small_mengenal-lembaga-keuangan-bukan-bank-terpopuler.jpeg

thumbnail_mengenal-lembaga-keuangan-bukan-bank-terpopuler.jpeg

mengenal-lembaga-keuangan-bukan-bank-terpopuler.jpeg

Tidak hanya bank, nyatanya di Indonesia terdapat berbagai macam lembaga keuangan bukan bank. Ini merupakan lembaga yang salah satu perannya menghimpun uang masyarakat menjadi simpanan yang disalurkan kembali pada masyarakat dalam bentuk pinjaman.&nbsp;



Belum tahu sepenuhnya seputar hal ini? Mari ulas seputar lembaga keuangan ‘bukan bank’ dalam informasi berikut! Tanpa perlu basa-basi lebih panjang lagi, berikut ini terdapat beberapa lembaga keuangan bukan termasuk bank di Indonesia yang wajib kamu ketahui.



<h2>4 Lembaga Keuangan Bukan Bank Di Indonesia</h2>



Lembaga keuangan yang bukan termasuk ke dalam golongan bank memiliki fungsi penting. Beberapa diantaranya yakni sebagai penyimpan uang, penyedia modal, penyedia pinjaman, hingga sebagai lembaga yang tentu saja merupakan pelaksana kegiatan keuangan.



Dengan fungsi menarik tersebut, lembaga keuangan bukan bank yang berdiri di Indonesia antara lain sebagai berikut:



<h3>Perusahaan Pegadaian</h3>



Lembaga keuangan bukan termasuk bank yang pertama ialah perusahaan pegadaian. Umumnya, sistem perusahaan gadai yaitu memberikan pelayanan dalam rupa pinjaman uang secara tunai yang dibarengi dengan penyerahan benda sebagai jaminan.



Tidak hanya itu saja, meskipun bukan termasuk lembaga bank, namun perusahaan gadai juga menyediakan layanan seperti penyimpanan barang berbentuk emas atau sering disebut juga dengan tabungan emas.&nbsp;



Oleh karena persyaratan serta prosedurnya yang mudah, banyak masyarakat yang mengajukan pinjaman di perusahaan non-bank satu ini.



<h3>Perusahaan Asuransi</h3>



Perusahaan asuransi termasuk lembaga keuangan bukan bank. Perusahaan yang cara kerjanya memberi perlindungan pada nasabah yang terdaftar menjadi anggota perusahaan asuransi tersebut dari terjadinya sebuah risiko ini terbagi ke dalam beberapa jenis.



Jenis perusahaan asuransi dibagi berdasarkan sesuatu yang diasuransikan antara lain yaitu asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan, asuransi perjalanan, asuransi pendidikan, hingga asuransi kepemilikan properti.&nbsp;



Tidak cuma itu, perusahaan asuransi juga dapat memberikan perlindungan terhadap keuangan milik pribadi.



Sistemnya, perusahaan asuransi ini mengumpulkan dana dalam bentuk premi dari para nasabah selama jangka waktu tertentu sesuai dengan polis asuransi yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.



<pre class="wp-block-preformatted">Baca Juga: <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/ini-deretan-bank-digital-indonesia-kamu-pakai-yang-mana/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Ini Deretan Bank Digital Indonesia, Kamu Pakai yang Mana?</a></pre>



<h3>Badan Koperasi</h3>



Contoh lembaga keuangan bukan bank selanjutnya yaitu badan koperasi. Salah satu kegiatan operasional dari badan koperasi ini antara lain berupa layanan simpan pinjam yang bekerja dengan cara menghimpun dan menyalurkan uang.



Perbedaan koperasi dengan lembaga bank yaitu dapat dilihat dari bagaimana sistem keleluasaannya.



Jika lembaga bank bersifat umum &amp; fleksibel digunakan seluruh lapisan masyarakat, badan koperasi hanya berjalan berdasarkan kehendak dari anggota koperasi. dalam artian dana dikumpulkan dan disalurkan dari dan hanya kepada anggota yang tergabung.



Untuk bisa mengikuti layanan simpan pinjam di koperasi, kamu harus tergabung terlebih dahulu menjadi anggota dan mengikuti seluruh prosedur dan persyaratannya.



<h3>Perusahaan Fintech</h3>



Perusahaan ini adalah jenis lembaga keuangan di luar bank yang memiliki sistem lebih modern. Perusahaan fintech ini dikemas dalam sistem operasionalnya berupa crowdfunding, micro financing, hingga peer to peer lending service.



Lembaga yang menawarkan layanan pinjaman online ini memiliki keunggulan berupa kemudahan dalam tahapan prosedurnya.&nbsp;



Namun, sebelum mengajukan pinjaman di perusahaan fintech, kamu perlu mempelajari ketentuan-ketentuan seperti bunga yang diberlakukan. Pasalnya bunga di perusahaan fintech biasanya diberikan dalam persentase lebih tinggi.



Demikian pembahasan mengenai empat lembaga keuangan bukan bank yang memiliki popularitas tinggi di indonesia. Selain empat lembaga di atas, terdapat juga beberapa pilihan lembaga lainnya yang termasuk dalam golongan lembaga bukan bank. 



Untuk kamu yang tertarik untuk memulai investasi, kamu bisa mulai berinvestasi di perusahaan fintech seperti di Amartha dengan imbal hasil mencapai 15% flat untuk tiap tahunnya. Yuk, yang penasaran download aplikasi <a href="https://amartha.com/id_ID/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Amartha</a> di smartphone kamu dan mulai berinvestasi.



Download aplikasi Amartha di <a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8" target="_blank" rel="noreferrer noopener">Android</a> Download aplikasi Amartha di <a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv" target="_blank" rel="noreferrer noopener">iOS</a>



<div class="wp-block-buttons">
<div class="wp-block-button"><a class="wp-block-button__link has-vivid-purple-background-color has-background" href="https://amartha.com/id_ID/" style="border-radius:30px">Daftar Sekarang</a></div>
</div>

Mengenal Lembaga Keuangan Bukan Bank Terpopuler

small_bank-digital.png

thumbnail_bank-digital.png

bank-digital.png

Kehadiran internet berdampak luas pada berbagai sektor, termasuk layanan perbankan yang menghadirkan layanan perbankan digital atau akrab dikenal dengan nama Bank Digital.



Secara umum, Bank Digital adalah bank yang seluruh transaksi pengguna dilakukan secara digital atau online. Nasabah tidak perlu lagi mengantre untuk membuat atau mengurus kegiatan yang terkait perbankan.



Melalui Bank Digital, nasabah bisa melakukan log in akun ke dalam situs web atau aplikasi untuk cek saldo, membayar tagihan, <a href="https://amartha.com/id_ID/" target="_blank" rel="noreferrer noopener" title="https://amartha.com/id_ID/">melakukan investasi</a>, mengajukan pinjaman atau kartu kredit, maupun layanan perbankan tradisional lainnya.



Perlu kamu tahu, Bank Digital sebenarnya tidak sama dengan layanan digital banking ataupun mobile banking. Berikut penjelasannya!



<h2>Definisi Bank Digital</h2>



<figure class="wp-block-image size-full is-resized"><img src="https://access.amartha.com:443/uploads/neobank_75936bcef3.png" alt="" class="wp-image-11825" width="687" height="362"/></figure>



Dilansir dari laman Temenos, definisi bank digital adalah seluruh kegiatan perbankan yang bisa dilakukan secara penuh dengan internet. Bank digital dapat memberikan layanan pembukaan dan penutupan rekening secara online. 



Hal menarik dari bank digital yaitu tidak dikenakan administrasi rekening seperti yang dilakukan oleh bank konvensional.



Kelebihan Bank Digital adalah menawarkan tools manajemen keuangan yang unik di aplikasinya. Nasabah diberikan kemudahan untuk menabung atau mengatur perputaran uang bulanan. 



Bahkan ada juga bank digital yang belum memiliki fitur-fitur ekstra nan menarik, tapi mereka menawarkan hasil persentase tahunan (APY) yang lebih tinggi.



Pada umumnya, bank digital memiliki fitur untuk memudahkan nasabahnya mengakses tabungan, mengajukan pinjaman, dan juga berinvestasi untuk masa depan. Bisa dibilang, bank digital adalah sebuah brand tersendiri dari bank induknya.



Adapun, saat ini yang banyak dilakukan adalah transformasi bank kecil menjadi bank digital. Beberapa di antaranya adalah PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT BCA Digital, dan PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI).



<pre class="wp-block-preformatted">Baca Juga: <a href="https://amartha.com/blog/pendana/lifestyle/cara-buka-rekening-bank-digital/" target="_blank" rel="noreferrer noopener" title="Praktis, Begini Cara Buka Rekening Bank Digital Dari Rumah!">Praktis, Begini Cara Buka Rekening Bank Digital Dari Rumah!</a></pre>



<h2>Regulasi Bank Digital</h2>



<figure class="wp-block-image size-full is-resized"><img src="https://access.amartha.com:443/uploads/ojk_image_d2033ecf25.png" alt="" class="wp-image-18655" width="689" height="388"/><figcaption>Sumber Foto: CNN Indonesia</figcaption></figure>



Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diketahui hingga saat ini masih berupaya membuat regulasi pendirian bank digital. 



Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Anung Herlianto menargetkan beleid dapat rampung dalam waktu dekat dan para pelaku bank digital diharapkan dapat memenuhi persyaratannya paling lambat tahun 2022.



“Sebelum pertengahan tahun ini, mudah-mudahan sudah akan kami rilis POJK ini,” ucap Anung dalam sebuah konferensi pers kala itu.



Salah satu aspek yang akan diatur adalah modal minimum pendirian bank digital. Jika seseorang ingin mendirikan bank dari nol, maka modal minimumnya adalah Rp10 triliun.



Pada kasus akuisisi dari bukan kelompok bank seperti Bank Jago dan SEA Bank, maka modal minimumnya cukup Rp3 triliun. Jika akuisisi dilakukan dalam satu kelompok bank seperti Bank Digital BCA, modal minimumnya cukup Rp1 triliun.



OJK juga hanya mewajibkan bank memiliki satu kantor saja. Selanjutnya perusahaan cukup memiliki skema model bisnis yang jelas, kemampuan teknologi informasi, mitigasi serangan digital, sampai tata kelola perlindungan data pribadi nasabah.



Syarat-syarat ini sendiri sebenarnya belum final. Anung mengatakan ketentuan masih dapat berubah lantaran OJK masih menerima masukan dari para pemangku kepentingan.



Well, itulah serba-serbi seputar bank digital, terutama dari definisi dan regulasinya. Semoga informasi ini bermanfaat buatmu ya!

Mengenal Bank Digital dan Regulasinya di Indonesia

small_beda-bank-dan-perbankan-digital.jpeg

thumbnail_beda-bank-dan-perbankan-digital.jpeg

beda-bank-dan-perbankan-digital.jpeg

Beberapa waktu ini, bank digital mulai diperbincangkan. Pasalnya, banyak bank digital yang mulai bermunculan di Indonesia. Jenius yang diperkenalkan Bank BTPN di tahun 2016 menjadi salah satu yang terpopuler.



Setelahnya, beberapa bank konvensional pun turut membuka unit bank digitalnya masing-masing, seperti Digitank (DBS), TMRW (UOB), D-Save (Danamon), dan Bank Jago yang disokong oleh Gojek.



Lantas, apa sih perbedaan dari bank digital ini dengan perbankan digital? Berikut ulasannya!



Saat berbicara tentang cakupan bank digital, terdapat beberapa kategori yang ada. Pertama adalah bank digital yang menawarkan produk dan layanan perbankan tradisional secara online. 



Kedua adalah teknologi finansial (<a href="https://amartha.com/id_ID/" data-type="URL" data-id="https://amartha.com/id_ID/">fintech</a>) atau dikenal juga sebagai "neobank", yang menawarkan layanan keuangan lebih inovatif bagi para nasabah, khususnya mereka yang lebih melek teknologi. 



Perlu dipahami bahwa definisi bank digital dan perbankan digital adalah dua hal yang agak berbeda meskipun tetap berkaitan.



<h2>Perbankan Digital</h2>



Dilansir dari Forbes, perbankan digital secara umum didefinisikan sebagai transformasi layanan perbankan dari cara tradisional menjadi daring atau online. Perbankan digital menggabungkan layanan perbankan online dan mobile banking dalam satu wadah.



Perlu diketahui, perbankan digital merujuk pada berbagai fitur untuk mengakses layanan perbankan melalui situs web bank yang bersangkutan. Nasabah bisa melakukan log in akun ke dalam situs web tersebut untuk mengecek saldo, membayar tagihan, <a href="https://amartha.com/blog/pendana/lifestyle/5-tips-trik-cermat-dalam-menggunakan-kartu-kredit/" data-type="post" data-id="8190" target="_blank" rel="noreferrer noopener">mengajukan pinjaman atau kartu kredit</a>, dan layanan perbankan tradisional lainnya.



Sementara mobile banking adalah pemanfaatan layanan perbankan melalui aplikasi mobile yang terpasang di smartphone nasabah. Aplikasi yang digunakan adalah aplikasi resmi yang dikeluarkan dan dimiliki oleh pihak bank. 



Biasanya, akun yang digunakan untuk log in aplikasi mobile banking sama seperti log in di portal situs web bank.



<h2>Bank Digital</h2>



Bank digital diketahui memiliki layanan yang lebih dari sekadar perbankan digital saja. Biasanya, bank digital juga menawarkan tools manajemen keuangan yang unik di aplikasinya. 



Nasabah diberikan kemudahan untuk menabung atau mengatur perputaran uang bulanan. Ada pula bank digital yang belum memiliki fitur-fitur ekstra nan menarik, tapi mereka menawarkan hasil persentase tahunan (APY) yang lebih tinggi.



Bank digital juga biasanya memiliki fitur untuk memudahkan nasabahnya mengakses tabungan, mengajukan pinjaman, dan juga <a href="https://amartha.com/id_ID/" data-type="URL" data-id="https://amartha.com/id_ID/" target="_blank" rel="noreferrer noopener">melakukan investasi</a> untuk masa depan. Bisa dibilang, bank digital adalah sebuah brand sendiri yang <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/sudah-tahu-bedanya-fintek-yang-terdaftar-dan-berizin-ojk/" data-type="post" data-id="6705" target="_blank" rel="noreferrer noopener">memiliki lisensi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)</a>.



Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa bank digital merupakan bank yang menyelenggarakan dan menawarkan jasa perbankan serta manajemen keuangan nasabah berbasis online sepenuhnya. Semua layanan, mulai dari pembukaan rekening, deposit, transfer dan sebagainya dilakukan secara online tanpa harus mengunjungi bank.



Well, itulah bedanya bank digital dengan perbankan digital. Semoga informasi ini bermanfaat ya!

Sama-sama Digital, Ternyata Bank dan Perbankan Digital Punya Perbedaan

large_bank-konvensional-mulai-go-digital-gimana-nasib-fintech.jpeg

medium_bank-konvensional-mulai-go-digital-gimana-nasib-fintech.jpeg

small_bank-konvensional-mulai-go-digital-gimana-nasib-fintech.jpeg

thumbnail_bank-konvensional-mulai-go-digital-gimana-nasib-fintech.jpeg

bank-konvensional-mulai-go-digital-gimana-nasib-fintech.jpeg

Saat ini, perkembangan teknologi perbankan digital sudah menjadi keharusan. Apalagi, dengan adanya pandemi virus Covid-19 atau Corona, kebutuhan akan layanan perbankan digital pun kian dipercepat.



Pandemi ini membuat masyarakat harus banyak berada di rumah dan banyak melakukan kegiatan secara digital, termasuk layanan perbankan. Bappenas mengungkapkan kebutuhan layanan digital dan otomasi pun meningkat drastis, dan harus dijawab cepat oleh industri.



Harus diakui pandemi ini mempercepat ke arah peradaban menuju revolusi industri 4.0, di mana layanan konsumen, termasuk layanan perbankan, dilakukan secara digital. Hal ini diyakini akan mengubah wajah perbankan secara drastis.



Hal ini menunjukkan bahwa tren digital banking memang tidak terelakkan, dan hanya tinggal menunggu waktu sampai kemudian masyarakat benar-benar bermigrasi penuh menggunakan layanan perbankan berbasis digital.



Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aturan soal bank digital ditargetkan dapat dirilis sebelum semester 1 tahun 2021 berakhir. Proses penyusunan regulasi tersebut saat ini dalam tahap menerima masukan dari berbagai pihak.



Namun, secara umum pendirian bank digital akan terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, pendirian bank baru yang beroperasi sebagai bank digital dengan modal inti minimal Rp10 triliun. Kedua, bank konvensional yang bertransformasi menjadi bank digital.



Tony selaku Plt. Deputi Direktur Arsitektur Perbankan Indonesia OJK menyampaikan yang saat ini banyak dilakukan adalah transformasi bank kecil menjadi bank digital. Dia menyebut di antaranya PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT BCA Digital, dan PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI). Meski begitu, dia tidak menyebutkan jumlah bank yang saat ini sedang mengajukan izin menjadi bank digital.



Pada dasarnya, peluang bank digital di Indonesia dapat dikatakan cukup besar, melihat penetrasi pemanfaatan layanan digital oleh masyarakat telah bertumbuh secara pesat, apalagi dengan hadirnya kondisi pandemi Covid-19 atau Corona sejak tahun lalu.



Kehadiran bank digital akhir-akhir ini mulai mendapatkan perhatian lebih di industri keuangan Indonesia. Tidak heran, banyak pihak mengatakan bahwa bank digital ini merupakan ancaman bagi industri perbankan konvensional di Indonesia serta saingan bagi industri fintech.



Walau begitu, nyatanya tidak demikian. Hadirnya bank digital ini memiliki potensi yang besar, terutama untuk mendukung peningkatan tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, termasuk ke para pelaku UKM. 



Lalu, bagaimana dengan nasib fintech yang beberapa tahun terakhir tengah berkembang pesat?



Dibandingkan menjadikannya sebagai ancaman atau saingan, bank digital justru dapat diajak berkolaborasi dengan industri fintech karena sama-sama bergerak di bidang finansial.



Amartha sebagai pelopor fintech<a href="https://amartha.com/id_ID/pendanaan/"> Peer to Peer Lending (P2P Lending)</a> Produktif yang telah memiliki izin usaha dan terdaftar di OJK juga telah lama bekerjasama dengan sektor perbankan. 



Hingga saat ini, perusahaan yang berdiri sejak tahun 2010 ini telah berkolaborasi dengan beberapa bank, terutama untuk memperluas penyaluran kredit kepada UMKM. 



Beberapa bank yang diketahui telah berkolaborasi dengan Amartha sampai sekarang adalah Bank Mandiri, Bank Jatim, Bank Jateng, dan Bank Ganesha.



Selama 11 tahun terakhir, Amartha telah menyalurkan pendanaan sebesar 3.24 Triliun kepada lebih dari 600.000 perempuan tangguh di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.



Tidak hanya menyalurkan modal usaha dari investor kepada perempuan tangguh pengusaha mikro, Amartha juga memberikan pendampingan usaha, pelatihan keuangan, hingga cek kesehatan gratis.

Bank Konvensional Mulai Go Digital, Gimana Nasib Fintech?

medium_5-hal-ini-buat-fintech-semakin-canggih-di-tahun-2018.jpeg

small_5-hal-ini-buat-fintech-semakin-canggih-di-tahun-2018.jpeg

thumbnail_5-hal-ini-buat-fintech-semakin-canggih-di-tahun-2018.jpeg

5-hal-ini-buat-fintech-semakin-canggih-di-tahun-2018.jpeg

Industri fintech terus berkembang. Berbagai teknologi baru merubah industri fintech. Tak hanya memberikan kemudahan dan kecepatan, tetapi juga keamanan. Selain itu, fintech juga dapat meningkatkan literasi keuangan. Baru-baru ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan pertemuan bilateral dengan Ratu Maxima Belanda yang juga UN Secretary General Advocate For Inclusive Finance For Development di Bilateral Booth, PBB

JK mengakui bahwa fintech sangat berperan penting dalam membantu masyarakat untuk lebih mudah mendapatkan akses terhadap produk keuangan. Peran dunia digital telah memengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat. Beberapa startup juga sudah naik daun dan turut membantu perkembangan teknologi keuangan di Indonesia. “ Harapan kami  yang mulia mendukung pengembangan lebih lanjut inklusi keuangan di Indonesia,” kata JK.

Menurut Asosiasi Fintech Indonesia terdapat 135 perusahaan teknologi keuangan yang terdaftar sebagai anggota Aftech. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat pada Agustus 2018 sudah ada 64 perusahaan fintech yang resmi terdaftar dan mendapatkan izin dari OJK. Menurut kajian  Institute for Development of Economics and Finance (Indef) dan Aftech, perusahaan fintech menyumbang Rp25,97 triliun terhadap ekonomi di Indonesia.

Seiring dengan berkembangnya fintech, beberapa teknologi baru mulai bermunculan. Hal ini tentunya akan memudakan perusahaan fintech serta masyarakat. Berikut 5 hal yang membuat fintech semakin canggih di tahun 2018,

Teknologi Seluler

Saat ini, masyarakat sudah tak asing lagi dengan telpon selular (ponsel). Seiring denan semakin banyaknya pengguna ponsel. Menurut survei PwC 2018 Digital Banking Consumer, jumlah orang yang menggunakan ponsel untuk bank semakin bertambah. Pada 2018, jumlah pengguna ponsel untuk bank dari 10 persen menjadi 15 persen. Sementara itu, jumlah pengguna daring/komputer turun dari 25 persen menjadi 20 persen pada 2018. Begitu juga jumlah pengguna yang menggunakan kedua-duanya yakni dari 15 persen menjadi 14 persen di tahun 2018. Dengan mengunakan mobile banking, pengguna dapat menggunakan uang tanpa harus pergi ke lokasi bank.

Bank Digital

Banyak bank mulai melirik bank digital sebagai tren teknologi sekarang. Apalagi, mayoritas generasi millenial menggunakan ponsel sehari-hari. Kemudahan dan efisien membuat millenial ini menjadi saaran tersendiri oleh bank. Saat ini, bank-bank di Indonesia telah memiliki bank digital seperti Jenius, Digibank dan Permata Mobile X.  Dengan aplikasi, masyarakat tak perlu repot ke bank. Mereka tinggal menggunakan bank digital melalui ponselnya. 

Teknologi Biometrik 

Di zaman digital ini, industri keuangan semakin rentan dengan serangan siber. Karena itu, keamanan menjadi prioritas utama dalam industri fintech. Salah satu cara dalam menghadapi penipuan atau tindak kejahatan adalah menggunakan autentik biometrik. Teknologi juga mudah dan cepat. Perusahaan otomotif Jerman Continental menggunakan tingkat keamanan baru dengan sidik jari. Pengguna mobil itu harus membuka kendaraan dengan sidik jari. Bahkan, sistem pengenalan wajah juga dilakukan di KFC, Cina. Dengan wajah tersenyum, orang dapat membayar makanan tersebut.

Teknologi Blockchain

Sejak penggunaan blockchain di Bitcoin, beberapa industri dari rumah sakit hingga pemerintah mengunakan teknologi tersebut. Nantinya, semakin banyak perusahaan fitnech yang akan menggunakan blockchain karena transparansinya. Perusahaan - perusahaan finansial akan tetap fokus dalam teknologi ini.

Kecerdasan Buatan

Banyak pengamat setuju jika artificial intelligence (kecerdasan buatan) akan memberikan dampak besar terhadap masa depan. Kecerdasan buatan ini seperti analisis data. Teknologi ini juga membuat chatbots dan robo-advisors, tetapi yang paling penting ialah untuk mendeteksi fraud di dunia fintech.

5 Hal Ini Buat Fintech Semakin Canggih di Tahun 2018

Tag: bank digital