasa gak di kantor.



<div class="wp-block-image wp-image-1105 size-medium td-caption-align-https://blog.amartha.com/wp-content/uploads/2017/08/IMG_7742.jpg"><figure class="alignleft"><img src="https://access.amartha.com:443/uploads/IMG_7742_300x200_a85cd6c549.jpg" alt="amartha" class="wp-image-1105"/><figcaption>Teja- Operation and Filed Trainer Amartha</figcaption></figure></div>



“Pertama masuk, kita tahu banhwa Amartha punya visi besar buat mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Awalnya terbayang bakalan berat nih beban kerja. Eh ternyata, suasana kantornya yang asik banget, dan nyaman bisa bikin aku lupa tuh kalau lagi mengemban tugas negara..hahaha. Aku pribadi malah tambah semangat, biar bisa menghasilkan kerja yang maksimal dan berkarya buat bangsa. Di sini culturenya mendukung banget buat aku pribadi makin berkembang.” Ungkap Teja sebagai Operation &amp; Field Trainer Amartha.



Jadi sebenarnya, gak susah kok buat kita nemuin work life balance di dunia kerja zaman sekarang, asalkan kita bisa nemuin tiga poin di atas tadi. Ayo raih work life balance di hidupmu dan wujudkan kepuasan serta kebahagiaanmu dalam bekerja dengan <a href="https://amartha.com/kisah-sukses">#workforgreaterpurpose</a> bersama Amartha.

Work Life Balance di Dunia Kerja? Mungkinkah?

Tag: work life balance