Generasi millennial atau milenial sudah menyasar fintech peer to peer lending. Hal ini terbukti dari data karakter pengguna fintech P2P lending yang dicatat OJK pada 2019. Generasi millenial yang menjadi pemberi pinjaman atau pendana mencapai 69,53 persen. Sementara itu, pendana generasi X dan baby boomer atau usia 35-54 tahun seebsar 27,26 persen. Sementara itu, sisanya untuk generasi lain.

Menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center  mencatat millennials lebih fasih dalam hal teknologi dibandingkan dengan orangtua mereka, sehingga banyak hal yang mereka integrasikan dengan kemajuan teknologi. Fakta unik lain yang dimiliki oleh millennials ialah, 90% dari mereka menggunakan internet, dan lebih banyak menghabiskan waktu pada teknologi.

Apa saja sih yang membuat millenial tertarik dengan <a href="https://amartha.com">fintech p2p lending</a>. Berikut ini 5 alasannya,
<blockquote>
Baca Juga: <a href="https://amartha.com/blog/tech/business/beri-dampak-sosial-ini-keunggulan-fintech-lending/">Beri Dampak Sosial, Ini Keunggulan Fintech Lending</a>
</blockquote>
<h2>Kemudahan</h2>
Fintech p2p lending memberikan kemudahan kepada penggunanya untuk melakukan pendanaan. Hanya dengan satu klik, kamu bisa melakukan pendanaan. Bahkan, beberapa perusahaan p2p lending memiliki platform dan aplikasi khusus seperti amartha.com.
<h2>Kecepatan</h2>
Selain mudah, p2p lending juga memberikan kemudahan bagi para pendana. Dengan mengunakan teknologi informasi, para pendana bisa dengan cepat memilih para peminjam.
<h2>Keamanan</h2>
Keamanan juga merupakan hal yang paling terpenting. Saat ini, <a href="https://amartha.com/blog/money-quiz/amartha-efisiensi-keamanan-dan-transparansi/">keamanan fintech p2p lending</a> di Indonesia menjadi salah satu fokus Pemerintah. OJK pun telah mengharuskan para perusahaan fintech lending untuk mendaftar. Agar Pemerintah memastikan keamanan bagi masyarakat. OJK pun memberikan seleksi ketat bagi perusahaan yang ingin mendapatkan izin usaha. Amartha pun telah mendapatkan izin usaha dan diawasi oleh OJK.
<blockquote>
Baca Juga: <a href="https://amartha.com/blog/tech/business/bukan-ancaman-bank-gandeng-fintech-p2p-lending/">Bukan Ancaman, Bank Gandeng Fintech P2P Lending</a>
</blockquote>
<h2>Keuntungan</h2>
Imbal hasil atau keuntungan yang didapatkan dari fintech p2p lending terbilang menarik, bisa melebihi lembaga keuangan konvensional lainnya. Misalnya, Amartha memberikan keuntungan menarik hingga 15 persen.
<h2>Transparan</h2>
Transparansi juga diberikan oleh perusahaan p2p lending. Pendana akan mendapatkan laporan keuangan mengenai pengembalian maupun keuntungan dari hasil pendanaan tersebut melalui dashboard.

Nah, sudah paham khan mengapa millenial menyasar fintech p2p lending. Kamu juga bisa melakukan pendanaan fintech p2p lending  mulai dari Rp 3 juta serta keuntungan hingga 15 persen di <a href="https://amartha.com">Amartha.com</a>. Pendanaan kamu berarti untuk para pelaku usaha mikro perempuan di pedesaaan.

Millenials Sasar Fintech P2P Lending

<img class="aligncenter size-full wp-image-1406" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Picture1_0c4b48bec2.jpg" alt="amartha short movie festival" width="1280" height="720" />
Wadah Kreativitas Filmmaker Muda untuk Menginspirasi Masyarakat Luas Berperan Aktif dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Melalui Investasi
Jakarta, 24 Oktober 2017 lalu merupakan hari yang khusus untuk Amartha, di mana pionir layanan Peer-to-Peer lending ini dengan resmi menutup sukses gelaran Festival Film Pendek bertema #UntungnyaTerhubung. Kompetisi ini telah berhasil menyaring 6 finalis dari 555 sineas muda di penjuru Indonesia yang turut serta. Amartha Short Movie Festival mampu memunculkan cerita-cerita usaha mikro dari penjuru pelosok bangsa, “Karya yang masuk dan terdaftar benar-benar mencerminkan keragaman, paling ujung Barat kita terima submission dari Aceh, sampai ujung Timur peserta dari Wamena.”, ujar Andi Taufan Garuda Putra, founder dan CEO Amartha.



[caption id="attachment_1410" align="aligncenter" width="960"]<img class="size-full wp-image-1410" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Picture19_1_37f4304184.jpg" alt="Diskusi santai yang mendalam tentang kriteria penilaian dalam Amartha Short Movie Festival bersama seluruh juri" width="960" height="720" /> Diskusi santai yang mendalam tentang kriteria penilaian dalam Amartha Short Movie Festival bersama seluruh juri[/caption]

Dari seluruh film yang masuk, tersaring 6 Finalis yang seluruhnya berasal dari Kategori Dokumenter. Mereka adalah:
1. ‘<a href="https://www.youtube.com/watch?v=M7bUrFEE4uc">Gudeg Mba Lindu</a>’ oleh Riz Visual
2. ‘<a href="https://www.youtube.com/watch?v=_lE3PfoUjM8">Jarwo - A Metamorphic Journey’</a> oleh Ampersound Films
3. ‘<a href="https://www.youtube.com/watch?v=FcaNMJUVlV4">Purwaceng yang disayangkan</a>’ oleh Two People
4. ‘<a href="https://www.youtube.com/watch?v=_WZ6mHztwuE">Sepeda Om Sahid</a>’ oleh 3 a.m. Pictures
5. ‘<a href="https://www.youtube.com/watch?v=aHW934h2O8A&amp;t=2s">Seruni Putih</a>’ oleh Ruang Imaginasi Film
6. ‘<a href="https://www.youtube.com/watch?v=25OIdt7MVgs">The Balinese Bastard and 100 Roosters</a>’ oleh Caecilia Sherina, Daniel Pawer, Ferdy Syahwara
Amartha Short Movie Festival memang diadakan sebagai salah satu upaya untuk mengajak kalangan muda berinvestasi, sekaligus mengenal cerita inspiratif para pengusaha mikro dan kecil di daerah-daerah. Andi berharap lewat karya-karya ini, lebih banyak pendana di kota dapat terhubung dengan para pengusaha mikro dan kecil di pelosok-pelosok daerah di Indonesia melalui penanaman investasi modal kecil secara mudah, aman, dan berbasis teknologi.
Untuk memilih karya terbaik dari sudut pandang sinematografi maupun ketepatan penyampaian pesan, <a href="http://amartha.com">Amartha</a> menggandeng sutradara-sutradara peraih beragam penghargaan bergengsi di bidang perfilman. Beberapa jejeran nama seperti Nia Dinata, Garin Nugroho, dan Lucky Kuswandi, hingga pelaku seni peran dari kalangan muda Chelsea Islan, dipercaya Amartha sebagai dewan juri. "Senang sekali saya dipercaya untuk jadi juri di Amartha Short Movie Festival. Ajang ini benar-benar berbeda, karena sukses menghubungkan kita dengan potensi usaha kecil di seluruh Indonesia. Di kategori dokumenter banyak banget cerita dan fakta menarik. Misalnya, ada produk pertanian seperti purwaceng -- gingseng ala Indonesia yang benar-benar merupakan salah satu warisan kekayaan alam kita.", jelas Chelsea Islan saat ditanya pengalamannya dalam menjadi juri.
Proses penjurian yang dilakukan 17 Oktober 2017 lalu di Impact Hub Jakarta <a href="http://coworkinc.net/">@Coworkinc</a> menghasilkan 6 finalis untuk kategori dokumenter.
"Karya dokumenter yang sangat menarik. Digambarkan dengan tingkat profesionalitas dan kedewasaan yang tinggi. Walaupun untuk kategori fiksi masih terlalu literal dari segi skrip dan pemilihan pemain, namun secara keseluruhan film-film finalis berhasil menginspirasi penonton." jelas sutradara muda Lucky Kuswandi. Tim Juri sepakat menentukan bahwa tidak ada peserta dari kategori fiksi yang lolos untuk masuk sebagai finalis.


[caption id="attachment_1412" align="aligncenter" width="540"]<img class="size-full wp-image-1412" src="https://access.amartha.com:443/uploads/Picture20_1_b2500742f1.jpg" alt="Pemenang ke-2, Asal Surabaya dengan karya &quot;Jarwo&quot; " width="540" height="720" /> Pemenang ke-2, Asal Surabaya dengan karya "Jarwo"[/caption]
Terpilih sebagai film terbaik pertama untuk kategori dokumenter, Seruni Putih karya Ruang Imaginasi. Karya ini dinilai mampu menggambarkan semangat bangkit dari keterpurukan, kearifan lokal dan gotong royong -- yang merupakan ciri dari usaha mikro Indonesia. Jarwo, sebuah karya Ampersound Films meraih pernghargaan sebagai film terbaik kedua kategori dokumenter. Karya film pendek terbaik berhak membawa pulang hadiah sebesar 90 Juta Rupiah, sedangkan pemenang terbaik kedua akan menerima hadiah sebesar 60 Juta Rupiah. Selain itu, dewan juri menetapkan predikat Honorable Judges Mentioned kepada Eddie
Setiawan dengan karyanya yang berjudul Gudeg Mbah Lindu. Eddie mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dan dimentori langsung oleh dewan juri untuk menyempurnakan karya filmnya.
Terakhir, sebagai karya favorit dengan jumlah like terbanyak dianugerahi predikat Karya Film Pendek Favorit dan berhak atas hadiah sebesar 50 Juta Rupiah juga jatuh kepada Film Gudeg Mbah Lindu.
Publik bisa menikmati karya film pendek pilihan dewan juri lewat di kanal YouTube <a href="https://www.youtube.com/channel/UCLcoqQmklkda3O4G60oIPRQ">Hello </a>Amartha. Amartha Short Movie Festival dirancang agar terus bergulir setiap tahunnya, untuk mengangkat lebih banyak cerita inspiratif dari usaha mikro di pelosok tanah air. “Semakin banyak cerita yang terangkat, semakin besar kesempatan usaha mikro Indonesia untuk maju dan berkembang.”, tutup Andi semangat.

Tag: millenial

Millenials Sasar Fintech P2P Lending

Amartha Short Movie Festival, #UntungnyaTerhubung dari Sabang sampai Merauke