

Fenomena Bubble Burst Startup, dan Apa Kaitannya dengan PHK?
By Team Amartha Blog - 9 Jun 2022 - 3 min membaca
Istilah bubble burst saat ini sedang ramai diperbincangkan. Bubble burst startup merupakan salah satu fenomena yang kini ramai dihubungkan dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal oleh startup. Hal ini dikarenakan gelombang PHK yang tengah berlangsung dalam sistem perusahaan rintisan telah menjadi rahasia umum.
Dengan demikian, fenomena tersebut ramai dianggap masyarakat lantaran digadang-gadang sebagai bubble burst.
Akan tetapi, apakah benar kedua hal tersebut saling terkait? Apa sebenarnya fenomena ini? Untuk mengetahui lebih jelas, sebaiknya ikuti informasi berikut ini.
Mengenal Bubble Burst Startup
Fenomena ini adalah kejadian luar biasa atau KLB yang pernah menggempur industri internet ketika era 1990-an. KLB ini pun terkenal sebagai dotcom bubble. Lonjakan pesat internet memicu ekuitas bursa saham naik tajam dalam sejumlah negara industri.
Dengan demikian, industri berlandas internet serta banyak bidang terkait dapat bertumbuh secepat kilat.
Akan tetapi, fenomena bubble burst startup tidak lantas sejalan dengan kemasyhuran sejumlah perusahaan startup digital. Tidak sedikit perusahaan yang awalnya sukses secara instan lalu hilang layaknya ditelan bumi.
Di lain sisi, ditinjau lewat pengertiannya, bubble adalah gelembung, bisa disebut juga siklus ekonomi dengan karakteristik bertambahnya nilai pasar secara instan, khususnya lewat harga aset.
Lalu, aset tersebut diperjualbelikan melalui kisaran atau harga yang melampaui nilai intrinsik aset. Hal ini berarti, bubble burst startup adalah suatu kejadian sewaktu perusahaan startup naik curam melampaui nilai riil perusahaan tersebut.
Kejadian ini biasanya dihubungkan bersama tersedianya perubahan pada perilaku investor. Dengan begitu, inflasi instan ini pun diikuti cepatnya penurunan nilai atau kontraksi. Maka demikian, tidaklah heran fenomena ini disebut sebagai bubble burst atau ledakan.
Fenomena gelembung ekonomi dan pasar ekuitas semacam ini membuat perubahan sumber daya menuju area dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih cepat. Walau demikian, pemicu adanya fenomena ini sudah pasti masih menjadi topik hangat sejumlah ekonom.
Kaitan PHK Karyawan Startup dengan Bubble Burst Startup
PHK massal yang diadakan sejumlah startup terkenal berlangsung dalam durasi sepekan. Akan tetapi, apakah fenomena tersebut lalu dikategorikan sebagai bubble burst di industri teknologi layaknya dotcom bubble?
Tidak sedikit pakar masih meragukannya. Walau terdapat pengurangan tenaga kerja dalam beberapa startup, tapi peristiwa ini masih belum dapat dijuluki sebagai kejadian luar biasa layaknya yang telah terjadi dalam industri internet ketika era 1990-an.
Ini mirip dengan apa yang telah disampaikan Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Fintech Indonesia, Rudiantara. Beliau menyebut hal yang berlangsung saat ini tidak bisa disebut bubble burst startup. Walaupun terdapat letupan, ini masih tergolong hal wajar.
Adanya valuasi terlampau tinggi sudah pasti dinilai rentan memicu kemunculan bubble burst. CEO Mandiri Capital, Eddi Danusaputro, beropini lewat kacamata investor bahwa valuasi yang terdapat dalam startup dinilai sangat berlebihan.
Menurutnya, valuasi yang berlangsung pada tahun-tahun belakangan memanglah relatif tinggi. Karena valuasi startup seharusnya lebih logis bersama eksistensi liquidity crunch.
Di lain sisi, beliau menganggap efisiensi yang berlangsung dalam sejumlah startup layaknya yang ada pada waktu ini adalah hal yang baik.
Meski dianggap wajar, fenomena bubble burst ini sangat mungkin menciptakan persepsi baru kepada para generasi muda: apakah industri startup ‘tidak aman’ bagi para fresh graduate? Bagaimana caranya mengembalikan semangat entrepreneurship bagi anak muda agar tetap semangat meskipun fenomena seperti ini muncul? Apa yang harus dilakukan untuk terus maju mengembangkan usahanya?
Mengurangi kekhawatiran bubble burst startup yang terjadi, Amartha Mikro Fintek (Amartha) sebagai microfinance marketplace justru menargetkan untuk menambah jumlah tenaga kerja sebanyak 5.000 orang dalam waktu lima tahun ke depan.
Bisnis Amartha berfokus pada pemberdayaan perempuan pengusaha mikro lewat layanan keuangan inklusif dan melihat fundamental ekonomi segmen mikro di Indonesia cukup kuat dan berkelanjutan. Sehingga dibutuhkan talenta-talenta baru yang siap untuk membawa segmen tersebut bertransformasi menuju kesejahteraan dan literasi digital yang lebih baik.
Selain itu, kamu juga bisa sekaligus membantu dalam pengembangan pemberdayaan pengusaha perempuan dengan melakukan pendanaan di aplikasi Amartha yang memperoleh imbal hasil hingga 15% flat per tahun.
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG
